Bakat Dzaky

93 6 0
                                        

Seperti sekolah pada umumnya jika mendekati akhir tahun pelajaran, akan ada kegiatan Akhirusannah untuk peserta didik unjuk prestasi, bakat dan kreatifitas. Haflah Akhirussanah di sekolah Dzaky merupakan moment yang ditunggu-tunggu. Tak hanya bagi murid dan guru, namun juga oleh para wali siswa dan masyarakat umum. Ya, karena pada moment inilah, berbagai macam prestasi, kreasi, hiburan  hingga kuliner dan bazzar akan digelar. Tidak heran jika persiapannya sungguh membuat sibuk seluruh panitia yang terlibat.

"Bunda Dzaky, gimana, apakah sudah ada keputusan Dzaky mau menampilkan apa di akhirusannah nanti?" tanya Bu Hida yang bertugas mengatur rangkaian acara di panggung.

"Hm.... apa ya bu. Menyanyi dan membaca puisi sepertinya tidak mungkin. Menari? Apalagi itu."

"Atau gimana kalau Dzaky ikut drama saja Bun? Kita akan berikan Dzaky peran yang sesuai dengan kondisi saat ini."

Hamna mengernyitkan dahi 'Kondisi Saat Ini' apa maksudnya? Namun yang terlontar adalah  "Drama tentang apa bu?"

"Bu Melly sedang membuat konsep drama mengenai Malin Kundang, Bun. Nanti Dzaky jadi pengawalnya. Mudah kok Bun, perannya hanya berdiri dibelakang si Malin."

"Hm.... gitu ya Bu. Coba saya pikirkan dulu ya Bu. Insya Allah minggu ini akan saya putuskan."

"Silakan Bun. Kami tunggu hingga Jumat mendatang keputusannya ya Bun."

Hamna mengangguk. Berfikir sambil menjalankan sepedanya pulang setelah mengantar Dzaky pagi ini. Dalam hati Hamna sedih jika Dzaky terlibat dalam drama. Menjadi seorang pengawal yang dalam hal ini hanya sebagai pelengkap saja. Hamna bertekad Dzaky harus menjadi bintang yang bersinar. Ia tidak rela jika Dzaky terus menerus dilihat sebelah mata oleh orang lain. Hamna memiliki keyakinan yang kuat bahwa Dzaky mampu menjadi seorang yang bermanfaat. Seorang yang luar biasa. 'Ya Allah, berilah aku petunjuk.'

********

Sudah dua hari ini, Hamna mengamati Dzaky lebih intens. Mencoba mencari petunjuk apa yang pas untuk Dzaky tampilkan di Akhirusannah nanti. Semua sudah coba Hamna list. Jika dengan teman-temannya seperti menyanyi, menari, drama, sepertinya akan sulit dilakukan Dzaky. Jika Dzaky tampil single, seperti hafalan surat pendek atau doa-doa harian yang Hamna yakin Dzaky sudah menghafalnya, bisa jadi berhasil. Namun di satu sisi, Hamna khawatir bagaimana jika nanti Dzaky malah malu berdiri sendirian di tengah panggung. Hal ini akan menjadi trauma bagi Dzaky sendiri. Tujuan Hamna yang ingin agar Dzaky menjadi bersinar, akan tumbang secara otomatis. 

Setiap hari Bu Hida menanyakan apakah sudah keputusan untuk Dzaky. Hamna hanya menggeleng dan meminta maaf. Besok merupakan batas waktu yang diberikan oleh Bu Hida. Jika tidak ada usulan dari Hamna, maka Dzaky akan bersama teman temannya bermain drama dan berperan sebagai pengawal. 

Apakah Hamna harus minta pendapat Arfan? Hm..... Sesungguhnya Hamna masih canggung bertemu dengan Arfan. Pernyataan Arfan tempo hari di rumah sakit ketika menarik Hamna menjauh dari Galuh dengan mengatakan bahwa Hamna adalah istrinya masih mengganggu pikiran Hamna. Karena hingga saat ini sikap Arfan kepadanya tidak ada yang berubah. Tetap dingin, cuek seakan-akan pernyataannya itu tidak lah penting. Apakah ia tidak tahu bahwa sepanjang perjalanan mereka dari rumah sakit, hati Hamna terus terusan membuncah. Berharap pernyataan Arfan akan ada kelanjutannya. Menerimanya sebagai istri seutuhnya. Namun sekarang harapan itu seperti debu tipis yang tercuci hujan lebat, tak berbekas sama sekali. Hamna berusaha menekan sedalam mungkin perasaannya. Agar kebahagiaan yang sempat timbul tidak lancang keluar lagi. Hal itulah yang membuat Hamna enggan untuk bertanya pendapat Arfan mengenai apa yang patut untuk Dzaky tampilkan di acara akhir tahun ajaran nanti. Hamna tidak ingin mendapat kekecewaan lagi. Terlebih, ia ingin menghindari Arfan semampunya. 

Hadirmu UntukkuWhere stories live. Discover now