14. Es Krim dan Kita

218 23 2
                                    

Jangan lupa vote dan comment✨

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Feya dan Natasya terengah-engah bersandar di dinding toilet. Keduanya memejamkan mata, berusaha mengatur nafas mereka. Ini semua akibat ulah Feya yang mengajak Natasya berlari sepanjang jalan ke toilet.

Padahal kan, Keenan dan Arka tak mungkin mengejar mereka.

"Capek banget." Keluh Natasya.

"Sama."

"Lo kenapa lari sambil narik tangan gue sih Fey? Bikin keringetan! Bodohnya gue mau-mau aja." Natasya mengusap keringat yang ada di dahinya.

"Hehe, sorry. Abisnya gue panik Ca." Feya nyegir kikuk yang hanya di balas delikan oleh Natasya.

Tak ada siapa-siapa di toilet ini. Hanya mereka berdua. Jadi rasanya lebih leluasa untuk mengobrol tanpa takut ada yang menguping.

"Itu yang sama lo tadi siapa bro?"

Dari luar toilet, Natasya mendengar suara laki-laki yang tengah mengobrol. Ini pasti dari toilet laki-laki yang bersebelahan dengan mereka.

"Yang mana?"

"Cewek yang katanya adek kelas lo! Yang di lapangan basket."

Natasya dan Feya saling berpandangan. Dia kenal suara ini. Ini suara ini Nugra dan temannya yang bernama Bimo. Natasya tak ingin menguping, tapi kalau sudah membawa-bawa dirinya ia juga jadi penasaran.

"Maksud lo caca?"

"Nah iya itu! Minta id line nya dong Ra."

"Gak bisa! Gue duluan yang mau ngejar dia. Lo cari yang lain aja sana. Lagian, gue juga belum sempet minta id line sama nomor wa nya."

Natasya menelan ludahnya kasar. Apa maksud ucapan Nugra yang mengatakan akan mengejar dirinya? Apakah laki-laki itu tertarik pada Natasya, adik kelasnya yang super duper biasa-biasa saja?

"Tai lo ah, pelit amat."

Kemudian, terdengar suara langkah kaki mereka keluar dari toilet. Natasya masih diam, bersandar di dinding. Tetapi yang berbeda, jantungnya justru berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Satu fakta mengejutkan. Natasya dulu juga pernah menyukai Nugra, setidaknya untuk beberapa minggu lantaran teman dekatnya juga menyukai laki-laki itu. Natasya akhirnya mengalah, dan lebih memilih untuk menghapus laki-laki itu dari hidupnya. Itulah alasan mengapa Natasya mengganti nomor teleponnya dan tak pernah mengontak Nugra.

Memang sejak kecil, selera Natasya adalah kakak kelasnya. Dasar!

"Ca! Lo denger gak? Kakak kelas lo yang Nugra-nugra itu ngomong apa? ciee, bentar lagi ada yang mau di deketin nih." Goda Feya sambil menyikut Natasya. Gadis itu tersenyum tak jelas berusaha membuat Natasya merona merah.

"Apa sih Fey! Udahlah, yuk kita ke kantin. Gue rasa Kak Keenan sama yang lain udah kelar makannya." Natasya menarik tangan Feya menuju kantin lalu berjalan cepat.

Ia tak ingin, wajahnya yang semerah tomat dilihat oleh Feya. Bisa habis dirinya di ejek seharian!

**

"Kalian dari mana sih? Ke toilet kok malah jadi keringetan begini? Lama banget lagi." Semprot Jia ketika mereka duduk di hadapannya.

Benar dugaan Natasya. Arka dan teman-temannya sudah pergi dari kantin. Syukurlah. Ia bisa makan dengan tenang sekarang.

"Emm, tadi di jalan kita ngeliat kecoa Ji, makanya kita lari terus keringetan deh." Jawab Feya mengarang cerita. Jia menatapnya tak yakin, tapi kemudian kembali menyantap makanannya.

A R K ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang