Part 10

11 2 0
                                    

Ditulis Oleh : AgnesWiranda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditulis Oleh : AgnesWiranda

Aisyah tidak tahu apa yang sedang dipikirkan cowok itu sekarang, namun pengalaman saat ia ditinggalkan Nenek dulu pun kembali berkelebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aisyah tidak tahu apa yang sedang dipikirkan cowok itu sekarang, namun pengalaman saat ia ditinggalkan Nenek dulu pun kembali berkelebat. Dulu, dia sama hancurnya seperti Angkasa. Berkeliling mencari tempat mengadu yang fana. Lupa bahwa sejatinya tempat mengadu seorang hamba hanyalah kepada-Nya.

"Selama kamu memiliki Allah dalam hati, kamu akan selalu lebih besar dari masalahmu. Lebih besar dari masa lalu, dan lebih kuat dari rasa sakitmu." Suara Aisyah menarik Angkasa dari lamunannya.

"Kalau memang benar begitu, kenapa gue merasa begitu tergelincir? Gue merasa jatuh terlalu dalam, sampai nggak menemukan lagi tempat berpijak." Aisyah tersenyum tulus, memaksa Angkasa untuk mendongak.

"Terlalu banyak bahu yang kamu cari untuk bersandar, padahal kita hanya butuh satu lantai untuk bersujud, Kak."

Angkasa terdiam selama beberapa detik, berusaha mencerna perkataan Aisyah barusan.

"Semenjak kepergian Mama, ada seseorang yang selalu mengajak sholat. Tapi bukannya merasa lega malah semakin sesak."

"Mungkin yang selama ini bersujud hanya sebatas raga. Kakak lupa menghadirkan jiwa. Sujud hanya sebatas membaca, tapi sangat jarang mengikutsertakan doa."

Angkasa terkekeh miris. Semuanya terlalu abu-abu untuk dipahami.

"Allah ingin hamba-Nya berlama-lama dalam doa, tapi kita terlalu terburu-buru bercengkrama dengan dunia," lanjut Aisyah.

"Begitu, ya ...." Angkasa merasa begitu ringan saat mengobrol seperti ini bersama Aisyah. Padahal niat awalnya ke Mushola hanyalah bersembunyi dari dunia yang begitu gencar menyelidikinya.

"Terima kasih," katanya tulus. Cewek itu mengangguk sebagai jawaban, "Sama-sama."

***

Setelah berbincang sebentar di mushola bersama Angkasa, Aisyah memutuskan pamit ke perpustakaan dengan alasan ingin mengerjakan tugas kelompok.

"Maaf, Kak, teman-teman lain sudah menunggu di perpustakaan."

Angkasa Milik Aisyah [ Proses Penerbitan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang