Chapter 6

1.7K 109 0
                                    

Selasa, 10 September 2019



"Sekarang giliran ku bertanya? Boleh?"

Kinan menatap Galih dan dibalas anggukan

"Kenapa hidup Fahri begitu menegangkan? Dan seperti banyak yang mengincar nyawanya?"

"Untuk pertanyan ini aku tidak bisa menjawab"

Galih membalikan tubuh Kinan menjadi berhadap-hadapan dengannya, lalu di rengkuhnya dengan hangat.

Kinan membulatkan mata merasa kaget dengan perasaan aneh yang bergejolak di dadanya. Tidak! dia tidak boleh merasa nyaman. apalagi terhadap Galih yeng terlalu sempurna menurutnya. Kinan berusaha memberontak dan keluar dari pelukan Galih.

"Sebentar saja, diamlah seperti ini" Galih berkata seolah berbisik di telinga Kinan
 
Kinan berhenti memberontak dan membalas pelukan Galih yang sangat di butuhkannya saat ini. Dengan mengingat kejadian masa lalu membuat Kinan merasakan kepedihannya kembali mungkin Galih merasa bersalah dengan mengungkit luka lama dan membalasnya dengan sebuah pelukan yang sangat di butuhkan Kinan.

Di balik kaca Rumah Sakit Fahri mengepal tanganya, entah apa yang di rasakannya tapi dadanya terasa sesak. Pemandangan yang ada di depannya membuatnya menjadi muak. Tapi bukan karena ia cemburu. Tapi kesal dengan ulah pengawalnya yanh berani-berani menggoda sahabatnya.

Tepat di belakang Fahri dr. Maria juga memperhatikan Galih, lelaki yang sangat di sukainya memeluk dan bersikap lembut kepada seorang wanita.

Sudah sebulan lebih Galih menjauhi Maria akibat rencana ayahnya yang akan menjodohkan Maria dengan Fahri. Sejak saat itu Galih cuek dan menjaga jarak dengannya. Ditambah pemandangan yang Maria lihat menambah kepedihannya bertambah.

Fahri memutuskan untuk berbalik dan kembali bekerja tetapi dia melihat wanita di hadapannya yang sepertinya memeperhatikan pemandangan yang sama dengannya.

"Maria? Sedang apa kau di sini?"

"Aku ingin pertunangan kita segera di laksanakan kalau bisa bulan ini. Aku sudah menyetujuinya"

Maria pergi dengan raut menyedihkan.

Apa-apaan ini? Jelas hatinya bukan untukku

Fahri berdecak sebal lalu kembali bekerja.


🏥🏥

Kinan berjalan di koridor Rumah sakit tanpa di temani oleh siapapun Galih sudah pulang dan Fahri masih sibuk bekerja maklum sudah jam delapam malam waktunya untuk beristirahat. Kinan mendorong tiang infusannya dan mendekati lift untuk menuju ruangannya.

Tidak terlalu lama akhirnya lift terbuka

Triing

Terlihat ada sorang wanita berperawakan tinggi semampai dengan sneli yang membungkus badannya dengan rapih. Kinan mengangguk tanda hormat kepada dokter yang berada di hadapannya dan langsung berdiri di samping wanita tersebut.

"Apakah kau kenal denganku?" dr. Maria membuka percakapan

"Tentu saja, bukannya anda adalah dr.Maria temannya dr.Fahri yang menangani saya kemarin. Maaf saya belum mengucapkan terimakasih"

Kinan menatap Maria dengan senyum yang menghiasi wajahnya

Maria membalas senyum Kinan

"Tidak perlu berlebihan Kinan, sudah menjadi tugasku. Oh ya apa kau dekat dengan Galih?"

"Oh itu, dia adalah sahabat majikanku, dan kami tidak terlalu dekat"

Kinan menunduk dagan tangan yang di jentik jentikan tanda gugup

"Oh seperti itu" Maria tersenyum

Tring

"Saya duluan Kinan selamat beristirahat"

"Terimakasih dokter"

.
.

Kinan mebuka pintu kamarnya. Ia terkejut melihat ada orang yang berbaring di ranjangnya. Jiwa ksatrianya keluar, di langkahkan kakinya secara perlahan pintu sengaja di biarkan terbuka lebar.

Kinan semakin mengikis jarak dengan brankarnya. Jemarinya sudah menggenggam erat slimbut yang di gunakan oleh orang yang berada di hadapannya.

Dalam satu kali hentakan Kinan menarik slimbut

"Fahri?"

Wah wah wah benar-benar dokter ini. Dokter mana yang akan tidur di brankar pasien

Gumam kinan didalam hati dan perasaan tidak percara dengan apa yang ada di hadapannya

Fahri terusik di alam mimpinya

"Ada apa, biasa saja menatapku, matamu seperi akan keluar. Aku tau aku tampan dan orang tampan sepertiku sudah jarang dan hampir punah"

"Haa? Eheem. Kenapa anda belum pulang?"

"Bebaslah mau pulang atau tidak bukan urusanmu, saya tidur di kasur ini juga bukan urusanmu.  Nampaknya kau pun sudah sehat sehingga sudah bisa berjalan dan berpelukan"

"Apa? Maaf apa maksudnya"

"Cih, sudahlah aku berubah pikiran tidur saja di kasur mu itu"

"Hmm sebaiknya saya tidur di luar saja"

"Wah wah wah, tadi marah pas saya tidur di sini sekarang malah sok jagoan ingin tidur di luar. Tidur sekarang juga"

Apakah dia pantas menjadi dokter? Menjadi orang gila baru pantas

Kinan berbalik dan berusaha menahan amarah untuk mencari
tempat tidur malam ini tetapi baru selangkah tangannya sudah di cekal oleh fahri.

Fahri menarik  Kinan dengan paksa menuju kasur tanpa ada pemberontakan yang Kinan berikan. Bukanya tidak mampu tapi Kinan tidak ingin membuat keributan

"Tadi kamu di taman ngapain sama Galih?"

"Saya hanya mengobrol"

Kinan menatap Fahri dengan tatapan menusuknya

"Apa mengobrol?, masa mengobrol ada acara peluk pelukan segala huh?"

"Itu itu kan terbawa--"

"Pokonya saya ga suka ingat kamu tugasnya cuman jaga saya. Ngerti? Kalo saya liat lagi saya laporkann kamu ke paman biar pamana kamu yang di hukum"

"Maaf tapi itu tidak seperti yang anda pikirkan"

"Sudahlah mana ada maling ngaku "

"Tapi kan saya bukan maling!"

"Iya mana ada maling ngaku!"

"Saya bukan maling"

"Mana ada maling ngaku!!!!!"

"Sudah saya katakan saya bukan maling!"

"Saya juga sudah tegaskan di dunia ini tidak ada maling yang ngaku"

"Lah saya juga bukan maling"

"Ya mana  ada yang ngaku maling!"

"Saya bukan maling!"

Kinan berdiri menarik tiang infusnya dan menutup pintu dengan penuh tenaga

Dughhh

"Lah kenapa dia yang marah, menyebalkan sekali"

Bukannya pergi tapi Fahri malah tidur di kasur yang harusnya di tempati Kinan dan melanjutkan mimpinya

Dan entahlah. Malam ini menjadi misteri Kinan tidur di mana 😅

.


.

tbc

My Doctor My Bodyguard (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang