Setelah bertemu dan mendapat arahan dari Kepala Sekolah, Pak Damar, Hamna memulai aktivitasnya membantu Bu Ningsih membersihkan dan merawat lingkungan di sekolah SLB tersebut.
"Ummi, boleh ga nanti gaji Hamna ummi yang pegang saja. Hamna hanya minta dua ratus ribu saja per bulan untuk beli kebutuhan Hamna sendiri."
"Emang cukup segitu, Na?"
"Insya Allah cukup, ummi. Nanti ummi ambil saja untuk beli beras dan lauk. Kan Hamna belum bisa masak. Hehehe..... boleh ya ummi?"
"Hahaha.... iya, ga papa. Tapi apa pun yang Ummi masak, harus dimakan loh ya. "
"Siap. Makasih banyak ummi." Hamna mengecup singkat pipi Bu Ningsih.
*****
Menjalani hari hari di SLB "Tut Wuri Handayani" ini, memberi Hamna banyak sekali pelajaran. Jika membandingkan siswa siswa SLB dengan dirinya sendiri, maka ada sesuatu yang mengusik hatinya, apakah ia sudah bersyukur? Tak pelak hal ini menjadi bahan perenungan tersendiri bagi Hamna setiap hari sebelum ia terlelap. Para siswa yang notabene adalah tuna netra, tetap bersemangat untuk bersekolah, menghafal Al Qur'an, bahkan bersosialisasi tanpa beban.
Ya, di SLB ini selain mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah, para guru menambahkan kegiatan menghafal Al Qur'an bagi siswa yang beragama Islam. Kegiatan ini dilakukan 1 jam setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Metode yang dilakukan adalah Metode Talaqqi, cara yang dilakukan Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW dalam menyampaikan wahyu, juga metode yang diajarkan Rasulullah SAW kepada para Sahabatnya.
Setiap harinya para guru dan siswa membaca ayat / surat yang mereka telah hafalkan sebelumnya, kemudian guru membacakan 1-3 ayat yang baru kemudian para siswa mengulangnya. Hingga 1 jam berlalu, Masya Allah, mereka bisa menghafalnya. Lanjut, diulang hingga 3 kali penggabungan dari ayat awal hingga ayat yang baru mereka hafal.
Keterbatasan mereka dalam melihat, tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus menambah hafalannya.
Hamna seringkali mendengar mereka menghafal dibalik tembok ruang kelas. Menghayati setiap ayat yang meluncur dari lisan mereka. Tenang dan sejuk rasanya.
"Dek Hamna, ngapain disitu?"
Terkejut mendengar namanya dipanggil, Hamna menoleh cepat
"Eh, Bu Maryam.... anu... itu... eee..... saya ... saya.... sedang mendengar suara orang mengaji."
Guru muda dengan balutan gamis coklat dan khimar senada tersenyum mendengar jawaban Hamna.
"Hamna mau ikutan mengaji?"
"Saya malu, bu. Saya belum bisa."
"Yuk ikut ibu, kita ngobrol disana." Tunjuk bu Maryam ke bangku panjang dekat dengan kolam ikan dan air terjun yang mengalir.
"Dek Hamna belum pernah belajar mengaji?" tanya Bu Maryam sambil tersenyum.
"Belum pernah sih bu." Jawab Hamna sambil menunduk dalam.
"Tidak perlu sedih, nanti ibu yang akan mengajarkan dek Hamna ya."
Kepala Hamna terangkat dan matanya membulat sempurna. "Beneran, Bu?"
"Loh iya, masa saya bohong."
"Tapi saya ga bisa bayar buat belajar ngaji." lagi, kepala itu tertunduk lesu.
"Eh, ga perlu bayar, sama saya gratis. Mau ya?"
Hamna terkejut dan langsung memeluk Bu Maryam erat "Mau bu, mau..."
![](https://img.wattpad.com/cover/218660136-288-k439596.jpg)
YOU ARE READING
Hadirmu Untukku
Fiksi UmumHamna tidak mengerti mengapa ia ditinggal oleh bundanya di rumah bercat hijau ini. Yang ia yakini, bahwa suatu saat nanti bundanya akan kembali menemuinya. Selama masa menunggu, banyak peristiwa yang terjadi pada Hamna hingga hampir saja ia putus as...