Chapter 20

1.1K 59 0
                                    

Minggu, 28 Juni 2020

H a p p y R e a d i n g 🌾🌾

Keadaan normal seperti semula, Kinan sudah kembali bekerja di rumah sakit untuk menjaga Fahri tentunya. Apa dia melamar menjadi satpam saja di rumah sakit ini? Hmm kedengarannya tidak terlalu buruk. Kinan terkikik geli membayangkan keinginan anehnya itu.

Kinan melirik jam yang melingkar di pergelangan tanggannya, sudah waktunya istirahat. Ia bergegas masuk ke ruangan Fahri, sudah beberapa hari pada jam istirahat ia dan Fahri selalu menghabiskan waktu istirahat dengan makan bersama.

Tanpa mengetuk pintu Kinan langsung masuk begitu saja, dilihatnya Fahri yang sedang sibuk menuliskan laporannya di laptop. Fahri membuka kaca matanya dan menatap Kinan sambil tersenyum.

"Duduk" ucapnya, namun ternyata sebelum di persilahkan oleh Fahri Kinan sudah duduk di kursi

"Ckk, nggak ada sopan santunnya memang" Fahri meledek dan tidak di gubris sama sekali oleh Kinan

Saat Fahri hendak menghampiri Kinan ponselnya terlebih dulu berdering

"Halo" ucap Fahri, dari kejauhan Kinan memperhatikan raut wajah Fahri yang terlihat tegang dan serius.

'Ada apa?' Batinnya

Sambil mendengarkan orang di sebrang sana pandangan Fahri sangat fokus memperhatikan Kinan, seperti tidak ada hari esok untuk melihatnya kembali.

Fahri meletakan ponselnya, ia menutup matanya rapat-rapat, dan meraup oksigen banyak-banyak. Kinan merasa aneh dengan Fahri akhirnya ia memberanikan diri untuk menghampirinya.

"Ada apa?" Tanya Kinan, dan hanya di balas gelengan oleh Fahri

"Hmm, Kinan?" Fahri menatap Kinan dengan tatapan dingin, Kinan merasa aneh karena sudah lama sekali ia tidak di perlakukan sedingin ini oleh Fahri.

"Apa?" Jawab Kinan

"Aku ada jadwal oprasi dadakan, dan tolong pulang ke rumahku, ambilkan berkas yang ada di nakas di dalam kamar" Kinan merasa ada yang ganjal dengan perintah itu

"Berkas apa?" Tanyanya mencoba menselidiki Fahri

"Ckk, cepat pergi!" Kinan menatap Fahri dengan tidak percaya, mungkin Fahri ada masalah akhirnya Kinan melangkah mundur hendak keluar.

"Tunggu!" Fahri menghampiri Kinan, tangannya terulur ke wajah Kinan dan tersenyum.

"Hati-hati" Fahri mengucapkan itu sambil tersenyum. Kinan di buat bingung dengan perubahan sikap Fahri 'dasar labil'

"Siap bos!" Tangannya terangkat membentuk gerakan hormat dan langsung bergegas pergi dari pada harus mendapat omelan dari majikannya. Fahri terkikik geli melihat tingkah Kinan yang konyol itu.

Setelah Kinan pergi raut wajah Fahri berubah menjadi serius, dia membuka sneli yang membungkus badannya dengan rapih dan bergegas menuju ruang ganti baju untuk operasi.

Fahri mengganti pakaiannya menjadi warna biru tua warna kebanggaannya saat operasi berlangsung, setelah selesai Fahri menendang keran khusus yang di gunakannya untuk mencuci tangan, setelah selesai dia memasuki ruangan, dia memperhatikan setiap asisten dokter dan suster yang sudah rapih menggunakan pakaian operasinya.

Beberapa suster datang dan memakaikan baju, masker, serta sarung tangan khusus. Fahri menghela nafas dalam dan berjalan menuju berangkar pasien.

"Mari kita mulai, kalian sudah tahu kan operasi apa kali ini?" Mereka mengangguk

"Bacakan tanda vitalnya" Fahri menatap lurus orang yang berdiri di hadapannya namun ia tidak menjawab sama sekali.

Fahri menjulurkan tangan kepada asisten dokternya

My Doctor My Bodyguard (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang