"Ibu, ayah, Yusuf..." panggil Almira bingung melihat seisi rumah sepi.
"Kemana mereka?" tanya Almira penasaran.
Almira melihat arlojinya, ia bergegas ke garasi dan melihat semua kendaraan tidak ada di tempatnya. Rumah benar-benar sepi sekarang, padahal masih pagi. Ia terpaksa keluar rumah dengan naik taxi ke pantai ancol. Almira mencoba menelpon ibunya namun tak diangkat, begitu juga Yusuf dan ayahnya.
"Aneh sekali." Pikir Almira sembari membayar taxi saat ia sudah sampai di pantai ancol.
>Dimana kamu?
Almira mengirimkan pesan singkat pada Nanda. Tak lama kemudian ia mendapat balasan dari Nanda.
<Carilah sampai kau dapatkan tempatnya.
Almira mengangkat kedua alisnya, kenapa harus dia yang mencarinya? Padahal yang mengajaknya bertemu adalah Nanda.
Dari kejauhan Almira melihat banyak tentara tiba-tiba melingkari dirinya. Membuat huruf O. Almira kaget ketika salah satu dari mereka maju dan membawakan sebuket bunga mawar serta bando yang bermotif bunga yang dipasangkan di kepala Almira.
Almira tersenyum saat lingkaran itu berubah menjadi barisan di belakangnya.
"Teteh Almira silahkan maju, mengikuti langkah kami." Ujar seseorang tentara terdengar kental dengan Bahasa sunda-nya.
Almira menggeleng, "Maaf, saya tidak membuat acara disini. Mungkin, anda salah orang."
Mereka tak mendengar perkataan Almira dan malah maju melangkah seperti sedang baris-berbaris. Almira terpaksa mengikuti langkah mereka, ia berjalan sampai mereka berhenti di sebuah karpet berwarna merah dengan hiasan khalayak pernikahan.
Almira bergeming ketika melihat banyak orang datang dari arah yang sama. Di kerumunan itu tampak ibu, ayah dan Yusuf tersenyum padanya bersama orang-orang yang ia kenal. Ada Fatur dan keluarganya juga ayah dan ibu Nanda.
"Almira..." panggil Nanda dari belakang yang sudah lengkap dengan seragamnya.
Almira menoleh ke asal suara, ia belum mengerti dengan semua ini. Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.
"Kenapa banyak orang disini, Nanda?" tanya Almira berbisik.
"Ada sesuatu untukmu calon istriku," jawab Nanda balik berbisik.
"Calon istri?!" tanya Almira tak percaya.
"Iya, setelah ayahmu merestui hubungan kita. Aku takut, ini akan menjadi dosa karena terlalu lama memendam perasaan ini. Jadi, aku mau kita sah saja." Nanda menyeringai lebar.
Almira tersentak, ia tersenyum malu pada Nanda. "Dari dulu kamu tidak pernah berubah, selalu saja romantis."
"Oh ya? Jadi, maukah kamu menikah denganku?" tanya Nanda berjongkok di depan Almira.
Senyuman Almira memudar mendengar pernyataan Nanda, sedetik kemudian ia tak kuasa menahan senyum harunya. Almira menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tatapannya beralih pada ayah dan ibunya.
Ayah dan ibunya tersenyum mengangguk, Almira berbalik menatap Nanda, tiba-tiba ia teringat pada Nafisah.
"Nafisah?" tanya Almira sedatar mungkin, ia mencoba untuk tetap tenang.
"Dia sudah kembali ke Yogyakarta kemarin, karena takut kamu salah paham padanya." Jawab Nanda.
Ternyata Nafisah anaknya baik, ya allah maafkan hamba telah mencurigainya. Batin Almira.
Nanda tampak mengambil sesuatu di balik kocek celananya, ia lalu membuka sebuah kotak cincin berbentuk love pada Almira.
"Aku serius padamu, aku sudah lama menunggumu, aku takut jika kau duluan menjadi milik orang lain. Your many important to me, setelah kedua orang tuaku. Jadi, you will marry me, Syarifah Almira?" tanya Nanda tersenyum hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Different
Teen Fiction"Ada apa?" tanya Nanda melepas tarikan Almira. "Aku yang bertanya, kau kenapa? Ingin memanas-manaskan aku?!" tanya Almira kesal. Nanda terdiam, ia baru mengerti jika Almira ingin membahas kenapa ia tiba-tiba berubah seperti ini. "Itu karena kau! Kau...