Saat ini Arfan sedang sibuk mengumpulkan dokumen untuk pengajuan beasiswa doktoral. Sudah sepekan ini waktunya dirumah lebih banyak dihabiskan di ruang kerjanya. Keluar jika sudah waktunya makan malam atau shalat saja. Itupun ia tetap lakukan di ruang kerjanya.
Seharusnya Hamna merasa senang, karena ia tidak perlu berbasa basi didepan Arfan. Namun yang membuat Hamna tidak bisa bernafas lega adalah Dzaky menjadi lebih rewel dari biasanya. Dzaky ingin bermain bersama Arfan. Sejak mengikuti terapi rutin lebih dari sebulan, Dzaky sudah mulai dapat berinteraksi dengan orang lain. Hamna tidak berhenti mengajak Dzaky mendekat ke Arfan. Meskipun Arfan hanya duduk di dekat Dzaky yang tetap asyik sendiri dengan mainannya dan Arfan asyik dengan gadget ditangannya, itu sudah membuat Dzaky tenang dan tidak serewel sekarang.
"Nak, papa lagi sibuk. Main sama Bunda saja ya." Hamna terus membujuk Dzaky yang terus gelisah. "Papa lagi belajar buat sekolah. Yuk Dzaky juga belajar kayak Papa. Kita ulangi lagi mengenal hurufnya."
Meskipun terlihat enggan, Dzaky tetap menuruti ajakan Hamna. Melihat buku dihadapannya.
"Ini namanya huruf N kayak not balok. Ni gambarnya. Yang buat lagu lagu itu loh." Sejenak Dzaky menatap Hamna."Dzaky bingung? Hmmm gini loh." Hamna bersenandung shalawat dan asmaul husna.
"Gitu sayang." Mengelus kepala Dzaky dengan sayang.
Hamna terkejut ketika Dzaky berdiri dan menarik tangan Hamna untuk mengikutinya. "Mau kemana nak? Jangan ganggu Papa loh ya."
Ternyata Dzaky membawa Hamna ke ruang tengah. Dia membuka taplak yang menutupi sebuah kotak besar. Menempel pada dinding di bawah lukisan ikan besar. Waahhh ternyata keyboard. Hamna yang sudah hampir 3 bulan dirumah ini belum menyadari adanya keyboard disini. Tertutup taplak yang menjuntai hingga lantai, Hamna pikir hanya meja biasa.
Dzaky membuang taplak itu ke sebelah kanannya, ia menggeser kursi yang tersembunyi di bawah keyboard dan menekan tombol on.
"Dzaky ngerti gimana main nya?" Hamna bingung dengan tingkah Dzaky. Mencoba belajar dari buku lagu yang ada di atas keyboard namun belum juga Hamna fahami. Meskipun Hamna mudah dalam memperlajari sesuatu walau dengan membaca, namun untuk urusan lagu, ia harus melihat contohnya dulu.
Ting
Ting
Dzaky mulai menekan-nekan tuts keyboard itu satu persatu. Hamna hanya mengamati saja.
Ada lampu indikator kelap kelip berwarna merah dekat tombol on. Dzaky menekannya dan terdengar lagu yang sudah terekam di memori. Kemudian diatas tuts keyboard ada lampu yang menyala bergantian. Sepertinya ini adalah keyboard untuk pemula. Tuts keyboard yang menyala, seperti menggiring kita untuk menekannya. Dan benar, ketika Hamna mencoba menekan tuts sesuai lampu yang menyala, lagu dan denting keyboard senada. Dzaky sumringah. Dengan semangat ia menekan tuts keyboard sesuai kelipan lampu. Lagu pun terdengar lebih indah.
Satu lagu selesai. Hamna dan Dzaky tersenyum dan mereka bertepuk tangan. Dzaky menekan tombol "next" dan lagu kedua mulai lagi. Dzaky dengan antusias menekan tuts sesuai irama. Luar biasa. Ia cepat sekali beradaptasinya. Hamna mengucapkan hamdalah dan memeluk Dzaky dari samping. Mengecup pipi kirinya dan mengelus kepalanya. Dzaky tampak tidak peduli dengan yang Hamna lakukan. Ia tersenyum dan terus memainkan keyboard itu.
"Semoga ini menjadi salah satu jalanmu untuk bahagia ya, Nak. Meskipun Papa sedang sibuk" Sekali lagi Hamna tersenyum.
Hingga jam 10 malam, Dzaky belum juga beranjak dari depan keyboard. Hamna yang sudah terkantuk kantuk sampai bosan membujuk Dzaky untuk tidur.
BRAAAK !!!
"DZAKY, HAMNA, TAU SEKARANG JAM BERAPA?" Suara siapa lagi kalau bukan Arfan. Mereka hanya bertiga dirumah. Arfan menatap mereka tajam.
YOU ARE READING
Hadirmu Untukku
General FictionHamna tidak mengerti mengapa ia ditinggal oleh bundanya di rumah bercat hijau ini. Yang ia yakini, bahwa suatu saat nanti bundanya akan kembali menemuinya. Selama masa menunggu, banyak peristiwa yang terjadi pada Hamna hingga hampir saja ia putus as...