"Hei, apa kau bilang? Honey?!" tanya Almira gengsi.
Nanda mengangguk, "Memangnya kenapa?!"
Almira menatap Nanda kesal, ia mencubit perut Nanda pelan. "Kapan aku menyuruhmu memanggilku seperti itu?!"
Nanda mengerang sakit, ia berpikir untuk mencoba berpura-pura bahwa cubitan Almira itu sangatlah kuat. "Aduh sakit!"
Cika merasa dirinya jadi bahan orang ketiga di antara keduanya, ia tersenyum simpul. Keinginannya untuk menanyakan alasan Nanda terlambat masuk simulasi ujian matematika pun diurungnya, ia berlalu pergi.
Benar saja, wajah Almira berubah cemas, ia mempercepat langkahnya meninggalkan Nanda seorang diri.
Kenapa jadi ditinggalkan?! Gerutu Nanda kesal.
Namun, gadis itu berbalik kembali sembari berjalan kecil ke arah Nanda. "Sakit sekali, ya?"
Nanda mengangguk, "Kamu sih kuat sekali, pasti bengkak..."
"Masa sih sampai bengkak? Ya sudah, sini aku bantuin." Almira membopong Nanda sampai ke bangku kecil di depan kelas 11 Ips 2.
"Mana?!" tanya Almira dingin.
Nanda menatap Almira heran "Mana apanya?!"
"Buka tuh baju! Aku mau lihat! Katanya bengkak!" ucap Almira jengkel.
Nanda melotot, ia tak menyangka jika Almira semesum ini. Apa dia tidak mengerti reaksi orang-orang nanti saat ia membuka bajunya. Mungkin ada yang histeris hingga berpikir macam-macam.
"Kamu kok nafsu?!" tanya Nanda duduk agak menjauh dari Almira.
Almira salah tingkah, apa yang diucapkannya tadi salah? Oh, ia baru mengerti jika Nanda sedang berpikir yang tidak-tidak sekarang. Pikiran untuk menjahilinya tiba-tiba keluar.
"Iya! Memangnya kenapa?!" Almira menatap Nanda dari atas hingga ke bawah dan berbalik lagi ke atas.
Nanda melihat Almira ngeri, ternyata makhluk sepertinya tak berdaya jika sedang ditatap Almira seperti itu, wajah itu sangat indah sekali jika tak dilihat.
Tak lama kemudian, Almira mendekatkan posisi duduknya lalu mendekatkan wajahnya dan Nanda dekat sekali. Jantung Nanda berdetak kencang, nafasnya pun terasa tercekat di leher.
"Cepat buka!" paksa Almira memegang pergelangan tangan Nanda.
Nanda mengangguk pasrah, Almira tertawa kecil. Nanda lucu jika nerfous sepeti ini. Ia benar-benar ingin membuka bajunya lalu berhenti saat Almira tak kuat menahan tawanya.
Nanda menatap Almira heran, padahal tinggal mengangkat sedikit baju Nanda, perutnya pun sudah tampak. Ia baru menyadari jika Almira hanya mempermainkannya.
"Thanks for idea, honey!" tukas Nanda tersenyum simpul.
"Nggak, maaf maaf... ekspresi kamu ya menegangkan banget!" Almira tak kuasa menahan tawanya ketika mengingat kembali ekspresi Nanda.
"Ha... ha... ha..." eja Nanda datar.
"Aku minta maaf Nanda... aku hanya butuh sedikit hiburan." Tawanya mulai mereda.
Nanda mengangkat kedua alisnya lalu tertawa, "Aku suka lihat senyuman kamu, mungkin aku bisa menyukaimu!"
Almira mencerna perkataan Nanda barusan, kemudian tersenyum "Terima kasih. Tapi, kumohon jangan pernah menyukaiku!"
"Kenapa?!" tanya Nanda bingung.
"Aku harus melanjutkan kuliah di Jerman, kemudian pulang ke Indonesia melanjutkan bisnis ayahku lalu menikah dengan marga yang sama sepertiku." Jelas Almira beranjak pergi dari hadapan Nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Different
Teen Fiction"Ada apa?" tanya Nanda melepas tarikan Almira. "Aku yang bertanya, kau kenapa? Ingin memanas-manaskan aku?!" tanya Almira kesal. Nanda terdiam, ia baru mengerti jika Almira ingin membahas kenapa ia tiba-tiba berubah seperti ini. "Itu karena kau! Kau...