Chapter 7

1.6K 105 0
                                    

Rabu, 11 September 2019

🏥🏥

Kinan sedang berjalan menyusuri kolidor rumah sakit. Sebenarnya dia lelah dan membutuhkan istirahat tetapi jika harus satu ruangan dengan Fahri hanya akan membuatnya kehilangan akal sehat.


Berjalan sendirian tanpa arah tujuan bukanlah hal yang menyedihkan untuk Kinan, semenjak di tinggal oleh ayahnya kesendirian sudah menjadi sahabat yang menemaninya setiap saat, dan  terkadang kesendirian  menghasilkan ketenangan.

Tapi ada perasaan aneh yang menghampiri kinan nalurinya berkata ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Kinan menatap sekaliling namun netranya tidak mendapatkan hasil.

Langkah Kinan mengantarkannya ke Kantin. Dia duduk di kusi kantin dengan susu hangat yang terletak di atas meja. Bersikap seolah olah tenang namun dia sudah berwaspada.

Kinan berdiri dan melepas infus dari tangannya. Untuk mempermudah pergerakan apabila ada hal-hal di luar dugaan. Netranya kembali memperhatikan sekeliling dan akhirnya mendapatkan sosok yang di anggapnya misterius.

Kinan berdiri dan berjalan perlahan untuk memperkecil jaraknya dengan lelaki misterius yang memperhatikannya walaupun masih sebuah dugaan belaka.

Lelaki kekar dengan topi yang bertengger di kepalanya memperhatikan Kinan yang semakin mengikis jarak diantara mereka. Memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit secepat mungkin.

Kinan memperhatikan lelaki itu berlenggang pergi menuju lift, akhirnya Kinan memutuskan untuk berlari kecil agar tidak mebimbulkan kegaduhan namun sosok yang di curigainya sudah berada di depan pintu.

Lelaki itu memasuki lift dan terpampang bahwa ia menuju lantai dasar. Kinan menuju jalan pintas dan menuruni anak tangga dengan cepat. Dengan nafas yang tersenggal senggal ia sudah berada di depan lift yang di curigainya.

Lift terbuka dengan menampilkan lelaki yang berada di dalam tersenyum simpul seorang diri, dengan topi yang masih menutupi wajahnya.

"Lumayan"  Gumam lelaki itu dengan senyum yang meremehkan

Kinan menerobos masuk namun lelaki itu langsung mencekal lengan dan membanting Kinan ke dinding, namun itulah yang di incar oleh Kinan bukannya melawan tapo ketika menabrak dinding tangannya sudah berhasil menggenggam topi.

Pluuk

Bugghh

Bersamaan Kinan menabrak dinding topi itupun terjatuh ke lantai.

Kinan tersentak kaget ketika melihat sosok yang berada di hadapannya. Wajah yang di rindukannya selama ini. Orang yang selalu di cari keberadannya dan selalu menghantui lamunannya berada tepat di depan matanya.

Lelaki itu membalas tatapan Kinan dengan wajah datar tanpa ekspresi. wajahnya mendongkak menatap Kinan.

"Ayah?" Kinan menatap dengan mata yang berkaca kaca.

Kinan berusaha bangkit dan mencekal lengan lelaki yang berada di hadapannya. Namun dia kalah cepat lelaki itu keluar di susul dengan pintu lift yang segera menutup.

"Payah! Belajar lagi" Ayah Kinan menatap dengan tatapan meremehkan lalu berlenggang pergi.

"Tidak tidak! Ayah! Ayah! Ayah!" Kinan berteriak dengan badan yang sudah tersungkur ke bawah dan wajah yang menempel di pintu lift.

Arrrghhh

Ayah

Ayah

Ayah

My Doctor My Bodyguard (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang