19. Jenguk

246 26 2
                                    

Jangan lupa vote dan comment✨
Satu vote kalian itu berharga banget banget banget buat author 💗
Terimakasih sudah vote 😣

Instagram : @joovina_

°°°

"Duh, nomornya si caca gak aktif Ji. Gimana nih?" Feya menggigit kukunya khawatir.

"Ck! Tuh anak kebiasaan deh bikin khawatir." Jia berjalan mondar-mandir di depan Feya sambil memikirkan bagaimana cara menghubungi sahabatnya.

"Apa jangan-jangan si caca—"

"Ssstt! Feya! Ini bukan saatnya buat mikirin yang enggak-enggak. Lo udah coba telpon Aska?" Jia membekap mulut Feya, lalu melepaskannya.

"Udah, tapi sama-sama gak aktif." Jawabnya sambil menarik napas.

"AH! TELEPON TANTE NADIA! ATAU KALO ENGGAK TELPON OM SENO. BURUAN FEY!" Teriak Jia pada Feya ketika ingat bahwa Nadia dan Seno belum mereka hubungi. Kedua gadis itu berharap semoga panggilan mereka tersambung.

"H-halo tante?" Ucap Jia sopan ketika panggilan mereka dijawab.

"Loh? Ji? Kenapa telpon?" Suara Natasya yang mereka khawatirkan dari tadi mengalir merdu. Feya dan Jia langsung merasa lega, namun marah di saat yang bersamaan.

"HEH! KITA ITU KHAWATIR TAU! UDAH GAK SEKOLAH, NOMORNYA GAK AKTIF LAGI! TAU GAK SEBERAPA TAKUTNYA KITA LO KENAPA-NAPA? MANA KEMAREN LO PULANG TERAKHIR LAGI! Jahat lo." Feya yang hanya diam mengeluarkan semua unek-uneknya. Suaranya menggebu-gebu dan nafas nya tak teratur.

"Fey, gue minta maaf. Hp gue ketinggalan di rumah, hp Aska juga. Ini kita lagi di rumah sakit."

"Lo sakit ca? Siapa yang sakit?" Tanya Jia dengan nada khawatir yang kentara.

"Cuma gara-gara telat makan kok. Tapi kata dokter hari ini udah bisa keluar." Natasya tersenyum dari seberang telepon, tak menyangka sahabatnya sekhawatir ini.

"Tuh kan kebiasaan! Dari dulu lo pasti masuk rumah sakit gara-gara telat makan. Gue heran deh, lo lagi diet atau apa sih ca sampe makan aja bisa lupa. Lo gak ngerasa laper? Jelas-jelas dirumah lo makanan berserakan, masih aja telat makan." Omel Jia panjang lebar yang membuat Natasya cemberut.

"Bukan gitu, cuma kemaren gue ketiduran jadinya lupa." Jawab Natasya persis seperti anak kucing yang ketakutan.

Jia menghela napas. Ia sangat mengenal dekat Natasya. "yaudah, rumah sakit mana?"

**

"Eh bang, katanya si caca sakit. Emang beneran?" Jeje menepuk pelan bahu Arka hingga membuat laki-laki itu menoleh.

"Serius lo? Sakit apa?"

"Ya mana gue tau, kan caca cewek lo. Gimana sih."

Tak menghiraukan ucapan Jeje, Arka pergi melangkahkan kakinya ke meja yang biasa di tempati oleh Natasya, dan benar saja, ada Feya dan Jia disana.

"Heh, Katanya si Nata sakit, sakit apaan? Parah gak?" Tanya laki-laki itu tanpa basa-basi.

"Kak, kalo ngajak orang ngomong harusnya salam dulu kek, atau seenggaknya basa-basi dikit. Ini main labrak aja." Feya mencibir kelakuan Arka sambil menyilangkan kedua tangannya. Gadis itu menjadi lebih berani.

Arka yang mendengar sindiran tersebut hanya menaikkan alisnya sebelah dengan wajah yang datar ditambah dengan tatapan tajam. Ia tak peduli dengan ucapan Feya sama sekali, yang ingin ia ketahui hanya bagaimana keadaan Natasya saat ini.

A R K ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang