10. | Essay | : Harapan, Cita-cita atau Mimpi

3.8K 47 4
                                    

Tiga hal serupa namun tak sama. Harapan, cita-cita dan mimpi. Tentunya itu bukan hal asing lagi bagi kita. Semua insan di muka bumi ini pasti memiliki ketiganya. Hanya saja beberapa orang yang paham betul arti dari ketiganya.

Menurut pandanganku harapan pada hakikatnya hanyalah keinginan yang terlintas begitu saja. Harapan adalah suatu keinginan agar terwujud di kemudian hari.

Sebagai insan kita sudah diberi harapan sedari kita pertama kali membuka mata.
Contoh kecilnya adalah saat orang tua kita memberikan kita nama. Mereka berharap kelak anaknya bisa menjadi seperti arti namanya. Contohnya; orang tuaku memberiku nama yang artinya cahaya dari bulan dan bintang. Mereka berharap agar aku menjadi cahaya terang yang menyinari kehidupan mereka dan orang-orang di sekitarku. Menjadi bulan yang tetap pada tempatnya walaupun sendirian dan hanya membawa sinar dari sang surya. Lalu menjadi bintang dalam kehidupan yang keras, tetap menemani cahaya bulan di gelapnya malam.

Kedua, apa itu cita-cita? Bagiku cita-cita adalah sebuah hasrat dalam diri kita untuk dijadikan tolak ukur di masa depan.

Mengapa begini? Karena bagiku cita-cita adalah patokan atau tujuan di mana kita akan mengakhiri sebuah angan. Pastinya kita sudah tidak asing lagi dengan kata "Cita-Cita."

Sejak kecil kita selalu ditanya kalau besar nanti mau jadi apa? Atau apa cita-cita kamu? Pertanyaan itu kita jumpai pertama kali saat kita duduk dibangku TK-taman kanak-kanak-, jika dulu ditanya aku selalu menjawab menjadi guru. Anak-anak lain pun menjawab dengan spontan seperti ingin menjadi dokter, polisi atau Pilot. Dikarenakan saat itu kita belum tahu betul apa itu cita-cita. Saat aku duduk di bangku SD jawaban aku pun tetap sama.

Tetapi saat aku mulai menempuh pendidikan di SMP seketika cita-citaku untuk menjadi guru sirna. Karena bagiku cita-cita harus dibumbui dengan bakat dan minat diri sendiri.

Saat cita-citaku untuk menjadi guru sirna, bergantilah dengan cita-cita baru. Cita-citaku adalah ingin menjadi penulis yang karyanya seagung Andrea Hirata dan seindah Tere Liye.

Hingga sampai saat ini di usiaku yang ke 17 tahun aku ingin menjadi seperti mereka. Cita-cita yang berubah-ubah itu hal yang lumrah. Karena semakin kita berumur pemikiran kita juga ikut bertambah bukan? Ditambah dengan lingkungan atau teman-teman sekitar yang membuat kita tambah mengenal lagi kehidupan.

Dan yang terakhir, mimpi. Mimpi sendiri dalam "Kamus Besar Bahasa Indonesia" memiliki artian sesuatu yang terlihat atau dialami saat tidur/angan-angan.

Namun bagiku mimpi lebih dari bunga tidur semata. Mimpi adalah kekuatan. Mimpi adalah kunci kesuksesan dan kebahagiaan. Mimpi adalah arah di mana kita akan memijakkan langkah kaki kita.

Hidup tanpa mimpi bagaikan sayur tanpa garam. Martabak manis tanpa cokelat. Jika seseorang hidup tanpa membawa mimpi, hidupnya akan bingung dan monoton. Mereka yang tak mempunyai mimpi adalah mereka yang telah menyerah sebelum kakinya sampai di medan tempur.

Dulu aku sempat punya pemikiran, "Apakah pantas seorang sepertiku yang hanya menyemai pendidikan di SMP untuk memiliki mimpi tinggi dan ingin meraihnya? "

Sungguh pemikiran yang keliru bukan? Bagiku kini mimpi adalah hak semua orang tak memandang ras, golongan, gender, suku, agama, status sosial atau bahkan gelar sarjana.

Mimpi adalah arah yang harus kita tempuh. Dengan apa? Dengan doa, restu dan usaha. Mau sebesar apapun mimpi kita jika kita memegang teguh ketiga hal ini maka tidak ada kata "tidak" dalam mengejarnya. Melalui doa yang kita panjatan terus-menerus dan bersyukur, percayalah Tuhan akan mengikut campurkan tangan-Nya dalam segala urusan kita.

Restu kedua orang tua juga restu-Nya. Maka dari itu restu orang tua kita sangatlah berperan penting dalam mengejar mimpi kita.

Lalu dengan usaha, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Maka dari itu untuk mencapai semua mimpi kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh.

Satu hal lagi, ketahuilah apa bakat dan di mana batas kemampuan diri kita sendiri. Yang mengenal baik diri kita adalah diri kita sendiri. Semua insan di muka bumi ini terlahir dengan bakat, jika belum mengetahuinya mungkin kita belum mengenal baik jati diri kita sendiri.

Bakat juga perlu kita asah, karena jika tidak diasah maka akan berhenti di situ dan akan ketinggalan jauh tidak bergerak maju.

Semakin bertambah modernnya dunia ini pasti bertambah banyak juga cara untuk mengasah bakat kita. Lalu, batas kemampuan. Mengapa ini penting? Karena segala sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik. Ambisi yang membakar jiwa hanya akan membunuh mimpi kita secara perlahan. Maka untuk mengejar mimpi yang telah kita tempatkan di cakrawala dibutuhkan juga kemampuan yang ada di diri kita sendiri.

Jadi, apakah kita bisa memilih antara harapan, cita-cita atau mimpi?

Jawabnya adalah tidak. Karena sejatinya ketiga hal ini berkesinambungan yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun.

Dari paparan panjang di atas dapat disimpulkan bahwasanya harapan, cita-cita dan mimpi adalah kunci untuk hidup kita di esok, lusa, nanti dan seterusnya.

Ketiganya juga harus didampingi dengan doa, restu, usaha, bakat, kemampuan dan keyakinan terhadap diri sendiri.

Ketiganya harus kita raih karena sudah semestinya seorang insan melakukannya.

Semua butuh proses, tidak ada yang langsung seratus sempurna. Jika gagal, jadikanlah kegagalan sebuah pembelajaran untuk ke depannya. Dan juga menjadi pacuan untuk kita terus semangat dalam mengapai segalanya. Percaya dan yakin pada diri sendiri itu juga sangatlah penting.

Believe in yourselft, then that dream will come true!

Believe in yourselft, then that dream will come true!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melangitkan Impian || wm
By. LhiaLii

Event (1) Melangitkan Impian [ Sudah Terbit ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang