Sejak awal Mamanya menceritakan Hamna kepada Arfan, ia tidak menanggapinya terlalu serius. Sama seperti tanggapannya setiap kali kakaknya menyodorkan nama, ditambah biodata hingga foto beberapa nama kenalannya. Ia sama sekali belum tertarik menjalin hubungan kembali dengan siapapun sejak memutuskan berpisah dengan Gina.
Satu-satunya yang membuat ia merubah keputusnnya adalah Dzaky. Satu hari setelah Yudi meminta izin berhenti sebagai pengasuh Dzaky, malamnya ia mendapati putra nya menggigil hebat. Badannya panas dan gelisah. Ia segera membawa Dzaky ke UGD. Setelah diperiksa, Dzaky mengalami alergi makanan. Arfan segera menghubungi Yudi dan Mak Iyah, menanyakan apa yang telah di konsumsi Dzaky hari itu. Namun kedua nya mengatakan tidak ada yang beda. Semua memberikan makanan dan camilan seperti biasa. Aaahhh....
Arfan menunggu putranya diruang tunggu. Menghempaskan tubuhnya di kursi besi berjejer. Melihat ke langit langit atap rumah sakit. Mencoba mencerna apa yang harus ia lakukan tanpa seorang istri disampingnya. Sepertinya sulit baginya membesarkan Dzaky seorang diri. Ia mencoba menghubungi mantan istrinya. Sekali dua kali, teleponnya tidak diangkat. Ia akhirnya mengirimkan pesan singkat kepada Gina."
[Dzaky masuk rumah sakit]
Dzaky baru saja dibawa ke ruang rawat inap. Matanya terpejam, terlihat amat tenang. Arfan mengamati wajah putranya. Ingatannya kembali pada diagnosa dokter mengenai ASD pada Dzaky. Ia baru menyadari diusia Dzaky saat ini, seharusnya ia sudah pandai berbicara, mandiri dan memiliki teman. Namun kenyataannya hingga saat ini, Dzaky belum juga menunjukkan perkembangan yang baik. Tidak pernah bicara, hanya menunjuk jika mau sesuatu. Masih belum bisa ke kamar mandi sendiri. Masih menggunakan pampers jika malam hari. Lebih senang bermain sendiri tanpa mau terlibat dengan orang lain. Ah.... Arfan sedih jika memang benar Dzaky adalah ASD.
Arfan masih mengamati Dzaky yang terlelap. Hingga bibir mungil itu menggumamkan sesuatu. "ma-ma" berulang ulang. Arfan tercekat. Ia hingga merapatkan telinganya pada mulut sang anak. Dan semakin jelas apa yang ia dengar, ya... "mama". Dzaky rindu mamanya.
Airmata Arfan mengalir tanpa bisa dibendung. Dipeluknya anak semata wayangnya. Diusap usapnya kepala Dzaky dan membisikkan ditelinga anaknya, bahwa mama akan datang.
Hingga pagi menjelang, Arfan tetap tidur disamping Dzaky. Menggenggam tangan anaknya, seakan meyalurkan kekuatan, bahwa mereka bisa melalui ini semua bersama-sama.
drrrtttt ... drrrrttt
Gina is calling
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, Mas. Gimana Dzaky?"
"Sudah mendingan, dia alergi. Kamu dimana?"
"Maaf Mas, saya masih di Paris, ada pembukaan rumah mode dua hari lagi. Sekarang masih gladi bersih. Nanti kalau saya pul-"
Arfan memutuskan teleponnya sepihak. Menghela nafas kasar. Gina dengan segala aktivitasnya. Itu juga yang membuat Gina tidak protes ketika Arfan meminta hak asuh Dzaky ke tangannya. Gina merasa terbantu. Tidak perlu bersusah payah mengurus putranya.
"Belum berubah juga kamu ya Gin" lirihnya sambil memandang Dzaky yang masih tertidur.
*******
Siangnya Dzaky sudah diperbolehkan pulang. Demam sudah turun dan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Arfan dapat bernafas lega. Pasalnya jika harus menginap lagi, mau tidak mau ia pasti akan merepotkan Mamanya. Sudah bisa dipastikan lagi jika hal itu sampai terjadi, nasihat mengenai mencari istri tidak akan pernah berhenti hingga Mamanya bosan sendiri. Untunglah Dzaky sudah boleh pulang.
Sejak Dzaky mengucapkan kalimat "ma-ma-ma" itulah hati dan pikiran Arfan tidak bisa fokus. Mungkin karena Dzaky yang jarang - jika boleh dikatakan tidak pernah - bicara, namun sekalinya ia mengatakan "ma-ma-ma" dihati kecil Arfan mengatakan bahwa Dzaky sangat merindukan mamanya. Dan sekali lagi tawaran Bu Pur-mamanya- membuat ia memutuskan untuk mencoba membuka hati demi putra kecilnya.

YOU ARE READING
Hadirmu Untukku
General FictionHamna tidak mengerti mengapa ia ditinggal oleh bundanya di rumah bercat hijau ini. Yang ia yakini, bahwa suatu saat nanti bundanya akan kembali menemuinya. Selama masa menunggu, banyak peristiwa yang terjadi pada Hamna hingga hampir saja ia putus as...