25. | Cerpen | : A s a

636 26 0
                                    

Pagi hari di bulan Januari, dengan rintikan suara hujan yang mengisi suasana pada hari ini. Cuaca seakan mewakilkan gemuruhnya hati seorang gadis bernama Aerilyn. Ia adalah seorang siswi SMA biasa tanpa kelebihan yang menonjol. Bukan seperti tokoh fiktif yang terlihat serba sempurna, ia bahkan terbilang sangat biasa saja. Wajahnya ayu, dengan warna kulit kuning langsat dan tubuh yang bisa dibilang proposional. Dia adalah gadis yang luar biasa dibalik penampilannya yang biasa saja. Iya, dia bisa dikatakan sangat mahir dengan drama. Drama? Sekali lagi, iya. Drama itu ialah drama kehidupannya.

Bukan tanpa alasan ia disebut seperti itu, nyatanya ia memang mahir dalam hal pura-pura. Ia mahir dalam menipu dunia. Menipu segalanya seakan semua baik-baik saja. Nyatanya? Itu hanyalah dusta.

Gadis yang memiliki ekonomi yang tidak terlalu bagus, dengan hidupnya yang berada di tengah kota menjadikan ia harus melakukan kerja part time untuk menambah uang jajannya. Apalagi dengan kondisi keluarganya yang antah-berantah. Serta ia mempunyai dua adik yang harus ia jaga. Umurnya masih dibilang cukup muda, tapi bebannya sudah seperti orang dewasa. Itu semua ia rasakan ketika hari itu. Hari di mana semesta seakan tak menyukai dirinya ada. Hari di mana semua seakan tak berpihak padanya, rasa sakitnya datang bertubi-tubi dalam seketika. Bagai anak panah yang dilepaskan oleh bala tentara kepada satu target saja. Dan targetnya adalah dia.

31 Juli 20xx

Gadis ceria bernama Aerilyn telah datang menyambut pagi. Seakan hidupnya benar-benar bahagia layaknya di novel fiksi. Ia memang bukan primadona sekolah tapi aura cerianya seakan menular ke mana-mana. Tapi, saat malam, ia merasa bukan lagi menjadi dirinya. Pertengkaran orang tuanya terjadi kembali setelah sekian lama tak terjadi. Atau mungkin ia yang tak mengetahuinya?

Esoknya, ia masih menjadi dirinya yang ceria. Berusaha untuk menutupi lukanya tadi malam. Orang tuanya seakan sudah tak peduli lagi dengan ia dan kedua adiknya. Tapi tak apa, semua akan baik-baik saja, begitulah katanya.

Saat sore hari, ia pun pulang. Saat sampai di rumah, ia disambut dengan suara tangisan dari kedua adiknya. Mereka berdua seakan kesakitan. Ternyata, ayahnya memukul mereka dengan membabi buta, tak peduli dengan umur anaknya yang masih belia ia terus saja menyiksanya. Dengan cacian yang ia lontarkan dari mulutnya. Sumpah serapah dan kata-kata tak baik lainnya. Rilyn bergegas menyelamatkan adiknya, namun hasilnya? Ia juga ikut serta jadi korbannya. Ayah sedang mabuk, begitu dalam benaknya. Dengan bau alkohol yang menyeruak, dan tubuh letih menahan sakit untuk melindungi adiknya, ia bertahan.

Kemudian, ayahnya pergi keluar rumah meninggalkan mereka begitu saja, tanpa bicara. Rilyn berusaha untuk menenangkan kedua adiknya dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

Tapi tunggu! Ibunya ke mana? Ia pun bergegas menuju kamarnya dan menemukan secercah surat diatas tempat  tidurnya.

Perlahan namun pasti, ia melangkah mendekati surat tersebut. Ia terduduk dan mulai membacanya.

Teruntuk: Rilyn.

Lyn, maaf mama harus pergi. Maaf mama tak bertanggungjawab atas mengurus kalian. Maaf jika mama telah menyakiti kalian. Mama sudah cukup tersakiti dengan ayah kalian. Jaga diri kamu baik-baik, jaga kedua adikmu, mama akan kembali tapi nanti dan tak tau kapan waktu yang pasti. Mama menyayangimu dan mempercayaimu.

Peluk hangat, Mama.

Perlahan, genangan air mata yang ditahannya menerobos untuk keluar. Mamanya pergi meninggalkan dia dan dua adiknya bersama ayahnya yang keras. Tak ada lagi senyum, peluk, dan kecupan hangat dari seorang ibu. Semuanya seakan tak berpihak padanya.

18 Januari 20xx

Ia mulai menjalani hari-hari nya dengan pura-pura sejak hari itu. Di mana ia harus menahan rasa sakitnya. Kekerasan, cacian, makian dan semuanya. Bahkan itu semua terlalu sakit untuk diingat, apalagi diceritakan. Sesakit itu beban yang ia rasa. Ia hidup tanpa arah dan tujuan. Alasan ia bertahan cukup mudah, itu semua karena kedua adiknya. Mamanya telah mempercayainya untuk menjaga kedua adiknya. Tapi rasanya terlalu sakit.

Event (1) Melangitkan Impian [ Sudah Terbit ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang