Jangan lupa tinggalkan jejak🌟
Happy Reading° ° °
Feya sedari tadi hanya menggigit bibirnya gelisah. Ini bukan mimpi kan? Laki-laki yang ia suka, kini tengah mengantarnya pulang! Dia tengah duduk di atas motor seorang Keenan! Feya kembali mengingat-ingat, mimpi apa ia semalam?Dia senang sekali, namun di lain sisi ia juga takut. Bagaimana kalau Keenan mendengar jantungnya yang berdegup kencang? Ia gugup sekali. Ingin memulai pembicaraan, namun ia tak tahu apa yang harus di bicarakan. Lagi pula, ia juga ragu bahwa Keenan akan meresponnya jika ia berbicara. Tapi tak apa, ini sudah jauh lebih dari cukup. Ia bahkan tak pernah membayangkan ini akan terjadi. Pernah sih sekali, tapi tak lebih bagus dari ini.
Di atas motor Feya hanya bisa terus tersenyum. Bagaimana kalau Keenan tidak langsung mengantarnya pulang, melainkan mengajaknya pergi ke taman? Berjalan-jalan sebentar lalu mengambil beberapa foto bersama. Ah, itu pasti akan menyenangkan. Atau kalau tidak, mereka bisa berhenti di caffe kesukaan Keenan, memesan secangkir kopi lalu bertukar kisah untuk lebih mendekatkan diri. Di temani dengan rintik-rintik air hujan karena sekarang langit mulai mendung. Itu pasti luar biasa.
Tapi Keenan tak mungkin mengajaknya ke caffe. Laki-laki itu kan suka membaca buku, bagaimana kalau ia diajak ke perpustakaan kota atau ke toko buku? Memilih buku bersama, lalu membaca bersama hingga lupa waktu dan lelah. Pasti asik sekali. Feya jadi tidak sabar.
"Turun!"
Suara berat milik Keenan membuyarkan imajinasi Feya. Perempuan itu menatap sekelilingnya, ia sudah sampai di rumah. Sial! Kenapa jalanan sangat lengang tadi? Biasanya juga macet. Dia jadi cepat sekali sampai di rumah. Padahal, gadis itu masih ingin berlama-lama. Huh!
"Tunggu apalagi?"
Feya yang sadar Keenan kembali menegurnya langsung turun dengan salah tingkah. Tuh kan Feya! Kak Keenan mungkin ilfeel sama lo! Ucapnya dalam hati. Kesan pertamanya di mata Keenan pasti akan buruk.
"Masuk dulu gak Kak? Sekarang lagi mendung. Di dalam cuma ada Mama sama Kak Feli. Gimana?" Tawar Feya berbinar-binar. Bodoamat terkesan maksa.
Keenan menatap Feya dengan tak minat, lalu berpikir sebentar. "Gue numpang pake toilet."
Feya mengangguk kuat lalu mengajak Keenan masuk ke rumahnya. Rasanya ia ingin berteriak sambil berbaring di tanah, lalu memakan semangkuk besar brokoli yang di bencinya. Atau kalau tidak ia bersedia mengajak anjing galak milik tetangganya untuk jalan-jalan sore. Intinya, gadis itu senang sekali. Ini sejarah!
"Maa." Panggil Feya seperti biasa ketika masuk ke dalam rumah, namun dengan nada yang sedikit di manis kan. Gila saja! Disini ada Keenan. Ia harus menjaga image nya.
"Fey, udah pulang? Loh? Ini siapa?" Seorang wanita cantik yang telah berumur datang menghampiri mereka. Wajahnya manis dan walaupun sudah berumur masih mengeluarkan aura mempesona. Tak heran dari mana Feya bisa mendapat wajah cantiknya.
"Ini Kakak kelas Feya Ma, Dia yang ngantar Feya pulang." Ucap Feya sedangkan mamanya hanya menatap Feya dengan heran. Sejak kapan anaknya menjadi kalem begini?
"Halo tante, nama saya Keenan." Ucap Keenan sopan lalu mencium tangan Fina—mama Feya.
"Oh Iya! Mama lupa ngasih tau kamu supir kita istrinya lahiran jadi gak bisa jemput. Makasih ya nak Keenan." Balas Fina sedangkan Keenan hanya mengangguk sopan sambil tersenyum.
"Saya izin pake toilet nya ya tante."
"Oh pakai aja, jangan sungkan-sungkan ya nak Keenan." Jawab Fina lalu terkekeh kecil. "Toilet nya ada di bawah tangga."

KAMU SEDANG MEMBACA
A R K A
Teen FictionArkana Geano Bintang, Seorang laki-laki tinggi dengan sorot mata yang tajam. Ia merupakan ketua dari geng bermasalah yang sering di sebut-sebut dengan nama geng Garuda. Tak ada yang berani dengannya, bahkan guru-guru di SMA Kartini pun tak ada yang...