Pagi buta dan Jungkook sudah terbangun. Meskipun dia selalu telat ke sekolah, Jungkook tidak pernah bangun kesiangan. Jungkook selalu bangun lebih awal untuk mendoakan ibunya yang saat ini berada di surga. Dimanapun ibunya kini, Jungkook yakin dia selalu memeluknya.
Jungkook membuka mata perlahan dan mengakhiri obrolannya bersama Tuhan. Dia mengambil pakaiannya dan menuju kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.
Disaat Jungkook masih sibuk di kamar mandi, Hansuk dengan sengaja mengambil kunci motor gede milik Jungkook. Tujuannya baik, dia tidak ingin Jungkook semakin tidak bisa diatur.
Jungkook memakai celana seragamnya dengan benar tapi tidak dengan atasannya. Dia memakai kaos hitam lalu menggunakan atasan seragamnya sebagai kardigan. Ia mengambil tas dan terakhir, kunci motonya. Jungkook memejam kesal. Dia tau ini ulah siapa.
Jungkook tidak kehabisan akal. Dia menuruni tangga dengan cepat dan menghampiri ayahnya.
"Kembalikan!" pinta Jungkook dengan menjulutkan tangan kanannya.
"Tidak ada motor sampai kamu bisa diatur!" Hansuk berdiri dan meletakan korannya. "Semua kartu kredit dan debit kamu, ayah blokir. Ayah yang akan mengatur semuanya termasuk jam berangkat dan jam pulang sekolahmu. Sepulang sekolah kau harus tetap di rumah dan memperbaiki nilaimu!" lanjut Hansuk berucap tegas.
Jungkook tersenyum miring. "Apa cuma ini yang bisa kau lakukan? Uang bukan segalanya bagiku. Ambil saja semuanya!"
Jungkook pergi begitu saja dan membiarkan ayahnya berteriak memanggilnya.
"Jeon Jungkook!!"
Akhirnya langkah Jungkook terhenti saat ia berada diambang pintu. Tanpa memutar badannya dia berniat untuk mendengarkan maksud ayahnya.
"Ayah melakukan semua ini demi kebaikanmu, Nak" kali ini Hansuk melunak. Dia benar-benar ingin memperbaiki hubungannya dengan si bungsu.
"Apa membunuh ibu juga yang terbaik untukku?" sarkas Jungkook.
"Jungkook--"
"Ayah melakukan semua itu demi anak kesayangan itu! Bukan untukku!!" teriak Jungkook lalu dia benar-benar berlalu dari hadapan ayahnya.
Hansuk memijat pangkal hidungnya sebentar. Seusia Jungkook memang sangat rawan untuk menuruti emosi. Dia kehilangan salah satu orang yang paling penting dalam hidupnya diusia yang belia dengan cara yang tidak terduga.
Tapi apakah Hansuk salah? Dia hanya ingin menyelamatkan putranya dan menjalankan amanat almarhum istrinya. Harus sampai kapan Jungkook menjadi anak yang pemarah dan pembangkang seperti ini?
***
Sekolah? Tidak.
Jungkook tidak mau kehidupannya diatur oleh ayahnya. Dia ingin mendiri dan mengatur hidupnya sendiri. Lagipula dia sudah biasa untuk membolos. Kali ini, Jungkook sedang keliling disepanjang jalanan kota untuk mencari lowongan pekerjaan.
Dengan begitu, dia bisa mendapatkan uang sendiri tanpa menggunakan kartu kredit dari ayahnya.
Pagi ini, Jungkook merasa sedikit terhina. Terlihat sekali jika ayahnya meremehkan dirinya. Apakah dengan memblokir semua kartu kredit dan mengatur keuangannya, Jungkook akan berubah? Banyak cara untuk mendapatkan uang dan Jungkook bisa melakukannya.
Get it!
Dicari barista dan pelayan cafe, Jungkook akan mendapatkan pekerjaan ini. Dia membuka pintu dengan sopan dan memperhatikan sekitar.
"Saya melihat ada lowongan pekerjaan didepan pintu--"
"Kau mau? Ambilah. Tapi part time saja" Ucap pemuda dengan wajah yang dingin dan kulit pucatnya. Karena Jungkook tidak kunjung menjawabnya, dia menatap Jungkook.
"Kau tidak mau?" ulangnya. Pemuda yang bernama Yoongi ini menunggu Jungkook untuk menjawabnya.
"Aku bisa melihat kau masih seorang siswa. Lihat seragammu itu. Seharusnya jam segini kau di sekolah dan kenapa harus mencari pekerjaan? Anak jaman sekarang memang harus diberi pelajaran" ucap Yoongi lagi dengan wajah sinisnya.
"Bolehkah saya mengambil full time saja?" tanya Jungkook dengan suara memohon.
"Dengar, Nak. Aku tidak tau masalah hidup apa yang ingin membuatmu berhenti sekolah. Tapi berhenti itu bukan jalan untuk mendapatkan apa yang kamu mau" nasehat dari Yoongi sambil menunjuk sedikit Jungkook yang menunduk.
"Kau ambil kesempatan dariku atau tidak sama sekali" final. Yoongi masih memberi kesempatan.
"Hanya untuk hari ini, ijinkan saya untuk lembur" Jungkook membungkuk didepan Yoongi.
"Ah, dasar kau ini", Yoongi berfikir sejenak. "Kembali ke sekolahmu. Datang kemari pukul tiga sore. Kau akan pulang larut malam"
Yoongi tidak tau apa yang terjadi dengannya. Mengapa dia bisa percaya dan mau dibujuk oleh anak SMA yang ada didepannya?
"Terima kasih. Perkenalkan nama saya Jeon Jungkook dan saya akan kembali lagi nanti sore jam tiga. Ini gelang milik saya yang paling berharga. Ini jaminannya, aku akan kembali"
Jungkook membungkuk sekali lagi dan berjalan cepat meninggalkan cafe milik Yoongi.
"Jeon Jungkook" ulang Yoongi dengan bergumam. Dia memperhatikan gelang yang baru saja diserahkan padanya. Itu bukan gelang biasa. Gelang itu dianyam dari benang tenun dengan motif yang begitu sulit dan warna yang tidak terlalu terang. Cocok untuk anak dengan karakter seperti dirinya.
Yoongi menatap pintu yang dilewati Jungkook. Dia ingat dia juga seperti Jungkook saat masih sekolah dulu. Mungkin, itu alasannya Yoongi bisa luluh pada anak itu. []
KAMU SEDANG MEMBACA
UGH!! || FIN
Fiksi PenggemarTaehyung dan kesalahannya. Jungkook dan perubahannya. Dia bukan adik kecil Taehyung lagi. Sangat jauh dari Jungkook yang pernah ia kenal. Perjuangan Taehyung mendapatkan kasih sayang adiknya dimulai kali ini. @2020