1. Harga dari Rasa Kecewa

11.3K 630 24
                                    

Aku berikan segalanya untuk Ayah. Hanya untuk Ayah. Lalu yang Aku dapatkan adalah kebencian dan juga penghianatan darinya
-Jungkook

***

Jeon Jungkook. Nama ini dikenal disilsilah keluarga sebagai anak nakal dan pembangkang. Dia si bungsu yang selalu membuat keluarganya kalang kabut.

Jungkook tidak pernah memperhatikan nilainya padahal sebentar lagi ia akan lulus dari SMA dan akan menjalani masa kuliah. Bagi semua teman-temannya Jungkook adalah si pembuat onar. Entah membolos, entah berani membantah guru, entah merokok, entah balapan.

Jungkook juga sangat hobi untuk meninju teman-temannya. Alasannya pun tidak jelas. Jungkook hanya unggul disatu bidang yaitu karate.

Sudah pasti Jungkook juga dikenal dengan keahliannya. Dengan karatenya itu sangat mudah bagi Jungkook untuk menumbangkan beberapa orang yang mencari masalah dengannya.

Tentu perubahan ini memiliki pemicu. Jika bukan di sekolah maka pemicunya adalah keluarga.

"Masih ingat pulang?" suara bariton yang sangat tegas dan juga sarat kemarahan itu membuat kakinya berhenti. Jungkook sangatlah berani untuk balik menatap ayahnya.

"Dua hari, Jungkook! Kemana saja kau?" kata Jeon Hansuk lagi sambil menunjuk pada putra kandungnya sendiri.

"Masih perlu aku jelasin lagi? Bolos, karate, balapan. Aku rasa ayah sudah harus tau, kan?" jawab Jungkook dengan enteng dan tanpa rasa bersalahnya.

Hansuk menunjukan selembaran yang Jungkook tau itu adalah surat peringatan dari sekolah untuk kesekian kalinya.

"Jika terus seperti ini, kau bisa merusak dirimu sendiri, Jungkook!". Hansuk melempar kertas itu tepat diwajah putranya.

"Aku tidak minta ayah membereskan semua itu" sekali lagi, Jungkook sangat berani.

"Anak kurang ajar!"

Tangan kekar milik Hansuk sudah melayang didepan wajah putranya. Bersiap untuk memberikan hukuman agar Jungkook jera dengan semua tindakannya.

"Ayah!" panggilan ini datang dari putra sulungnya, Jeon Taehyung yang baru saja keluar dari ruang kerjanya karena mendengar suara ribut dari ruang tamu.

Dengan langkah kaki yang lebar, Taehyung meraih pergelangan tangan Hansuk dan berdiri didepan Jungkook.

"Jangan lakukan, Ayah!" ucap lagi Taehyung dengan tegas tetapi sangat lain wajahnya yang tampak memohon.

Jungkook sangat malas melihat adegan ayah dan anak yang membuatnya muak. Dengan membawa rasa muak itu Jungkook memilih melangkah meninggalkan mereka berdua.

Hansuk menghempaskan tangan Taehyung dan membalik badan menatap Jungkook yang sedang menaiki tangga.

"Jungkook, ayah belum selesai denganmu!"

"Sudah ada anak kesayangan ayah disitu!"

Jungkook tetap melanjutkan langkahnya walaupun panggilan dari ayahnya terdengar menggema disetiap sudut rumahnya.

***

Taehyung membuka pintu kamar Jungkook dan sekali lagi berusaha untuk melakukan pendekatan pada adiknya yang mulai berubah satu tahun ini.

"Jung, apa tidak ada sedikit keinginan dalam dirimu untuk mengakhiri semua ini? Ayah sangat mengandalkanmu. Apa kau ingin membuatnya kecewa?"

Jungkook tersenyum miring. Dia berdiri dan sedikit memutar lehernya sebelum balik menatap Taehyung dengan rasa benci.

"Ayah masih punya dirimu untuk diandalkannya, bukan?"

Jungkook melempar bola basket yang tadi ia pegang ke tembok dengan melepas jaket hitamnya. Diwaktu yang sama Taehyung hanya menggeleng pelan menatap perubahan Jungkook.

"Jung--"

"Keluar dari kamarku!" sambar Jungkook sekaligus usirnya pada Taehyung. Beberapa detik kemudian Taehyung tidak kunjung pergi dari hadapnya. Kesal, Jungkook membalik tubuhnya manatap Taehyung dengan kebencian yang lebih dalam.

"Keluar!"

Taehyung harus mengisi paru-parunya dengan oksigen yang lebih banyak sebelum dia benar-benar pergi dari hadapan Jungkook.

Pintu kamar itu kembali tertutup. Jungkook menutup kedua manik bulatnya perlahan sambil menormalkan laju pernafasannya. Itu semua pun tidak bisa membuatnya tenang. Fikirannya tetap seperti benang kusut.

BRAK!

Jungkook menjatuhkan semua barang dimeja belajarnya dengan satu gerakan. Ada yang pecah, ada yang remuk, ada yang masih utuh.

"Aku benci kau, Taehyung!"

Taehyung tidak akan pernah menjadi bagian dalam hidupnya. Dia hanyalah perusak kebahagiaannya sejak dulu. Sejak kecil ayahnya selalu membanggakan si sulung.

Taehyung, Taehyung, Taehyung. Muak sekali dengan nama itu.

Satu lagi alasan Jungkook membencinya adalah ibunya yang berkorban nyawa untuk mendonorkan jantung padanya. Tanpa sepengetahuan Jungkook mereka melakukan rencana itu.

Kehilangan seorang ibu yang begitu menyayangi dan menguatkannya selama ini merupakan titik balik perubahan Jungkook.

Dia terus menyalahkan ayahnya yang menyetujui donor itu. Dia terus menganggap ayahnya pilih kasih. Bukan hanya Taehyung, dia juga pernah berkorban untuk ayahnya. Belajar tanpa kenal waktu dan istirahat sampai otaknya lelah. Jungkook juga menahan diri untuk berlibur atau menyenangkan dirinya demi mendapatkan nilai yang bagus.

Tapi yang dia dapatkan setelah perjuangan itu adalah kehilangan ibunya dan ayahnya yang tidak pernah peduli dengannya.

Jungkook merasa semuanya sudah sangat cukup.

***

Taehyung masih berdiri didepan kamar adiknya dengan wajah yang nampak bersalah sambil meremat dada kirinya. Taehyung tau; sangat tau sebab perubahan Jungkook. Dia sendiri juga tidak menerima kondisi seperti ini dengan hati yang lapang.

Kalau menerima donor itu artinya membunuh ibunya sendiri, Taehyung tidak akan pernah bilang iya. Dia tidak akan pernah melakukannya.

Hubungannya dengan Jungkook harus sehancur ini karena tindakan itu. Untuk apa dia hidup jika dia menghancurkan kebahagiaan adik kandungnya sendiri.

Taehyung berlalu sambil menggeleng satu kali dengan wajah yang terus menunduk. Langkahnya tertuju pada sang ayah yang saat ini sedang duduk terdiam, mungkin memikirkan pertengkarannya dengan Jungkook tadi.

"Bukan dengan kekerasan, Jungkook bisa kembali seperti dulu, Yah" langsung saja Taehyung mengucapkan ketidaksukaannya.

Hansuk bukan satu dua kali mendengar Taehyung protes dengan sikapnya pada si bungsu.

"Kalau begitu, dia harus bisa menunjukan pada ayah bahwa dia pantas untuk diperlakukan sebagai anak!", Hansuk sudah sangat bosan bertengkar dengan anak-anaknya.

Baginya, dia tidak bersalah. Usaha untuk menyelamatkan Taehyung dengan transplantasi itu adalah benar. Bahkan, istrinya sudah menerima berbagai informasi tentang itu semua.

Apa hanya Jungkook? Apa hanya anak itu yang merasa kehilangan? Bukan! Dia juga kehilangan cintanya, segalanya.

Taehyung menatap kepergian ayahnya dengan tatapan sendu. Benar kata orang, Jungkook sangat mirip dengan ayahnya dan dia sangat mirip dengan ibunya.

"Bantu aku, Ibu" mohon Taehyung sambil meremat kembali dada kirinya. []









Souyaa

Sou putuskan untuk merombak alur cerita dari UGH! karena souyaa ingin membuat cerita broken family lagi😂🙏

UGH!! || FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang