Dua bulan kemudian...
Jeon Taehyung. Sebentar lagi dia akan menuju puncak keberhasilannya. Malam ini, semua kolega, orang penting, orang berpengaruh, kolega ayahnya berkumpul dalam sebuah gedung perta di hotel mewah yang terkenal.
Semuanya tersenyum, gembira, tertawa, hanya dia saja yang menangis tanpa suara dengan pandangan kosongnya.
Hampir satu tahun, ternyata. Apa kabarmu, Jungkook? tanya Taehyung dalam hatinya.
Selama lima bulan ini, Taehyung tidak tinggal diam. Ditengah waktu luangnya, dia mencari Jungkook dengan menyebar foto ke semua media termasuk kepolisian. Taehyung menyewa detektif untuk menyelidiki keberadaan atau kemana Jungkook pergi. Taehyung mencegah ayahnya untuk membuang semua barang Jungkook. Taehyung sampai meminta bantuan Tim SAR untuk mencari Jungkook di sungai atau dimana pun yang memungkinkan Jungkook celaka lalu..
Dari semua itu, Taehyung tidak pernah menemukan petunjuk. Lima bulan bukan waktu yang lama tapi mengapa begitu sulit, sejauh itu Jungkook meninggalkannya?
Taehyung mendongak lalu memejamkan mata. Dia mencoba untuk mengingat wajah Jungkook yang ia lihat terakhir kali sebelum adiknya pergi.
Lalu, ingatan Taehyung melayang pada kenakalan mereka sejak kecil. Kenangan tak terlupakan saat mereka tumbuh bersama. Hal yang sangat berharga untuk Taehyung selamanya.
Jungkook kecil membuka pintu kamar Taehyung dengan wajah sedihnya yang imut. Kakinya melangkah pelan, takut kakaknya bangun. Tapi usaha itu gagal karena Taehyung membuka mata dan mencoba untuk tersenyum pada Jungkook.
"Hyung-ie, sakit?"
Taehyung menggeleng saja, "kan Hyung-ie sudah biasa seperti ini" jawabnya.
"Biasa? Biasa sakit?" tanya Jungkook polos. "Kalau Jung-ie biasa bermain"
Taehyng mengusap kepala Jungkook pelan dengan wajah yang terlihat bahagia sekali. "Maaf, Hyung-ie tidak bisa menemanimu bermain" kata Taehyung.
"Jung-ie sedang tidak ingin bermain" untuk menaiki kasur Taehyung saja, Jungkook butuh bantuan kakaknya.
Jungkook kecil masuk dalam selimut tebal Taehyung, "ayo tidur siang, Hyung-ie" ajak Jungkook dengan nada manisnya.
"Sini, cepatlah, Hyung-ie" sekarang, Jungkook kecil mulai merengek. Taehyung tidak ingin adiknya menangis.
Jungkook sudah menutup mata sejak tadi. Taehyung tersenyum manis menatap wajah polos itu, lalu ia ikut terpejam.
"Aku ingin Hyung-ie segera sembuh" hanya ini yang Taehyung dengar dari Jungkook. Harapan seorang adik untuk kakaknya.
Air mata Taehyung tidak juga terhenti. Dengan mendongak terpejam, tersenyum hambar, Taehyung menangisi impian dari Jungkook itu.
"Sekarang Hyung-ie sudah sembuh, Jung-ie. Ini harapanmu, kan? Tapi kenapa?" lirih Taehyung tanpa suara.
***
Johan mengambil jaket beserta topi dan sebuah masker hitamnya. Ia tidak bodoh. Johan tau Taehyung mencoba mencarinya dengan segala cara. Untuk itu, menyamar dan menyembunyikan identitasnya lebih baik dari pada mengambil resiko.
Malam ini, Yoongi sedang bersama Seokjin dan Hoseok. Mereka mendatangi acara dari kawan SMA mereka. Pernikahan, tentu saja.
Disaat seperti ini, Johan memanfaatkannya. Dia bepergian, hanya berjalan melihat dunia luar san mencoba jajanan dijalan. Hal-hal kecil yang tidak pernah bisa dia lakukan sejak dulu.
Johan tidak sengaja melihat toko kamera yang menyediakan semua keperluan untuk edit foto atau membuat video. Johan tertarik pada kamera yang berjejeran dihadapannya.
Rencana sekolah? Lanjut sekolah?
Tidak. Tidak pernah sedikit saja terlintas dalam benak Johan untuk melanjutkan sekolahnya.
Percuma. Dia hanyalah anak bodoh yang hanya bisa menggunakan otot.
Johan tersenyum sedikit mengingat setiap kata penghinaan yang keluar dari ayah dan neneknya. Johan tidak akan melupakan itu semua.
"Ternyata, nama dan identitas saja yang berubah. Tapi dalam hatiku, aku tetap mengingatnya dengan jelas"
***
"Aku mengumumkan bahwa putraku, Jeon Taehyung. Dia akan menggantikanku untuk memimpin Jeon Company"
Semuanya berdiri dan tersenyum bangga menatap Taehyung sambil bertepuk tangan. Tatapan suram itu kemudian perlahan tertuju pada ayahnya. Taehyung mengerutkan alis begitu dalam. Jika seperti ini terus, Tahyung akan menjadi seperti ayahnya yang rela mengorbankan putranya sendiri demi keuntungan dan bisnis.
Mengapa ayah tidak pernah menanyakan padaku, apakah aku bahagia dengan keputusan ini atau tidak?
Kata tatapan Taehyung. Ditengah semya orang yang bersorak, hatinya berteriak kecewa.
Diluar sana, disaat yang sama, dengan hati yang terkoyak sama, Johan menangis sambil bersandar pada pintu rumahnya.
Johan tidak tau kenapa, hatinya sakit sekali malam ini. Seharusnya dia bahagia dengan berita Jeon Taehyung menjadi pewaris tunggal Jeon Company.
Sebagai seorang adik, Johan tidak menginginkan semua itu. Sebagai bungsu, dia tidak pernah meminta harta dari ayahnya.
Impian Johan sejak dulu adalah mendapatkan kasih sayang untuk mengisi hatinya yang kosong.
Melihat mereka bahagia, rasanya begitu aneh untuk Johan. Apakah mereka bahagia jika Jungkook, si bungsu yang nakal tidak pernah lahir ke dunia?
Mungkin saja. []
![](https://img.wattpad.com/cover/220157889-288-k623106.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UGH!! || FIN
FanfictionTaehyung dan kesalahannya. Jungkook dan perubahannya. Dia bukan adik kecil Taehyung lagi. Sangat jauh dari Jungkook yang pernah ia kenal. Perjuangan Taehyung mendapatkan kasih sayang adiknya dimulai kali ini. @2020