Taehyung melemparkan kacamatanya asal dan memijat sudut matanya dengan kedua jari tangan. Fikirannya bercabang, dia bukan Taehyung yang biasanya. Sejak semalam Taehyung kehilangan kabar Jungkook dan pagi tadi ayahnya mengamuk.
Ponsel Jungkook tidak bisa dihubungi. Jungkook pergi setelah bergelut dengan seseorang, otomatis akan ada luka pada beberapa sisi tubuhnya. Mengingat itu Taehyung menghela nafasnya dengan kesal sekaligus pasrah. Bisa karate bukan berarti dia tahan banting. Taehyung takut hal buruk terjadi pada adiknya.
"Taehyung, kau butuh memandatangani berkas ini" kata Jimin sambil melangkah menuju ruang kerja Taehyung tapi yang ada dia dapati sahabatnya melamun.
"Taehyung!"
"Apa sih, bantet?"
"Aku tidak bantet lagi. Aku sudah diet. Ini aku berikan kamu pekerjaan dari pada kau melamun tidak jelas" kata Jimin.
Taehyung tidak segera menyahut. Jimin bisa membaca raut khawatir dari sahabatnya.
"Jungkook lagi?"
"Dia tidak pulang sejak semalam, Jim. Dia balapan dan sampai detik ini aku tidak bisa menghubunginya. Ayahku bisa memenggal kepalanya jika begini terus"
"Ayahmu tidak akan seburuk itu. Aku yakin Jungkook akan pulang. Kau sudah coba mencari di sekolahnya?"
Taehyung melirik pada Jimin, "apa Jihwan tidak cerita padamu? Jungkook didrop out kemarin" jelas Taehyung.
Jimin hanya menggeleng.
"Kalau begini terus, aku bisa gila, Jim. Ayahku selalu memandang keburukan Jungkook. Adikku tidak pernah ada keinginan untuk berubah"
"Tidak ada yang perlu dirubah. Kau hanya perlu memperbaikinya, Tae"
Jimin merubah posisi duduknya menjadi lebih serius. Taehyung makin tertarik dengan saran dari Jimin.
"Kau selalu memintanya untuk berubah. Kau mengajak Jungkook untuk memperbaiki semuanya bersama. Tae, Jungkook mungkin hanya meminta orang disekitarnya untuk lebih mengerti dia tanpa pemaksaan dan teriakan"
Taehyung menggeleng pelan, "aku sudah coba, Jim"
"Kau perlu berlibur dengannya?"
Taehyung makin mendelik mendengar pertanyaan Jimin. "Jungkook tidak akan mau melakukannya, Jim" keluhnya.
"Kalian ini kakak adik yang rumit sekali"
Taehyung tersenyum tipis namun tidak terlihat oleh Jimin. "Memang, aku ingin kebahagiaan datang pada kami. Ibuku pasti sedih melihatku dan adikku tidak akur seperti ini" jawab Taehyung.
"Aku yakin dia akan pulang malam ini" Jimin yang selalu positif. Taehyung balik menatapnya dan Jimin selalu memberikan senyuman manis padanya.
***
"Kau sudah lebih baik?" tanya Yoongi sambil membawakan makanan ringan untuk Jungkook.
"Terima kasih, Yoongi Hyung"
Hyung?
Yoongi menyingkirkan perasaannya yang lebih halus itu untuk melanjutkan interaksinya pada Jungkook.
"Kau lupa meminta gelang tenunmu kemarin"
Jungkook menerima gelang berharganya itu. "Terima kasih karena sudah menjaganya, Yoongi Hyung" kata Jungkook lagi.
"Kau bisa pulang setelah kau lebih baik. Lagipula cafe sudah setengah hari tidak buka" saran Yoongi lagi.
"Aku tidak ingin pulang" lirih Jungkook yang sedang memutar gelang tenun itu dan memakainya kembali.
"Kita semua punya rumah untuk pulang. Kemana pun kau pergi, kau akan selalu punya rumah untuk pulang, anak muda"
"Kalau begitu, bolehkah aku menginap di cafe?" tanya Jungkook dengan wajah polosnya.
"Bukan begitu maksudku" kesal Yoongi sesaat. "Tempat untuk pulang itu rumahmu. Bukan cafe tempat kau bekerja" tegas Yoongi.
"Aku tidak punya rumah" jawab Jungkook masih dengan wajah polosnya.
Yoongi menghela nafasnya sebentar. "Bocah nakal, aku tidak mau ada orang datang kemari dan menuduh aku menculikmu"
Kali ini Jungkook tidak berani terlalu jauh. Dia menunduk lalu memakai sepatunya dengan wajah yang gugup.
"Kau harus pulang apapun yang terjadi, Jung" pinta Yoongi sekali lagi tapi dengan suara yang lebih lembut.
Jungkook mengangkat wajahnya dan menatap Yoongi penuh dengan permohonan. Dia tidak ingin pulang. Rumahnya tidak senyaman yang Yoongi fikirkan.
"Rumah tidak menyenangkan dari pada disini, Hyung" ucap Jungkook yang akhirnya jujur.
Yoongi duduk disamping Jungkook dan mencoba untuk memperbaiki suasana hati Jungkook.
"Jung, seburuk apapun. Rumah adalah tempatmu pulang. Dunia itu teramat kejam dan tempat terbaik untuk menemukan kasih sayang adalah di rumah bersama keluargamu" nasehat Yoongi yang didengarkan oleh Jungkook.
"Yoongi Hyung juga berfikiran begitu?"
Yoongi mengangkat kedua bahunya. "Seandainya aku punya keluarga, aku pasti bisa merasakannya". Yoongi masih tetap mempertahankan senyumannya. "Bersyukurlah karena kamu masih punya keluarga, Jung. Kau bisa kemari setiap hari saat kau bekerja" lanjutnya.
Jungkook sangat tenang, lebih dari tenang. Mendengar semua kata-kata Yoongi membuatnya bisa berfikir lebih jernih dan rasanya ia terbebas dari rasa khawatir.
"Aku boleh memelukmu, Yoongi Hyung?"
Yoongi mengangguk samar dan memeluk Jungkook untuk sesaat. "Hati-hati" ucap Yoongi kemudian.
Jungkook mengambil jaketnya. Langkahnya tak lepas dari pandangan sendu Yoongi. Kenapa jadi begini? Kenapa aku begitu dekat dengannya? batin Yoongi bersuara. []
KAMU SEDANG MEMBACA
UGH!! || FIN
FanfictionTaehyung dan kesalahannya. Jungkook dan perubahannya. Dia bukan adik kecil Taehyung lagi. Sangat jauh dari Jungkook yang pernah ia kenal. Perjuangan Taehyung mendapatkan kasih sayang adiknya dimulai kali ini. @2020