Chapter 24

1.1K 77 2
                                    

Rabu, 19 Agustus 2020

H a p p y R e a d i n g 🌾

🏥🏥

Dor

Pistol yang ku pegang terlempar akibat tembakan dari seseorang, aku berusaha mengambilnya kembali namun ayah menembaknya menjadi hancur berkeping-keping.

Sekarang aku berdiri tanpa senjata di genggamanku, aku tersenyum ketir melihat wajah ayahku sendiri.

Prok prok prok

"Waw pertunjukan yang sungguh menyenangkan" Ujar wanita yang berada di hadapanku. Ia berjalan mendekatiku selangkah dua langkah ia terus mendekatiku sedangkan aku berjalan mundur muak untuk berdekatan dengan wanita hina itu.

"Jangan menghindar cantik, aku tahu sekarang kau pasti sudah mengetahui segalanya dari wanita sialan yang bernama Maria itu. Jadi sekarang kau membenciku? " Dia berjalan agak cepat dan sekarang sudah berada di hadapanku. Dia seperti akan menamparku namun tanganku bisa menahannya lalu mendorongnya ke arah ayahku hingga dia tersungkur.

Semua orang di tempat ini kembali bersiap memberikan penyerangan, namun wanita gila itu memberikan isyarat agar mereka tidak melakukan penyerangan.

"Hahahahha Kamu memang sangat pemberani, aku salut. Aku yakin kau mewarisi sifat ibumu yang sudah mati!. Aku juga sangat kagum padanya, dia sangat pemberani mencuri setiap yang aku miliki, pasangan, teman, bahkan kepercayaan semua orang, dia merebut semuanya dariku dan sekarang sifat pemberani merebut itu turun kepadamu kau juga telah berhasil mencuri kesetiaan anakku, orang yang ku cintai bahkan waktu ku!" Dia berdiri membersihkan pakaiannya dari debu.

"Merebut? Sepertinya kau salah. Aku dan ibuku tidak merebut apapun darimu. Karena semua yang kami miliki itu bukanlah milikmu kau hanya terlalu bodoh untuk merasa memiliki itu semua. Kau menyukai ayahku bukan? Kau menyukai seorang laki-laki tetapi kau sudah menikah bahkan kau sudah memiliki anak, dan akhirnya kau juga di tinggalkan oleh pasangan dan anakmu. Dan kau tuduh ibuku sebagai perebut? Sepertinya kau hanya tidak mau mengakui bahwa sikapmu yang buruk itu yang menyebabkan kau kehilangan semua yang kau miliki. Ayahku hanya menganggap mu sebagai teman, dia mencintaiku dan ibu dan aku tahu itu. Kami tahu kenapa dia selama ini berada di sisimu dan menjauhiku? Karena dia kasihan padamu! Kau butuh belas kasihan! Dia berada di sisimu karena dia ingin melindungi ku orang yang ia sayangi. Dan asalkan kau tahu kenapa Galih tetap berada di sisimu, karena dia merasa kasihan ibunya menginginkan sesuatu yang sama sekali bukan miliknya. Jadi dari detik ini kau manusia bodoh yang pernah ku kenal. Kau membuang anakmu dan suamimu hanya untuk obsesi mu semata. Galih bukanlah anakmu dia hanya anjing pesuruh yang kau gunakan untuk menuntaskan rasa dendam mu karena kau tak mampu untuk melakukannya seorang diri. Hari dimana kau memutuskan untuk membunuh ibuku. Itulah hari kau membuang suamimu, anakmu, sahabatmu dan seorang anak wanita kecil yang menghormatimu. Kau membuang semuanya. Jadi dari detik ini juga jangan salahkan aku dan ibuku. Salahkan Lah dirimu sendiri, bunuhlah dirimu sendiri. Aku turut berduka atas kehidupanmu yang sangat malang"

Tante sinta menampilkan ekspresi tidak terima dan sangat marah kepadaku, ekspresi yang belum pernah ku temui dari wajahnya. Ia selalu ada di saat aku kehilangan ibuku, menjadi penguat di saat ayah meninggalkanku, tempat pertama yang ku cari ketika dunia sedang tidak baik padaku. Dan ternyata dia adalah orang terbusuk yang pernah ku temui.

"Kinaaaaan!" Dia mengambil pistol yang ada di genggaman ayahku.

Dorrr

Ia melepaskan tembakan namun bukan kinan namanya jika aku tidak berhasil untuk menghindar, dan dengan cepat juga aku mengambil pistol yang di sembunyikan di jasku dan menembakannya ke arah tante sinta.

Peluru dariku sudah siap menembus lapisan kulitnya tapi ayahku dengan sigap menarik tante sinta dalam dekapannya sehingga dia lolos. Ironis sekali dia menyelamatkan orang yang bahkan ingin membunuh anaknya.

"Sin kau tidak papa?" Ayah memperhatikan tante sinta dengan tatapan khawatir, melihat itu jujur aku merasa cemburu. Dan hanya di balas anggukan oleh wanita itu.

"Kinan! Aku tidak ingin kau menjadi pembunuh seperti orang yang ada di hadapanmu" Mendengar itu tante sinta hanya tersenyum ketir.

"Sinta aku sudah muak dengan rencana mu yang terus berusaha menyakiti orang lain. Yang kau inginkan adalah aku bukan? Mungkin kau seperti ini karena kau merasa tersakiti. Aku tahu ayah galih tidak bersikap baik terhadapmu sehingga kau mengalami gangguan kesehatan, dan aku ada untukmu bukan karena aku mencintaimu aku ingin meringankan beban sahabatku. Jadi tolong hentikan semua ini dan hiduplah bahagia denganku dan Kinan. Mari lupakan semuanya. Aku tidak bisa merubah masa lalu tapi mungkin bisa menjanjikan masa depan yang lebih indah"

"Hahahaha" Tante sinta malah tersenyum dengan air mata yang menggenangi wajahnya.

"Kau terlambat james! Kau terlambat! Saat ini yang ku inginkan adalah hanya membunuh anakmu. Aku sudah tidak menginginkanmu. Aku hanya ingin melihat kinan terkapar tidak bernyawa seperti wanita yang kau cintai itu. Sekarang aku sadar aku tidak bisa merampas cintamu, tapi aku yakin aku bisa merampas kebahagiaanmu" Mendengar perkataan Tante Sinta, ayah langsung melepas rangkulannya. Ia menatap ke arah ku mengisyaratkan agar aku berlari dari tempat ini.

"Ayah aku sudah tidak ingin berlari kemanapun, bisakah kau yang berlari ke arahku?" Ia mengangguk.

"Sinta apa ini keputusanmu?" Ayah bertanya sekali lagi pada wanita itu dan hanya di balas anggukan. Aku berlari kerah ayahku dan begitupun hal yang sama dilakukan olehnya. Kami saling berpelukan. Namun, bukan pelukan yang biasannya dilakukan oleh seorang ayah dan anaknya. Ayah menggenggam pistol untuk melindungi punggungku dan aku melakukan hal yang sama, kami saling melindungi satu sama lain menembak setiap orang yang ada di hadapan kami. Aku menjadikan ayah sebagai perisai ku dan ayah menjadikan aku perisainya.

Dor dor dor dor

Ini adalah bentuk latihan yang selalu di ajarkan oleh ayah ketika aku masih kecil, aku kira itu hanyalah sebuah permainan semata tapi ternyata itu dilakukan oleh ayah dan olehku. Kami saling melindungi dengan saling berpelukan. Kami melepas pelukan dan membelakangi satu sama lain dengan punggung yang menempel berusaha melindungi satu sama lain. Aku tahu ini hal mustahil bagiku dan ayah untuk keluar hidup-hidup tapi setidaknya di detik-detik terakhir di kehidupanku aku bisa bermain lagi dengan ayah.

~tbc~

Jangan lupa vote 🥰

Selamat tahun baru Hijriah ya 🥰
Follow me on ig : Denisa_sahara

My Doctor My Bodyguard (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang