Chapter 9

1.3K 84 0
                                    

Selasa, 22 Oktober 2019

Happy reading 😇

Flash back on
.
.

Rumahku terasa sepi, kemana ayah dan ibu? Hari ini adalah hari ulang tahun ku tapi dari pagi hingga sekarang mereka masih bersikap acuh. Bahkan di pagi hari tak ada ucapan apapun.

Tok tok tok

"Ibu Kinan pulang?"

Tok tok tok

"Ibu? Ibu?"

Kenapa ibuku masih belum membuka pintu, biasanya pintu di rumahku tidak di kunci dan ibu pasti sudah setia menungguku di depan pintu.

Hari masih belum terlalu sore, bagaimana jika aku jalan-jalan untuk membeli cemilan. Pelajaran di sekolah tadi membuatku lapar dan kehabisan energi. Oke baiklah ku putuskan untuk jalan-jalan sekedar mencari makan.

Suasana  di jalan sangat ramai, tidak seperti biasannya. Ada garis polisi dan banyak sekali orang berkerumun di pinggir jalan.

"Kasihan sekali ya, ibu itu mempertaruhkan nyawanya untuk membantu orang lain"

Aku mendengar ibu-ibu sedang mengobrol di pinggir jalan. Bukannya langsung membeli makan aku malah penasaran dengan kejadian apa yang terjadi jalan dan yang sedang di bicarakan oleh ibu-ibu.

Aku melihat darah yang berceceran di jalan, dan bolu ulang tahun yang sudah tidak karuan. seketika aku takut sekaligus mual. Aku memutuskan untuk membalikan badan dan bergegas pulang. Namun, tidak sengaja aku melihat sapu tangan yang sangat ku kenali.

"Ibu? Sapu tangan ibu"

Tidak-tidak mungkin pasti ibuku baik-baik saja, itu pasti hanya kebetulan.

"Pak? Yang kecelakaan di sini wanita atau laki-laki?"

"Wanita neng, dia tertabrak ketika menyelamatkan anak laki-laki"

Tidak tidak dia bukan ibu, aku bertanya dimana rumah sakit yang menangani wanita itu. Aku penasaran dan harus memastikan bahwa dia bukan ibuku.

Untunglah rumah sakit tidak terlalu jauh dari tempat kejadian, aku berusaha menenangkan pikiran. Kakiku terus berlari dengan tangan yang sesekali mengusap air mataku. Tidak ibu pasti ada di rumah, atau sedang jalan-jalan bersama ayah, tidak dia pasti baik-baik saja.

Setibanya di rumah sakit, aku langsung menanyakan dimana wanita itu di rawat, entahlah aku seperti orang bodoh yang keterlaluan. Walaupun aku tidak tau siapa yang kecelakaan tapi raga ku terus saja bekerja tanpa bisa ku kontrol.

Nafas ku memburu, akhirnya aku tiba di ruangan dimana wanita itu di tangani.

"Kau tidak becus! Istriku menyelamatkan anak mu! Dan kau malah tidak bisa menyelamatkan istri ku! Mati kau! Mati! Mati!"

Ayah? Aku mendengar suara ayahku menggema di dalam ruangan dan menimbulkan keributan. Tidak, kenapa ayah ada di sini? Bukan, pasti itu bukan ayah!. Air mataku sudah tidak bisa ku bendung lagi.

Kleek

Ku buka pintu, terlihat ayah yang sedang berusaha membunuh dokter di hadapannya. Namun mataku, lebih memilih memperhatikan seorang wanita yang pucat pasi tidur di atas brankar dengan badan yang bersimbah darah.

Ibu? Tidak! Ini tidak mungkin. Aku berjalan mendekati brankar, Ruangan terasa gelap dan sepertinya aku kehilangan kesadaran. Sebelum aku terjatuh ke lantai ku rasakan ada lelaki berseragam SMA yang menahan tubuhku.

My Doctor My Bodyguard (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang