Y

34 4 0
                                    

🐯🐯🐯

Hari ini Yeri kembali sekolah seperti biasanya. Tadi pagi ayahnya menelponnya dan menanyakan apakah benar bahwa ibunya yang merupakan mantan istrinya kecelakaan. Yeri sungguh tidak menyangka dengan kedua orangtuanya itu. Sebenarnya mereka masih saling menyayangi, namun tertutup gengsi mereka saja yang terlalu besar.

Saat ini pembelajaran bu Nahe, guru matematika. Guru galak itu sedang menjelaskan di depan kelas membuat beberapa murid semakin pusing melihat deretan angka yang tidak mereka mengerti.

Yeri yang malas pun tidak benar-benar memperhatikan pembelajaran dan malah mencoret-coret kertas kosong. Perban di kepalanya juga sudah di lepas semalam, Yeri juga tidak nyaman kemana-mana memakai perban dan pastinya menarik perhatian beberapa orang.

Mark beberapa kali melirik gadis di sampingnya sekedar untuk mengecek keadaan gadisnya. Bukan apa-apa, dirinya hanya mengantisipasi jika tiba-tiba Yeri pusing dan pingsan disini.

Yeri menoleh menatap Mark yang masih memperhatikan bu Nahe di depan dan sesekali menulis di bukunya.

Yeri kembali menunduk kemudian meletakkan kepalanya. Gadis itu memikirkan pendonoran yang akan dilakukannya besok. Gadis itu iseng merobek beberapa kertas berbeda-beda dari beberapa buku catatannya lalu menuliskan beberapa kalimat di kertas tersebut.

Satu kertas selesai, gantian kertas selanjutnya hingga terkumpul sepuluh kertas yang penuh dengan tulisan rapinya.

Yeri mendongak lalu berdiri dengan tegak saat bel istirahat berbunyi. Gadis itu menyimpan kertas-kertas tadi di sela-sela buku tulisnya kemudian menoleh ke sampingnya.

"Ke kantin yuk" ajak Mark diangguki Yeri.

Yeri memasukkan buku-buku nya ke tasnya kemudian berdiri dari duduknya. Yeri berjalan bersama Mark dan disusul enam laki-laki lainnya di belakang mereka.

Sesampainya mereka di kantin, seperti biasa Jeno dan Haechan yang akan memesankan makan dan minum. Seperti saat ini, keduanya baru saja bergabung setelah tadi memesan.

"Tumben lo gak minta ke gue? " tanya Chenle mengintimidasi.

"Hari ini biar gue aja gak papa" ucap Haechan percaya diri.

"Dih, sombong amat! " cibir Jisung.

"Nih Le! " ucap Jeno mengembalikan kartu atm milik cowok itu.

"Kok ada sama lo? " bingung Chenle menaikkan satu alisnya.

"Iya masih gue bawa waktu semalem ambil uang cash buat pegangan" jawab Jeno.

"Halah! Kaya gitu lo yang bayar! Mustahil Chan! Kalau gue jadi lo sih uang gue mending buat beli skincare atau bodycare dulu buat merawat diri. Lo 'kan dekil kaya gitu! " cibir Yeri.

"Nyelekit banget Yer! Gak bohong ini mah! " ucap Haechan memegang dadanya dramatis.

"Lebay lo! " dengus Jisung.

"Seriusan gue! Cobain deh! "

"Gak minat, terima gaji"

"Halah mulut lo! "

"Pertandingan debat adu mulut hari ini adalah Haechan melawan Jisung! Ting! Ting! Ting! " sela Yeri sebelum Jisung kembali mengucapkan sesuatu.

"Perasaan lo mulu deh yang jadi wasit Yer" ucap Jeno.

[NCT DREAM] Seven Boys In My Life || sfnauraaa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang