Setelah pengakuan Arfan tadi malam, Hamna merasa sedikit gugup pagi ini. Menyiapkan sarapan dan menghidangkannya di hadapan Arfan. Mereka memang belum sekamar tadi malam. Hamna meminta waktu satu hari dengan alasan ingin membereskan semua barang-barangnya di kamar belakang. Arfan pun tidak memaksa. Ia merasa lega setelah pengakuannya. Ternyata rasa itu tidak bertepuk sebelah tangan. Sekarang tugas besarnya adalah membuat Hamna nyaman di sisinya. Sehingga ia tidak memaksa ketika Hamna meminta waktu untuk beristirahat di kamar belakang dulu. Yah.... setidaknya malam ini mereka bisa bersama. Begitu pikiran Arfan.
"Silakan Om nasi gorengnya." ucap Hamna takut-takut menyodorkan nasi goreng ayam suwir di hadapan Arfan.
"Hei, kenapa panggilnya masih Om?"
"Eh?"
"Saya yakin kamu punya panggilan yang lebih mesra untuk suamimu ini." goda Arfan dengan sebelah matanya berkedip.
Mata lentik Hamna membulat ketika melihat Arfan berkedip. Tidak menyangka Arfan bisa bicara seperti itu, hancur sudah label manusia datar yang selama ini Hamna tujukan padanya. Segera ia alihkan pandangannya ke nasi goreng miliknya dan memilih duduk di seberang Arfan.
"Hayo, apa dong panggilannya. Saya mau dengar nih." Arfan tidak menyerah.
"Ga tau ah."
"Saya kasih opsi ya. Hm.... apa ya?" ia mengetuk-ngetuk dahinya dengan telunjuk. "Gimana kalau sayang? Hm... atau Honey? Eh jangan deh. Abang? atau Mas? hehehe" ia terkekeh sendiri.
"Terserahlah" Hamna mendengus pelan, memilih menghabiskan nasi gorengnya dan ingin secepatnya berlalu dari situ. Mukanya pasti sudah merah seperti tomat.
Ternyata menggoda Hamna merupakan kesenangan tersendiri. Melihat perubahan pipi putihnya yang bersemu menjadi pink membuat Arfan gemas dan ingin mencubitnya. Hm.... menggoda Hamna akan menjadi hobi barunya. Ia tersenyum sendiri. Ingin mencobanya lagi.
"Fix, mas aja. Ok ya?"
"Heeemmmm..."
"Coba dong dipanggil"
"Nggak ah."
"Ihhh..... coba aja kenapa sih."
"Iya nanti kapan-kapan."
"Yaaa sekarang dong."
"Lagi ga perlu."
"Ya udah, nasi gorengnya ga dimakan nih."
"Terserah, yang laper siapa."
"Kok gitu sih. Nanti kalau Masmu ini sakit gimana?"
"Biarin."
"Hadeeeuh punya istri kok kejam" Arfan memonyongkan bibirnya, merajuk.
"Saya duluan." ujar Hamna sambil berlalu ke dapur mencuci peralatan makannya yang telah digunakan.
"Walaaah..... PR besar nih."
*********
Hari ini masih weekend, Arfan tidak ingin keluar rumah dulu, selain karena masih dalam masa berkabung, ia juga ingin dekat dengan Hamna. Ingin menciptakan atmosfir nyaman untuknya. Meskipun Hamna menyatakan setuju untuk mengarungi bahtera ini bersamanya, namun sebagai pemimpin, Arfanlah yang bertugas mengarahkan kemana dan bagaimana kapal itu berlayar. Biarlah weekend ini ia absen dulu bersepeda atau mendaki gunung. Ia ingin menaklukkan makhluk cantik yang ada dirumahnya dulu. Sepertinya lebih menantang dibanding dengan menaklukkan Rinjani. Hehehe...
"Ini teh jahenya, Om, eh anu Ma-Mas..." seru Hamna meletakkan teh jahe untuk Arfan di meja kecil di samping sofa tempat Arfan sedang melihat ke arah televisi.
![](https://img.wattpad.com/cover/218660136-288-k439596.jpg)
YOU ARE READING
Hadirmu Untukku
General FictionHamna tidak mengerti mengapa ia ditinggal oleh bundanya di rumah bercat hijau ini. Yang ia yakini, bahwa suatu saat nanti bundanya akan kembali menemuinya. Selama masa menunggu, banyak peristiwa yang terjadi pada Hamna hingga hampir saja ia putus as...