Haloo! Jadi sebelumnya aku sempet ngga pengen ngelanjutin cerita ini karna kesibukan aku sendiri, tapi ngeliat ternyata ada yang nungguin ceritanya untuk up, aku jadi terharu hehe. Makasih banget untuk kalian semua yang udah nungguin dan dukung cerita ini. Terima kasih banyak😭🙏🏻💖💐Selamat membaca!
.
.
.
.
.Arka membuka pintu rumahnya, tak ada orang. Laki-laki itu mengedikkan bahu lalu berjalan dengan langkah lebar menuju kamarnya. Entah sudah pukul berapa sekarang, yang jelas suara ayam berkokok mulai terdengar.
Ia membanting diri ke atas kasur. Hari ini cukup melelahkan, tapi ia senang sekali. Gadis ceroboh itu, akhirnya berhasil ia dapatkan. Arka memejamkan mata, dia butuh tidur. Sekelebat, terbayang olehnya bagaimana ia menyatakan perasaan tadi dan bagaimana gadis itu juga membalasnya. Rasanya seperti mimpi. Ia tak pernah membayangkan akan menyatakan perasaannya secara spontan seperti itu.
Dia benar-benar merasa berbeda. Rasanya seperti, jantungnya bekerja dua kali lebih cepat dan tangannya terus terasa dingin saat memikirkan Natasya. Laki-laki itu bangun dan duduk di pinggiran kasur, mendengarkan betapa gila jantungnya yang berdetak.
"Gue ngantuk."
Arka memijat pelipisnya pelan. Lalu, dengan langkah ogah-ogahan masuk ke dalam kamar mandi. Ia harus sekolah. Ia harus bertemu gadis itu. Dia bisa gila kalau tidak bertemu.
Setelah mengguyuri dirinya dengan air dingin yang benar-benar dingin, Arka memakai pakaian sekolahnya. Hari ini ia bersiap sedikit lebih lama untuk merapikan rambutnya yang hitam.
• • •
"Ca! Buruan! Bareng sama Papa aja ya pergi sekolahnya? Aska juga ya nak." Ujar Nadia terlihat sibuk menyiapkan bekal makan siang untuk suaminya.
"Loh? Kenapa gak sama pak supir aja?"
"Kita gak ada supir sekarang, udah di pecat papa." Jawab Nadia masih sibuk dengan bekal suaminya.
"Hah? Kenapa dipecat pa?" Tanya Natasya kaget. Dia yakin sekali pasti nanti saat pulang sekolah, ia akan berjalan kaki. Natasya mendengus sebal.
"Dia kerjanya lambat. Udah buruan masuk." Ujar Seno dengan nada tajam nya seperti biasa. Natasya tak pernah tahu kinerja supir rumahnya, karena Dia hanya pernah diantar selama satu bulan pertama di kelas 10. Sisanya tentu saja berjalan kaki. Biasanya pak supir hanya mengantar Nadia.
"Buruan masuk."
"Iya pa."
Natasya, sedari kecil tak pernah dekat dengan Ayahnya. Alasannya tentu saja karena faktor pekerjaan. Seno selalu pergi di saat ia belum bangun dan kembali ke rumah di saat ia sudah tidur.
Pada hari-hari weekend-pun Seno kadang masih harus bekerja. Entahlah, kadang Natasya merasa Seno seperti hidup di dalam dunianya sendiri. Ia terlalu dingin dan kaku, tak seperti orang lain.
Seno juga sangat tertutup. Ayahnya itu, tak pernah mau membicarakan masa kecil dan masa mudanya. Nenek dan Kakek dari pihak Ayahnya telah meninggal lama sekali, dan Ayahnya merupakan anak tunggal. Kadang, Natasya merasa mungkin masa kecil Ayahnya hanya berisikan kesepian sehingga tak perlu ada yang diceritakan.
Lahir dari dua orang hebat yang memiliki karir cemerlang, tentu saja membuat mereka jarang berada di rumah. Seno pasti merasa kesepian sekali. Natasya tak tahu apakah Seno masih merasakan hal itu hingga kini.
Tanpa terasa, mobil Seno telah berhenti di depan gerbang sekolahnya. Belum cukup ramai siswa yang datang, mungkin karena masih terlalu pagi.
"Caca sekolah dulu pa." Ucap gadis itu sambil mencium tangan Ayahnya.
"Iya, sekolah yang rajin."
"Belajar yang rajin kak, jangan cuma kantin aja yang dipikirin. Entar nambah lagi berat lo." Omel Aska pada kakak perempuannya.
Sampai sekarang, ia masih kesal sekali karena perbuatan Natasya semalam. Gadis itu berteriak membangunkannya di jam 1 malam hanya karena beratnya bertambah 0,5 Kilogram."Lo masih marah sama gue Ska?" Tanya Natasya.
"Enggak kalo lo beliin sepatu yang gue mau."
"Gila lo! Gue mana ada uang! Ngemis dulu gue 5 tahun baru kebeli." Jawab Natasya sewot.
"Udah-udah. Ca, buruan masuk sana Papa mau nganter Aska."
"Oke." Jawab Natasya. Gadis itu melangkah masuk ke halaman sekolah, sedangkah mobil Seno kini telah melaju ke arah yang berlawanan.
"Duh, dingin juga ya kalo pagi gini. Untung aja gue pake jaket." Natasya mengeratkan jaket yang ia pakai. Tentu saja, itu jaket Arka.
"Udah dateng?" Tanya sebuah suara di belakangnya. Natasya berbalik untuk melihat siapa orang tersebut.
Arka yang sedari tadi sudah menunggu kedatangan gadis itu berjalan mendekat dengan senyuman tipis di bibirnya.
"Kak, jangan deket-deket." Ucap Natasya cepat sambil menunjukkan 5 jarinya kepada laki-laki itu.
"Kenapa?" Tanya Arka dengan alisnya yang naik.
"Gue malu." Jawab Natasya pelan memunggungi Arka. Aneh sekali, tiba-tiba dirinya merasa malu sekali hingga ingin rasanya menghilang dari bumi. Padahal, kemarin ia blak-blakan menyatakan perasaan pada laki-laki itu.
Arka yang melihat Natasya tak dapat menahan senyum di bibirnya. Dia menghampiri Natasya lalu mengusap kepala gadis itu. "Lo udah sarapan?"
"Udah. Kak Arka udah sarapan?"
"Belum. Temenin gue sarapan." Arka menarik tangan gadis itu dan membawanya ke arah parkiran.
"Kok malah ke parkiran kak? Bukannya mau sarapan?" Tanya Natasya bingung.
"Gue mau sarapan di luar, Nata."
....
"Gimana? Enak nggak bubur disini?" Tanya Arka pada Natasya yang baru saja menyendokkan sesendok bubur di mulutnya.
"Enak kak, gurih." Jawab Natasya sambil tersenyum lalu kembali menyendokkan bubur itu ke dalam mulutnya.
Saat ini, mereka tengah nemakan sarapan bubur yang terletak tak jauh dari sekolah. Arka yang membawa Natasya ke sini. Gadis itu hanya menurut saja. Toh, jam pelajaran dimulai juga masih lama, pikirnya dalam hati.
"Disini tempat bubur langganan gue sama anak-anak." Ujar Arka sambil tersenyum dan menaikkan alisnya. Ugh, Natasya rasanya ingin sekali memotret ekspresi wajah Arka tadi. Kalian tau? Arka itu jarang tersenyum. Jadi, Natasya merasa harus mengabadikan momen tersebut.
Tapi jika dipikir-pikir, akhir-akhir ini ia melihat arka menjadi semakin sering tersenyum dan tertawa. Entahlah, ia merasa Arka menjadi sedikit lebih lembut dan ceria. Baguslah, pikirnya.
Namun tiba-tiba, Natasya teringat sesuatu. "Um, kak, gue mau tanya sesuatu." Natasya berhenti sejenak. "Sebelum masuk SMA ini kita pernah ketemu ngga sih? Pas lo senyum tadi, gue ngerasa pernah liat lo dimana gitu."
Arka berhenti lalu meletakkan sendok dan garpu yang ia pegang. Ia nenatap Natasya sebentar yang dibalas gadis itu dengan tatapan heran. Laki-laki itu mengambil selembar tissue lalu membersihkan bibirnya dengan perlahan.
"Bentar lagi masuk, ayo balik." Ujarnya tergesa lalu segera membayar bubur yang mereka makan. Natasya menatap laki-laki itu dengan bingung. Namun, ia menurut dan mengikutinya dari belakang.
Natasya yakin, Arka pasti menyembunyikan sesuatu darinya. Tetapi apa? Apa yang harus disembunyikan darinya?
.....
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
A R K A
Teen FictionArkana Geano Bintang, Seorang laki-laki tinggi dengan sorot mata yang tajam. Ia merupakan ketua dari geng bermasalah yang sering di sebut-sebut dengan nama geng Garuda. Tak ada yang berani dengannya, bahkan guru-guru di SMA Kartini pun tak ada yang...