Sesampainya di Rumah Sakit, Arfan segera mencari Gina. Ia menemukan wanita itu terduduk di depan pintu operasi bersama Andre.
"Gimana?" tanya Arfan memburu.
"Dokter belum keluar." Gina masih terisak menjawabnya.
"Jadi ceritanya gimana Gin?"
Andre yang melihat Gina masih syok, mengambil alih pertanyaan Arfan. Ia menjelaskan musibah sore itu dengan detail kepada Arfan. Terlihat setelahnya Arfan menghela nafas dan menghembuskan dengan pelan. Terpukul, menyesal, marah, sedih semua menjadi satu membayangkan Dzaky dan Hamna yang sedang berada di dalam ruang operasi.
Kejadian sore itu sungguh diluar dugaan Arfan. Ia baru saja keluar dari kamar mandi ketika melihat panggilan dari Gina hingga lebih dari 30 kali. Ketika ia menghubungi Gina, bergegas diambilnya kunci mobil dan melesat secepat yang ia mampu.
Pintu ruang operasi terbuka, "Keluarga Ibu Hamna?"
"Iya, saya suaminya, Dok." Gina yang mendengar pernyataan itu segera menoleh ke Arfan.
"Bisa ikut saya?"
"Baik Dok." Arfan mengekor dokter itu ke pojok ruangan. Dokter menyampaikan kondisi Hamna dan Dzaky saat ini. Arfan hanya mengangguk dan meminta dokter mengusahakan yang terbaik untuk dua orang yang hingga saat ini telah membuat hari-hari Arfan lebih bermakna.
"Aku ga salah dengar, Fan? Hamna itu istri kamu?" Gina bertanya ketika Arfan sudah kembali duduk bersamanya.
"Iya, dia istriku. Bundanya Dzaky." Arfan mengatakan itu tanpa menoleh sedikit pun ke arah Gina.
Andre yang mengetahui hal itu pun tidak kalah terkejutnya. Karena yang ia tahu dari Gina, Hamna hanyalah pengasuh Dzaky. Namun melihat bagaimana sedih dan terpukulnya Arfan, seolah menegaskan bahwa Hamna memang istrinya. Bukan hanya pengasuh.
Pengakuan Arfan terhadap Hamna membuat hati Gina terusik. Ia merasa Arfan telah berpaling darinya. Memang ia yang salah meninggalkan Arfan ketika mantan suaminya itu memohon padanya untuk bertahan. Egonyalah yang menarik dirinya menjauh dari Arfan. Sekarang ketika Arfan telah sepenuhnya berpaling, mengapa hati Gina terasa sesak.
Sejak awal mendekati Dzaky, Gina memang tidak berfikir untuk kembali bersama Arfan. Ia masih ingin kebebasan. Namun ketika melihat Arfan sangat mencemaskan Dzaky dan Hamna, mengapa ada rasa cemburu yang membakar di hati Gina. Benar, ia cemburu.
Tiba-tiba Gina merasa menjadi orang yang paling menyedihkan. Ia yang selama ini hidup dalam kemewahan dan sangat dihormati oleh orang lain baru menyadari apa yang akan terjadi jika suatu saat ia terjatuh dan terluka. Apakah akan ada orang yang mengkhawatirkan dirinya? Apakah akan ada orang yang sabar menunggunya bangun? Apakah akan ada orang yang menangisinya? Dan yang paling ia takutkan adalah, apakah akan ada orang yang mendoakannya jika ia sudah meninggalkan dunia ini? Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Gina semakin tergugu dan menutup wajahnya. Ia begitu cemburu kepada Hamna dan Dzaky yang begitu di khawatirkan oleh Arfan.
"Gin, lo kenapa?" Andre khawatir melihat Gina yang semakin keras tangisannya.
Gina hanya menggeleng. Tiba-tiba, Gina mendongak, mencari Arfan. Ia memeluk Arfan erat sambil kembali terisak, "Arfan, maafkan aku ya Fan. Hiks.... hiks..... maafin aku ya Fan....."
Arfan yang mendapat serangan tiba-tiba itu hanya bergeming dan pelan-pelan melepas pelukan itu. Ia merasa kejadian itu bukan kesalahan Gina.
"Ga ada yang perlu dimaafkan, Gin. Semua sudah takdir Allah. Kamu bantu doa saja supaya Dzaky dan Hamna baik-baik saja ya." Arfan mencoba menenangkan Gina.
YOU ARE READING
Hadirmu Untukku
General FictionHamna tidak mengerti mengapa ia ditinggal oleh bundanya di rumah bercat hijau ini. Yang ia yakini, bahwa suatu saat nanti bundanya akan kembali menemuinya. Selama masa menunggu, banyak peristiwa yang terjadi pada Hamna hingga hampir saja ia putus as...