Part 11

14 0 0
                                    

Ditulis Oleh : arusyanp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditulis Oleh : arusyanp

Udara dingin menyambut para penduduk yang hendak pergi ke mushola

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara dingin menyambut para penduduk yang hendak pergi ke mushola. Aisyah memeluk erat sajadah dan mukena sembari melangkah cepat menyusul sang ibunda. Umi Hana adalah ibu terbaik bagi Aisyah, meski mereka hidup sederhana dan seringkali hanya berdua di rumah tapi mereka bahagia. Sang ayah tercinta jarang berada di rumah karena pekerjaannya sebagai supir yang menyebabkan beliau sering keluar kota. Aisyah tak pernah mengeluh dengan hidupnya yang sederhana. Baginya, tak apa hidup sederhana asal mereka selalu bahagia.

Mushola terlihat ramai karena waktu subuh akan segera tiba. Aisyah selalu bersemangat dalam menjalankan kewajibannya. Hal ini sudah berlangsung lama berkat didikan Abi dan Umi-nya. Aisyah segera menggelar sajadah untuknya dan juga Umi, tak lupa Aisyah memakai mukena putih bermotif bunga. Mukena favorit hadiah ulang tahun ke-15 dari Umi tercintanya. Tiga puluh menit sudah Aisyah dan Umi Hana berada di mushola. Selain membiasakan diri solat berjamaah di masjid atau mushola, mereka juga selalu mendengarkan ceramah dari ustadz setempat.

Perjalanan menuju rumah tak berlangsung lama. Aisyah bergegas menuju kamar dan bersiap-siap memakai seragam sekolahnya. Setelah semua dirasa siap, Aisyah menggendong tas ransel berwarna pink sembari berjalan menuju meja makan.

"Nak, cepat sarapan dulu. Nanti kamu terlambat kesekolah. Kamu kan harus naik bus," kata Umi dari arah dapur.

"Iya, Umiku yang cantik," jawab Aisyah riang. Aisyah tersenyum mengingat kebiasaannya dan sang ibunda.

Aisyah selalu suka menu sarapan sederhana buatan Umi. Nasi goreng dan telur dadar menjadi favoritnya dan tak lupa susu vanila sebagai pelengkapnya. Setelah menyelesaikan sarapan, Aisyah menghampiri Umi di dapur. Aisyah melihat Uminya masih sibuk mencuci beberapa piring dan alat-alat masak yang kotor.

"Umi, Aisyah mau berangkat ini. Salim dulu dong." Aisyah tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi sambil mengulurkan tangan di hadapan sang ibunda.

Umi Hana menerima uluran tangan puteri cantiknya setelah mengelap tangannya sendiri dengan kain. "Bekalmu, sudah kamu bawa nak?" tanya Umi Hana pada puteri cantiknya. "Sudah Umiku yang cantik," jawab Aisyah sambil tersenyum.

Angkasa Milik Aisyah [ Proses Penerbitan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang