Keputusan

72 4 0
                                    


"Braaak" suara meja yang dipukul keras terdengar hingga keluar ruangan.

"Kamu menolak tawaran saya, huh?" teriak Arfan kepada laki-laki muda dihadapannya.

"Mohon maaf pak, saya tidak punya pilihan" ucapnya pelan seraya menunduk dalam.

"Tiga kali lipat itu bukan uang yang sedikit, Yudi. Masih kurang juga?"

"Tidak Pak, bukan karena jumlahnya, tapi karena ibu saya yang meminta saya pulang. Saya tidak bisa menolaknya, Pak." ucap pemuda yang bernama Yudi tanpa berani menatap lawan bicaranya.

Arfan duduk menghempaskan punggungnya kasar ke sandaran kursi kerjanya. Ia memijit keningnya berkali kali, mencoba menghilangkan beban yang tampak di hadapannya. Tidak kuasa membayangkan bagaimana ia harus mencari lagi pengasuh anaknya secepat mungkin.

Berkali kali ia menghela nafas kasar. "Beri saya waktu satu bulan lagi." Ucapnya mengakhiri pertemuan siang itu.

"Baik Pak, saya akan sampaikan ke Ibu saya, bahwa sebulan lagi saya baru bisa pulang. Terima kasih Pak. Saya permisi dulu."

"Eehmm..." lirih Arfan tidak bersemangat.

Yudi kemudian bangkit dan meninggalkan Arfan seorang diri di ruang kerjanya.

Arfan termenung di atas kursi dengan tangan menopang dagunya. Ia membenci situasi saat ini. Dimana ia menjadi tidak berdaya dengan keadaannya sendiri. Dalam dua tahun ini sudah lebih dari 7 orang yang mengundurkan diri sebagai perawat Dzaky, putra satu satunya. Berbagai alasan mulai dari yang masuk akal hingga yang terkesan hanya dibuat buat. Memang pada awalnya mereka cukup bersabar dengan kondisi Dzaky, namun rata-rata hanya bertahan 3-4 bulan saja. Semua perawat Dzaky yang pernah bekerja adalah laki-laki, karena mereka memang tinggal dirumah Arfan dan menjaga Dzaky 24 jam. Hal ini seperti saran mamanya, untuk menghindari fitnah, mengingat semua yang tinggal di rumah Arfan adalah laki-laki.

Arfan pernah menolak usulan mamanya. Ia berpendapat jika perawat perempuan pasti akan lebih sabar, namun syarat yang diajukan mamanya cukup berat. 

"Kalau kamu mau Dzaky diasuh oleh perawat perempuan, kami nikahi dulu dia. Supaya Mama tidak sakit jantung. Was-was ninggalin anak mama sama seorang wanita di rumah ini."

"Tapi Ma, Arfan ga bakal tertarik lah sama perawat kayak gitu. Toh kan ada Dzaky dirumah. Kita bertiga. Ga hanya berdua."

"Ah... itu kan sekarang kamu bisa bilang begitu Apa syetan ga punya siasat buat godain kamu?"

"Trus kalau gini kan jadi bingung. Ga semua perawat laki-laki itu sabar, Ma. Coba mama lihat nih, sudah 3 orang mundur dari Januari kemarin."

"Ya sudah, berarti kan jelas maksud Mama. Cari istri sana. Jangan kebanyakan alasan."

 Yah.... itu lagi ujung dari pembicaraan dengan Mamanya, jika ditanya siapa yang mampu merawat Dzaky. 

Arfan memang belum sepenuhnya bisa berpaling dari mantan Istrinya. Gina. Seorang mahasiswi cerdas dan berbakat. Mereka terpaut tiga tahun selisihnya, namun Gina sudah menempati jenjang yang sama dengan Arfan. Mereka sama sama mahasiswa berprestasi kala itu. Saling berlomba untuk mendapat posisi teratas di kampusnya. Hingga mereka mampu menjadi yang pertama dan kedua di tahun ketiga, tahun kelulusan mereka. Saat itu Arfan memberanikan diri melamar gadis cantik itu. Cinta berbalas, mereka menikah. Tahun pertama, Afran dan Gita melanjutkan pendidikan Masternya. Ditahun kedua mereka dikaruniai seorang anak laki laki bernama Dzaky. Hingga mereka menyelesaikan gelar Master bersama sama. 

Arfan dipanggil oleh almamaternya untuk menjadi Dosen tetap di kampusnya. Ia pun menyanggupinya. Gina ternyata lebih tertarik dengan dunia modelling. Banyak iklan yang telah ia bintangi. Hingga suatu hari ia meminta izin kepada Arfan untuk mengikuti kontes Ratu Kecantikan. Arfan yang disaat itu sedang sibuk dengan kegiatan barunya sebagai dosen tidak berfikir panjang, ia menyangka kontes seperti itu hanyalah aktivitas sesaat yang tidak akan banyak menyita waktu istrinya. Namun ia salah, kontes itulah yang menjadi awal keretakan rumahtangganya.

Hadirmu UntukkuWhere stories live. Discover now