Chapter 21

1K 64 0
                                    

Sabtu, 11 Juli 2020

Jangan lupa, Vote dan Follow aku 🙈


H a a p y R e a d i n g 🌾

Kinan menghentikan mobilnya. Untuk membereskan orang-orang kurang kerjaan yang menghalangi jalannya. Dasar tidak tahu situasi, saat ini Kinan sedang buru-buru apa tidak bisa di tunda keisengan makhluk-makhluk menyebalkan ini.

Satu persatu dari mereka keluar dari mobil dengan santai dan mulai mengelilingi Kinan. Baru saja Kinan akan membereskan mereka semua dan bergegas ke rumah sakit.

Braaaak

Kinan melihat seorang wanita yang di lempar dari mobil

'Maria?'

"Jika kamu melawan, maka wanita ini hanya tinggal nama" Ucap salah satu diantara mereka.

Jika saja Maria bukanlah orang yang di sayangi Galih, dan jika dia bukan temannya. Kinan sama sekali tidak peduli dengan apa yang akan di lakukan oleh orang-orang itu kepada Maria. Bagaimanapun sekarang Fahri menjadi prioritasnya.

Tangan dan kaki Maria di ikat oleh tali, penampilannya sangat kacau dan leher Maria sekarang di todong dengan Pisau.

"Jika kamu melawan sedikit saja maka dia hanya tinggal nama"

Mendengar ucapan lelaki itu akhirnya Kinan hanya bisa menarik napas pasrah. Tangannya mulai di ikat, dan mulutnya di lakban. Kinan dan Maria di bawa ke dalam mobil yang sama.

Maria menatap Kinan dengan mata berkaca-kaca, berusaha mengatakan maaf, jika ia mendengarkan ucapan galih dan temannya sepertinya dia sekarang tidak akan menjadi alasan kelemahan orang lain.

Kinan berusaha tersenyum kepada Maria dan berniat mengatakan. Tenang kita pasti baik-baik saja.

....

Fahri merasakan hawa dingin yang menjalar di sekitar tubuhnya, bau besi dan seng memenuhi indra penciumannya. Suara ombak yang menghantam bebatuan saling bersahutan. Sepertinya dia di sekap di dalam sebuah kapal.

Fahri berusaha membuka matanya dan menggerakkan badannya, rasa sakit mulai menjalar di seluruh tubuhnya, badannya serasa remuk dan sulit di gerakan.

Fahri melihat ke sekeliling ruangan, dia tidak menemukan seorang pun, sepertinya ia berada di ruangan ini sendirian.

Brakkkkk

Terdengar sesuatu di tendang, dan sepertinya ada yang menghampirinya. Ia kembali membuka mata dan dilihatnya seseorang yang sepertinya akan membantunya keluar dari tempat laknat ini.

Dengan tenaga yang tersisa Fahri berusaha bangun dan berbicara.

"Kak?" Fahri memanggil Alex yang berdiri menjulang di hadapannya.

Orang yang di panggil oleh Fahri hanya tersenyum penuh arti, Alex menekuk lututnya agar sejajar dengan Fahri. Tangannya terulur berusaha mengusap bercak darah dari sudut bibir adiknya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Alex, Fahri menjawab dengan anggukan.

"Nanti basa-basinya Kak, sepertinya kita harus cepat keluar sebelum para penjahat itu datang lagi" Mendengar ucapan adiknya Alex hanya tersenyum tipis.

"Begitu Kah? Jika itu yang kamu takutkan sepertinya hal itu sudah terjadi dan lebih buruk dari dugaan mu, penjahat yang kau sebut itu sudah ada di hadapan mu" Mendengar perkataan itu, Fahri hanya menghela nafas pasrah.

Selama ini dia selalu mengabaikan rumor yang menyebutkan bahwa kakak satu-satunya yang dia hormati dan menyayanginya dari kecil adalah orang yang membencinya, dan berusaha melenyapkan nyawanya.

"Tolong tarik ucapan mu tadi, kau bercanda kan?" Fahri menyenderkan punggungnya ke dinding dan menatap lawan bicaranya.

"Sayang sekali hal itu benar adanya! Aku sudah muak melihat orang munafik seperti mu hilir mudik di bumi ini, sudah selayaknya orang munafik seperti mu segera istirahat di dalam tanah" Alex menjawabnya ucapan Fahri dengan santai.

Fahri terkekeh miris

"Munafik kata mu!, siapa yang munafik di sini! Aku menghormatimu setiap detik yang ku lewati, aku menyayangimu sebagai keluarga yang ku miliki. Dan apa katamu tadi? Kau ingin membunuhku? Atas dasar apa brengsek?!"

"Menghormati katamu? Kau selalu merebut semua yang ku miliki, kasih sayang, orang tua, bahkan perusahaan yang susah payah ku bangun, kau merebutnya. Itu yang di namakan keluarga?! Kau bukan keluarga, kau pantas di sebut pencuri! Dan sudah selayaknya pencuri itu harus di basmi!"

"Ha ha ha, sudah berapa kali ku katakan aku sama sekali tidak tertarik dengan bisnis yang kau cintai setengah mati itu! Gua nggak peduli! Gua nggak tertarik! Gua benci! Memuakkan! . Asal lo tahu bisnis yang katanya lo jaga segenap jiwa dan raga lo itu, menghancurkan harta lo yang paling berharga. Lo tahu apa harta lo yang lebih berharga dari itu semua. Keluarga! Keluarga Kak!. Gua berusaha tutup telinga yang nyebutin lo berusaha membunuh orang tua kita" Fahri terkekeh dengan emosi yang ia tahan

"Eh gua lupa, dari mulai sekarang lo nggak punya orang tua!"

Buuuugh

Kesabaran Alex sudah habis, ia memukul Fahri dengan membabi buta, namun tidak di balas sama sekali oleh Fahri. Fahri meneteskan air mata, bukan karena ia merasa sakit di pukuli oleh kakaknya, tapi lebih menyakitkan dari itu, yaitu dia harus menerima fakta bahwa orang yang di sayangi Nya, mengkhianati dia karena hal yang tidak berguna bagi Fahri.

Sudah merasa cukup puas akhirnya Alex berhenti memukuli Fahri, ia mengeluarkan sebuah berkas dari saku jasnya.

"Tanda tangani itu, dan semuanya selesai" Alex membantingnya ke arah Fahri.

Fahri tersenyum getir melihat berkas itu
"Gua nggak akan menanda tanganinya!"

Sebenarnya ia tidak tertarik dengan perusahaan, tapi sekarang ia sadar jika perusahaan yang sudah di bangun oleh ayahnya susah payah jatuh ke tangan yang salah maka akan sangat berbahaya. Entah berapa kejahatan lagi yang akan di lakukan oleh kakaknya.

"Oh ya? Bagaimana dengan ini?" Alex memberikan ponselnya ke Fahri yang menampilkan Kinan, Maria sedang di sekap.

"Bukan hanya itu, Ayah dan Bunda yang lo sayangi setengah mati, bakal gue racun. Kalo lo nggak tanda tangani surat kepemilikan itu!"

"Alex!!" Akhirnya habis sudah kesabaran Fahri, iya bangun dan menghajar wajah Alex.

Mendengar kegaduhan dari dalam, Bawahan Alex mulai berdatangan dan menjauhkan Fahri yang sedang menggila menghajar bos mereka. Lalu Fahri langsung di seret dan di ikat ke kursi.

Alex mengusap darah segar dari sudut bibirnya.

"Dasar pengecut!" Fahri berkata dengan masih menatap kakaknya itu.

"Berisik, kesepakatan kita masih sama. Tanda tangan! Atau

Mereka gua bunuh!" Alex mengambil berkas dan mendekati Fahri. Fahri tidak berkomentar sedikit pun, ia masih sibuk dengan lamunannya.

"Oke, baik jika itu mau mu, ucap selamat tinggal kepada mereka" Alex berusaha menelpon orang di sebrang sana, dan panggilan pun terhubung.

"Habisi mereka seka-" Sebelum menyelesaikan ucapannya Fahri berteriak.

"Stop! Aku akan tanda tangan, asalkan kau berjanji tidak akan menyentuh mereka sehelai rambut pun!" Fahri berkata dengan rahang yang mengeras

"Good boy, bagi seorang lelaki janji adalah harga diri" Alex memberikan berkas ke Fahri.

"Cepat!"

Fahri mengambil ballpoint dengan gemetar, ya tuhan apakah ini jalan yang terbaik? Dengan ragu Fahri membuka tutup ballpoint, tangannya sudah siap menuliskan tanda tangan. Ballpoint itu sedikit lagi menyentuh kertas, tapi sepertinya tuhan berpihak kepadanya.

Braaaak, pintu terbuka.

"Angkat tangan Kalian!" Rino mengarahkan pistol bersama para anggotanya ke arah Alex.

"Gua nggak terlambat kan bro?" Rino tersenyum ke arah Fahri.

Tbc


My Doctor My Bodyguard (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang