Chapter 10

1.4K 76 0
                                    

Kamis, 31 Oktober 2019

"Mungkin Khusus untuk ku, antara masa lalu dan masa depan saling berkaitan"

🏥🏥

Tanganku terus mengepal tanah yang berwarna merah, langit yang cerahpun ikut berkabung. Ku harap ini adalah mimpi, dan aku ingin segera terbangun untuk melanjutkan hari. Namun, nampaknya ini adalah kenyataam yang harus ku terima.

"Kinan, ayo pulang! Biarkan ibu beristirahat dengan tenang" Ayah menenangkan.

Sebenarnya bukan hanya aku, yang tersakiti. Namun, Ayah mungkin lebih pintar menyembunyikan perasaannya.

Ku berjalan gontai memasuki rumah dengan Ayah yang berada di sampingku. Ketika ku membukakan pintu, ada seorang wanita yang sedang duduk di ruang tamu.

"Tante sinta?" Aku langsung berlari dan berhambur ke pelukannya.

Tante Sinta adalah rekan kerja Ayah, sekaligus sahabat ibuku. Dia cantik, baik dan selalu memberikan hadiah-hadiah kecil untuk ku, dan sudah ku anggap sebagai orang yang berharga.

"Kinan yang sabarnya,Kamu tidak sendirian masih ada Tante dan Ayahmu yang akan menemani hari-harimu" Tante sinta mengelus punggungku.

Pelukanku semakin erat, dan bukannya menjadi tenang tangisanku malah semakin menjadi-jadi sampai aku kelelahan dan akhirnya tertidur.
.
.
.

Nafasku tercekat, seperti ada orang yang mencekik leherku. Akhirnya ku buka mata.

"A a ya ah" nafasku tersenggal-senggal

"MATI KAU! JIKA BUKAN KARENA KAU DIA TIDAK AKAN MATI. PEMBAWA SIAL! HARI INI KAU HARUS MATI"

Aku berusaha memberontak dan mendorong Ayah dari tubuhku. Kenapa dia menjadi seperti seorang Monster jelas-jelas tadi dia baik-baik saja.

Aku menatap sendu Ayah, apakah ini adalah hari terakhir dan aku bisa menyusul ibu? Tapi kenapa kematian datang kepadaku dengan sememilukan ini.

Air mataku mengalir dengan tenang, ku putuskan untuk menutup mata. Jika, hal ini membuat Ayahku tenang maka aku ikhlas. Namun cekikan itu terasa melonggar.

Ayah tersungkur ke bawah, dan seperti menerima kesadarannya.

"Apa yang sudah ku lakukan?" Ayah langsung memelukku

"Maafkan Ayah Kinan" Ayah langsung menarikku ke pelukannya dan terasa Terasa air mata membasahi punggungku.

"Hiks hiks jangan tinggalkan aku Ayah"

Ke esokan harinya, ketika ku membuka mata. Ayah sudah tak ada di rumah. Setiap inci di rumahku tidak menujukan keberadaannya. Selain itu, Baju beserta barang-barang miliknya hilang seketika.

Aku berlari ke pekarangan namun  tetap nihil mobilnya juga tidak ada.

Apakah Ayah meninggalkanku? Tidak! Ini tidak mungkin.

Setetelah kejadian itu, setiap hari aku menunggu kedatangan ayah, mungkin hari ini, tapi tetap tidak kembali. Mungkin hari esok. Mungkin bulan depan. Mungkin taun depan. Tapi sampai detik inipun ayahku tak kunjung kembali.

My Doctor My Bodyguard (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang