11. Siapa?

223 30 1
                                    

     Natasya menatap malas ke lapangan basket. Semua murid SMA Kartini saat ini tengah berkumpul menyaksikan pertandingan basket antar sekolah yang di selenggarakan di SMA Kartini.

Alhasil, SMA Kartini sekarang semakin di penuhi oleh kaum adam tampan dan kaum hawa yang tergila-gila. Natasya menghela nafas saja.

Jia berdiri disana lantaran mendukung Angga, lalu untuk apa ia kesana? Ia tak memiliki pacar seorang pebasket untuk didukung. Gadis itu mengeluarkan novel yang Arka beri kemarin. Ia sudah membaca hampir seperempat isinya dan hari ini ia bertekad untuk menghabiskan satu novel penuh untuk di baca.

Dia berada di kelas sendirian lantaran Feya juga tengah menonton pertandingan. Neva, Risky dan Blue juga. Pokoknya semua orang yang ia kenal ikut menonton lantaran SMA Kartini tengah bertanding saat ini.

Jangan sebut Natasya tidak memiliki rasa solidaritas! Ia telah habis-habisan menyemangati SMA-nya semalaman lewat chat, dan ikut berteriak sebentar dari kejauhan sebelum seragam sekolahnya terkena tumpahan kuah karena Risky yang ceroboh. Alhasil Natasya makin tak ingin menonton.

"Oh iya, gue kan bawa bekal."

Natasya mengeluarkan sekotak bekal dari lacinya. Ia memang biasa membawa bekal dari rumah walau tak setiap hari. Gadis itu menghirup dalam-dalam aroma masakan Nadia, dan menghela nafas puas. Masakan Ibunya sekalipun tak pernah mengecewakan.

"Lo ngapain sendirian?" Di depan pintu, seorang laki-laki berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong.

"Kak Naufal? Ngapain disini kak?" Tanya Natasya menatap laki-laki itu heran.

Naufal merupakan kakak kelasnya, sekarang ia duduk di bangku kelas 12 IPA 1. Natasya cukup kenal dengan Naufal, laki-laki itu terus-terusan berusaha agar selalu bisa berbicara dengannya. Meminta nomor teleponnya, selalu mengajaknya pergi dan memberikannya hadiah-hadiah kecil seperti gelang.

Natasya tak melebih-lebihkan, itu faktanya. Sekali lihat pun orang akan tahu, Naufal menyimpan rasa pada Natasya namun tak pernah di gubris oleh gadis itu lantaran ia tak memiliki rasa yang sama.

Hubungan mereka juga sempat merenggang sejak kejadian di kantin 2 minggu yang lalu. Ini pertama kali mereka bertegur sapa sejak saat itu.

"Gue nyariin lo Ca." Naufal bergerak maju duduk di samping Natasya. Padahal, banyak kuris lain yang kosong.

"Ada perlu apa nyari gue kak?" Ujar Natasya tak nyaman lalu sedikit menggeser kursinya. Jarak mereka terlalu dekat.

"Lo beneran pacaran sama Arka?"

Natasya membulatkan kedua matanya saat Naufal merangkul bahunya sok akrab. Mereka tak pernah cukup dekat untuk saling rangkul begini. Biasanya juga jika mengobrol, mereka akan berdiri dengan jarak satu meter, itupun tak pernah berdua saja, setidaknya pasti ada Feya atau Jia di antara mereka.

"Jangan rangkul-rangkul kak, gue gak suka." Natasya berusaha menyingkirkan tangan laki-laki itu.

"Kok lo jadi gini sih Ca? Lo beneran udah pacaran sama Arka?" Naufal bukannya bergeser menjauh, justru semakin merapatkan tubuhnya.

"Kak, jangan kurang ajar." Ujar Natasya memperingati, tetapi Naufal tak peduli.

"Kita emang pacaran, kenapa? Lo gak suka?" Arka yang entah datang dari mana kini telah berdiri di depan mereka dengan tatapan marah. Laki-laki itu mengepalkan kedua tangannya kuat, tak tahan ingin menonjok wajah mulus Naufal yang membuatnya kesal.

Tetapi Arka menahan diri. Tak mungkin ia menonjok wajah laki-laki itu tepat di hadapan Natasya.

"Kalo sampe lo berani ganggu cewek gue lagi, lo tau kan akibatnya? Naufal?" Tanya Arka melirik nama laki-laki itu di seragamnya. Sambil tersenyum miring, Arka berhasil membuat Naufal ketakutan.

"Gue permisi dulu." Naufal berjalan terburu-buru tanpa meninggalkan sepatah katapun. Ia sudah cukup mengerti arti dari ancaman Arka.

Sekarang, di kelas ini hanya menyisakan Arka dan Natasya. Gadis itu menelan ludahnya kasar. Apa-apaan itu tadi? Mengapa semakin kesini, hidupnya semakin mirip dengan cerita di dunia orange?

Dan apa tadi yang Arka maksud? Mereka tidak pernah benar-benar berada di dalam suatu hubungan. Ini hanya salah paham yang besar.

"Lo mikir apa si? Untung gue cepet dateng kesini. Kalo enggak? Lo mungkin udah di apa-apain sama tuh cowok. " Tanya Arka panjang lebar yang lebih mirip seperti omelan.

Natasya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Gue males ke lapangan, lagi gak mood kak."

Arka menghela nafas lelah, lalu duduk di depan Natasya. Ia memandang meja yang di atasnya terdapat beberapa novel yang ia berikan kepada gadis itu kemarin. Amarahnya sedikit mereda, tapi tetap saja. Ia masih kesal dengan Natasya yang ceroboh.

Arka laki-laki, dan ia mengerti tatapan Naufal. Laki-laki itu menyukai Natasya, dan Arka bisa tebak apa yang akan di lakukan oleh laki-laki yang sedang cemburu pada perempuan yang ia suka di tempat yang sama sekali tak ada orang seperti ini.

"Lo bawa bekal?"

Natasya mengangguk. "Gue mau nabung kak. Kalo gak bawa bekal, uang gue pasti udah abis di kantin."

Arka mengangguk mengerti. "Cepet abisin, gue tunggu."

Natasya memandang laki-laki itu lekat-lekat. Ini Arka kan? Sejak kemarin kenapa sikapnya berubah seperti ini? Terkadang Natasya merasa ngeri memikirkan mungkin saja yang ada di hadapannya ini bukan Arka, melainkan alien aneh yang menyamar menjadi laki-laki itu.

"Tunggu apa lagi? Buruan." Ujar Arka tak sabar.

"Iya." Jawab Natasya lalu memulai menyuap nasi ke dalam mulutnya.

Natasya makan dengan sedikit salah tingkah, lantaran Arka tak pernah melepas pandangannya dari gadis itu. Tentu saja itu membuat Natasya sedikit tak nyaman. Bagaimana kalau laki-laki itu melihat ada cabai yang tersangkut di giginya, atau cara makannya yang berantakan? Kalian pasti mengerti rasanya bukan?

"udah selesai?" Natasya mengangguk, lalu menyimpan kotak bekalnya di laci.

"Yaudah ayo ke lapangan." Ajak Arka yang kini telah berdiri dari duduknya.

Natasya ingin menolak, tapi karena tak enak dengan Arka, ia ikut saja. Perutnya sudah kenyang dan mood nya juga lumayan membaik, jadi tak ada alasan baginya untuk menolak.

Dari kejauhan, Natasya bahkan telah mendengar teriakan dan sorak sorai penonton. Wajar saja, saat ini Kevan tengah memegang bola. Bahkan Nisa, teman sekelasnya yang pendiam juga menjadi super berisik menyemangati tim SMA Kartini.

Arka berjalan di belakang Natasya, mengawasi gadis itu kalau-kalau melakukan hal ceroboh. Tersandung misalnya?

Hingga tiba-tiba, seorang perempuan yang tak Natasya kenal datang ke tengah-tengah mereka dengan senyuman mengembang. Perempuan itu memeluk lengan Arka kuat, sedangkan Natasya hanya menatap mereka berdua datar.

"Arka, kamu kemana aja? Aku nyariin kamu dari tadi tau." Ujarnya manja. Natasya merasa tak asing dengan perempuan ini, padahal ia tak pernah melihatnya. Mungkin, karena sifat perempuan ini mirip sekali dengan Olivia.

"Lo apa-apaan sih Del?" Ujar Arka tak nyaman lalu melepas tangan Adel dari lengannya.

"Kok kamu gitu sih?" Tanya Adel cemberut, tetapi tetap berusaha terlihat imut.

"Gue permisi ya kak, gak enak ganggu." Natasya pergi melewati mereka berdua dengan rasa kecewa.

Apa-apaan laki-laki itu? Membuatnya terbang ke langit lalu membantingnya dengan kuat saat itu juga. Natasya dari awal tak pernah salah menilai Arka. Seharusnya, ia tak usah bersusah payah memperbaiki hubungan mereka.

Dan seharusnya lagi, Natasya tak usah marah. Toh, dia juga kan yang menganggap hubungan mereka hanya sebatas teman? Terus kenapa ia malah marah dan kesal sekarang?

Sudah kukatan di awal, ini hanyalah salah paham yang besar.

•  •  •

TBC

Jangan lupa vote dan comment.
Ini aku bikinnya pake sistem kebut, jadi emang agak pendek.
Tapi, aku harap kalian suka✨

A R K ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang