Senin, 17 Agustus 2020
H a p p y R e a d i n g 🌾
Bagiku sekarang bukanlah saatnya untuk meratapi keadaan yang sudah menimpaku, sekarang waktunya berjuang untuk keluar dari tempat dingin ini. Aku melirik ke arah maria yang sepertinya sudah siap melakukan hal-hal diluar jiwa seorang wanita.
"Kamu siap?" Aku bertanya sekali lagi kepada Maria dan dia membalasnya dengan anggukan.
"Oke let's go tuan putri" Detik ini juga aku berjanji akan mengeluarkan maria dalam keadaaan selamat dan menjadikannya perioritas ku.
Aku mengamati sekeliling ruangan yang aku tempati, sayangnya pintu keluar dari ruangan ini hanya satu, tentu saja hal itu membutuhkan tenaga ekstra yang harus di keluarkan apalagi penjagaan sangat ketat.
Aku memberikan perintah agar Maria tidak keluar dari ruangan sebelum aku berhasil melumpuhkan penjaga di luar.
Dasi di yang berada di leherku sudah berubah tugas menjadi sarung tinju versi sederhana yang ku buat.
Buggghh
Aku membanting kan kursi ke pintu, aku berkedip ke arah maria agar dia menangis.
Huaaaa huaaaa huaaa
"Jangan bunuh aku kinan, jangan pukul aku" Maria sudah melancarkan aksi menjadi seorang aktris melankolis
Yap rencana berjalan lancar
Para penjaga penasaran dan langsung membuka pintu, sementara aku bersiap untuk menghajar orang yang membuka pintu. Pintu terbuka.
Bugggh
Aku melemparkan kursi kayu tepat ke arah wajah pria di depanku, mendengar erangan dari manusia lemah di hadapanku para penjaga mulai berdatangan. Setiap pukulan yang di arahkan ke padaku bisa ku hindari. Setelah mereka terkapar tak sadarkan diri aku langsung meraih tangan maria dan membawanya lari.
Wiw wiw wiw
Terdengar sirine aku yakin mereka sudah tahu kami melarikan diri. Setelah berhasil keluar dari ruangan serba gelap itu, akhirnya aku tahu aku di sekap di sebuah gedung bertingkat yang sudah tua, dari atas aku bisa melihat penjaga di bawah naik ke atas.
Aku memegang tangan maria agar lebih cepat berlari, namun sepertinya ada masalah dengan kakinya dia berjalan dengan pincang sehingga menghambat pelarian kami.
"Maria sepertinya kita harus berpisah!" Ucapku
"Apa? Tidak Kinan aku tidak bisa melepaskan mu" Jawabnya dengan wajah yang berkaca kaca
"Ayolah jangan bercanda, aku pasti baik-baik saja. Aku akan mengalihkan perhatian mereka. Kamu lihat kan tangga di pojok itu? Sepertinya ada jalan keluar di sana. Tugasmu berlari sejauh mungkin ke dalam hutan. Aku yakin Toni akan menemukanmu. Aku berjanji akan mengeluarkan mu dari sini dengan selamat percayalah" Aku berbicara dengan nada yang cukup cepat.
"Ta ..... " Sebelum Maria menyelesaikan ucapannya. Aku terlebih dahulu memberikan tembakan di sudut ruangan untuk memusatkan perhatian para penjaga.
"Pergi!" Aku mendorong punggung Maria. Dengan ragu maria berlari menuruni tangga di belakangku tugasnya saat ini adalah berlari secepat mungkin semoga dia ingat pesanku itu. Hanya itu yang bisa ku janjikan saat ini pada Maria. Setelah melihat maria hampir sampai di lantai paling bawah.
Aku gencar memberikan tembakan ke arah tembok untuk memancing para penjaga berkumpul di depanku. Agar maria bisa keluar dengan selamat dari pintu belakang.
Brukk bruuuk bruuuk
Terdengar orang orang menaiki tangga yang berada di depanku.. Sekarang giliranku untuk berlari. Dari atas tangga aku menyambut setiap orang yang datang dengan tembakan.
Dor dor dor
Aku membidik setiap orang yang sudah terlihat naik ke tangga. Setelah mereka tidak sadarkan diri barulah aku turun dan merampas pistol dari saku baju mereka.
Satu demi satu tembakan telah ku luncurkan sekarang aku tahu pertarungan yang sesungguhnya sudah menungguku di lantai paling bawah. Aku berhenti sejenak mengusap darah segar yang terkena ke wajah dan bajuku. Aku istirahat sejenak mengingat masa-masa indah yang pernah ku lewati. Satu dua langkah aku turun dari tangga ini aku sudah tidak tahu apa yang akan terjadi, betapa banyak pasukan yang mereka kerahkan hanya untuk melumpuhkan ku. Entah apa yang sebenarnya yang ingin mereka dapatkan, jika mereka berniat untuk membunuh ku maka sudah di pastikan dari sejak kemarin aku hanya tinggal nama. Mungkin mereka ingin membunuh ku secara perlahan, namun ada hal yang ingin ku tanyakan. hal istimewa apa yang sudah ku rampas sehingga mereka sangat ingin membunuh dan menyakiti ku.
Aku memantapkan langkahku untuk menuruni tangga ini dengan yakin. Tanganku sudah siap dengan sebuah revolver yang aku acungkan di depan dada.
Tuk tuk tuk
Satu demi satu tangga telah ku lewati, pemandangan indah tampak di depan mata. Puluhan pistol di arahkan ke padaku. Titik titik merah berlalu lalang di sekitar organ vital tubuhku. Namun sama sekali tidak memberhentikan langkahku untuk tetap berjalan mantap ke tengah tengah manusia bersenjata itu dan lucunya lagi mereka malah menyingkir untuk memberiku jalan.
Mereka menyingkir memberiku akses untuk berjalan lebih dalam ke tengah tengah.
Dari kejauhan aku melihat seorang wanita berbaju merah dengan rambut tergerai indah membelakangi ku, mungkin kemarin-kemarin aku akan sangat bahagia jika melihat orang yang aku kenal ada ketika aku dalam bahaya. Tapi sekarang aku tidak senaif itu, orang-orang yang ku jumpai ketika aku dalam bahaya adalah orang-orang yang aku anggap baik tapi sebenarnya mereka adalah otak dari kekacauan ini.
Wanita itu berbalik dan tersenyum penuh arti, mungkin jika kita bertemu beberapa hari yang lalu, ketika aku berjumpa dengannya pasti aku akan lari untuk memeluk dan bercerita panjang lebar tentang dunia yang telah ku lalui, tentang segala keluh dan kesah ku, tengang cerita putus cinta akibat seorang lelaki, bahkan film favorit yang ku sukai. Tapi sekarang bukan sebuah senyum yang ku berikan aku malah dengan siap mengangkat pistol yang berada di genggamanku. Setiap orang yang ada di sini juga sudah siap untuk membunuhku. Mereka semua bersiap membidik seekor burung tersesat di hadapan mereka.
"Ha ha ha ha ha ha" Wanita gila itu malah tertawa terbahak-bahak.
Namun, tawa tak terdengar lucu untuk saat ini malah terdengar menjadi sebuah penghinaan.
Tuk tik tuk
Aku mendengar langkah kaki seseorang dari belakang
Sruk sreek
Terdengar sebuah pistol di siapkan untuk menembak ku, ia berjalan di sampingku sehingga wajahnya bisa ku lihat dengan jelas. Orang itu berdiri dengan tegap beberapa meter di sampingku dengan pistol yang di arahkan tepat kepadaku. Hal itu tidak lantas membuatku menurunkan lengan untuk tidak menembak wanita di hadapanku.
"Terimakasih atas berjuta-juta penghianatan yang telah kau berikan. Ayah !"
Dengan cepat aku mengubah arah pistol ke arah diriku sendiri.
Dorrr
.....
Dirgahayu Republik Indonesia 🇲🇨🇲🇨
KAMU SEDANG MEMBACA
My Doctor My Bodyguard (End)
ActionDengan tenaga yang tersisa Kinan mengarahkan revolvernya ke arah musuh namun sebelum dia menyelesaikannya. Terdengar lebih dulu suara tembakan bersahutan. Kinan menutup mata dan pasrah karena merasa tembakan itu di arahkan kepadanya. Namun, bukan t...