9. Pertolongan

4K 420 4
                                        

Pukul dua pagi, Taehyung masih didalam mobilnya yang terparkir dipinggir jalan. Wajahnya tertunduk, bersandar pada kemudi. Kelopak matanya sudah sangat berat dan pipinya masih basah karena air mata.

Taehyung menegakkan tubuhnya dan menghubungi Jimin. Cukup lama Taehyung menunggu, tentu Jimin sedang tidur. Tapi Taehyung tidak peduli. Dia tetap saja menelfon Jimin sampai panggilan itu terjawab.

"YA, Taehyung!"

"Jungkook pergi, Jim. Tolong aku, Jim" rasanya, Taehyung seperti radio rusak yang hanya bisa meminta tolong.

"Kamu dimana?"

"Aku tidak tau"

"Pabo-ya! Kirim lokasimu padaku! Sekarang!"

Jimin memutus panggilannya. Taehyung melakukan apa yang Jimin pinta.

***

Jungkook sudah lelah berlari. Kini dia berjalan dan menghabiskan waktu hanya dengan melihat bintang. Saat Jungkook masih tenggelam dalam lamunannya, Daniel datang dan menghadang langkahnya.

"Hallo, bocah!" sapa Daniel sambil melambaikan tangannya yang kekar. Jungkook tentu diam dan tidak membalas sapaannya.

"Kebetulan sekali. Kau jalan kaki? Hah! Mana motormu? Kau mau balapan dengan kakimu? Haha!" ejek Daniel dengan tertawanya yang begitu keras.

Jungkook tiba-tiba meninju wajah Daniel dan membuat musuhnya marah. Ini adalah kesempatan, Jungkook bisa menggunakan Daniel sebagai pelampiasan.

Jungkook memutar lengan Daniel saat ia berusaha meninjunya. Jungkook menendang perutnya. Dengan sigap, Jungkook melompat dan menendang sisi wajahnya. Belum sempat Daniel berdiri, Jungkook berkali-kali meninju rahangnya. Jungkook tidak memberi kesempatan. Kedua rahang Jungkook mengeras dengan kemarahannya yang memuncak.

Daniel masih memiliki daya. Kaki kanannya menendang perut Jungkook yang sudah lebih baik. Lalu balik menjatuhkan Jungkook. Daniel meninggalkan lebam yang sama diwajah Jungkook. Tidak peduli darah yang keluar dari luka itu seberapa banyak.

Tangan Jungkook yang masih kuat mencengkram dagu Daniel dan perlahan dia berdiri. Saat Jungkook akan melayangkan pukulannya, ada seberkas cahaya menyoroti mereka berdua.

Daniel harus kabur. Karena Jungkook lengah, Daniel berhasil dengan meninju hidung Jungkook keras dan menendang lututnya. Jungkook yang tidak seimbang meloloskan Daniel dari cengkramannya.

***

Jimin menemukan mobil Taehyung yang masih terparkir. Dia memberikan uang pada sopir taksi yang mengantarnya dan segera menghampiri Taehyung.

"Biar aku yang mengemudi" pinta Jimin dengan tegas. Taehyung yang linglung dan kosong itu hanya bisa menurut dan menggeser badannya.

"Aku antar kau ke rumahku" kata Jimin kemudian.

"Tidak, Jim. Aku mau pulang saja" balas Taehyung dengan menatap kosong jalanan yang ada didepannya.

"Tae, keadaan tidak memungkinkan untuk dirimu pulang"

"Aku anak kesayangan ayah, Jim. Aku harus tetap membanggakannya dengan bekerja di perusahaan"

"Demi Tuhan sadar, Tae!" bentak Jimin tanpa menatap Taehyung. "Ck, tenangkan diri kamu" ucap Jimin lagi dengan nada yang lebih halus.

"Adikku dimana, Jim? Jungkook dimana?" lirih Taehyung yang masih bisa didengar Jimin. "Kenapa ayah harus mengusirnya, Jim? Kenapa nenek selalu menghinanya? Adikku tidak bodoh, Jim. Adikku itu sangat pintar bahkan lebih pintar dari pada kakaknya" sesal, Taehyung menyesal karena tidak berhasil mencegah Jungkook pergi. 

"Tae, kita pasti bisa menemukan Jungkook"

Terkadang, Taehyung sangat ingin memiliki sifat positif seperti Jimin disituasi seperti ini.

"Aku akan meminta Jihwan juga untuk membantu. Kita juga bisa melaporkannya ke polisi. Aku yakin Jungkook tidak akan jauh dari kita" kata Jimin yang mencoba memberikan kalimat positif pada Taehyung.

***

"Masuklah" kata Yoongi pada Jungkook. Yang dipersilahkan hanya bisa melangkah perlahan sambil tetap menunduk.

"Dua kali aku menolongmu, terima kasih tidak akan bisa membayar itu" Yoongi hanya bercanda saja sebenarnya. "Kau bisa habis sama polisi itu kalau tidak ada yang menjaminmu. Untung saja aku menemukanmu"

"Yoongi Hyung memang selalu menolongku" ucap Jungkook yang tiba-tiba. "Yoongi Hyung tidak seperti mereka yang terus menghinaku!" suara Jungkook meninggi dan Yoongi cukup terkejut mendengarnya.

"H-Hey, Jung" Yoongi perlahan mendekat pada Jungkook.

"Aku benci hidupku! Aku muak!" teriak Jungkook sekali lagi. Dalam sekejap, Yoongi langsung membawa Jungkook dalam pelukannya.

Yoongi mengusap belakang kepala Jungkook dan menepuk punggungnya yang gemetar. Tadi pagi Jungkook datang padanya dengan keadaan terluka dan malamnya, Jungkook terlibat perkelahian dan dia menangis tidak karuan entah sebab apa.

"Aku tidak bisa pulang, Hyung. Aku mohon jangan paksa aku untuk kembali kesana" pinta Jungkook ditengah isakannya.

"Maaf, maaf" hanya ini yang bisa Yoongi katakan. Dia melepaskan pelukannya dan membawa Jungkook untuk duduk agar dia bisa bercerita dengan tenang.

"Aku ingin membuang semuanya. Aku ingin meninggalkan semuanya. Aku ingin membuang nama dan margaku!"

Yoongi bisa merasakan jika ini bukan hanya emosi. Jungkook sedang mengeluarkan semua isi hatinya.

"Jungkook, jangan mengambil keputusan ketika sedang marah" ucap Yoongi yang dijawab dengan gelengan lemah oleh Jungkook.

"Aku sudah lama menginginkan ini, Yoongi Hyung. Aku cuma ingin memulai semuanya dari awal dan merasakan kebahagiaan"

Yoongi ingin menyudahinya. "Untuk sekarang kau istirahatlah disini malam ini" kata Yoongi yang kemudian meninggalkan Jungkook di ruang tamu rumahnya.

Yoongi memasuki kamar dan menelfon seseorang dengan ponsel hitamnya.

"Hoseok, kau yakin dia tidak menyebutkan nama orang tuanya atau siapa walinya?" tanya Yoongi setelah kawannya bernama Hoseok.

"Apa aku terdengar bercanda saat ini, Yoon? Dia hanya menyebutkan namanya Jungkook tanpa marga. Dia juga tidak memiliki kartu identitas apapun, ponsel pun tidak. Dia hanya menyebutkan namamu dan nama cafemu"

Dia Hoseok, polisi yang sekaligus adalah sahabat Yoongi sejak lama. Hoseok lah yang menangkap Jungkook semalam karena menemukannya sedang berkelahi dipinggir jalan.

"Dia memperkenalkan dirinya padaku beberapa waktu lalu. Marganya Jeon--"

"Yoongi, sejak kapan kau menjadi bodoh begitu. Marga Jeon itu banyak sekali. Kau mau aku mencarinya satu-satu?"

Yoongi menghembuskan nafasnya pasrah dengan wajah yang ikut kebingungan. "Jika ada yang melaporkan orang hilang. Hubungi aku lebih dulu, Hoseok" pesan Yoongi.

"Kau yakin?"

Yoongi mendelik, "maksudmu?"

"Aku melihatmu menghampiri Jungkook. Kau bukan hanya bilang dengan tegas kalau kau bertanggung jawab atas dirinya tapi kau juga memeluknya dan menenangkannya. Kau terlihat sangat menyayanginya, Yoon"

Yoongi menarik kembali ingatannya saat ia menjemput Jungkook dari kantor polisi. Yang dikatakan Hoseok memang benar tapi Yoongi tidak bisa menahan diri. Melihat Jungkook dalam situasi sulit sangat mengganggu hatinya.

"Aku juga melihat Jungkook begitu nyaman saat berada didekatmu"

"Hubungi aku saat ada yang mencari Jungkook",  Yoongi langsung mengakhiri panggilannya.

Yoongi langsung merebahkan tubuhnya yang lelah diatas kasur lantainya. Fikirannya melayang, setengah hati heran dengan apa yang dia lakukan. Sebaik ini pada pemuda yang baru dikenalnya. []

UGH!! || FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang