18 | Tak Seperti Yang Lain

709 52 8
                                    

Rere membanting handphone-nya dengan keras, hingga pecah, gadis cantik itu menangis sejadinya. Air matanya tumpah, ia menahan kesakitannya. Ellen sang sahabat tak kuasa melihatnya, Ellen masih diam. Ia membiarkan sahabatnya menangis, menumpahkan segala amarahnya. Rere tidak peduli dengan handphone-nya yang pecah menjadi kepingan. Rere tak peduli benda kotak itu remuk tak berbentuk lagi.

"Re ... sabar ...."

Rere senggukan, Ellen bingung harus bagaimana, satu-satunya cara adalah menelfon Juna. Namun jika Rere mengetahui hal ini, Rere tidak akan mengizinkan Ellen menelfon Juna. Akhirnya diam-diam Ellen menelfon Juna.

Ellen mencari tempat yang aman untuk menelfon Juna. Dengan suara lirih Ellen menceritakan semuanya di telfon, walau dengan suara lirih Juna masih bisa mendengar suara Ellen di sebrang sana.

"Gue on the way."

"Oke."

Ellen kembali menenangkan Rere, sambil menunggu Juna. Tak lama kemudian deru suara motor Juna tiba di depan kos. Juna melepas helm, kemudian masuk ke dalam kos dan memeluk kekasih hatinya dengan erat.

"Re ... tenang Re, tenang ..."

Rere makin menangis di pelukan Juna, Ellena mengambilkan segelas air mineral untuk Rere. Juna dengan lemah lembut menenangkan Rere, sikal hangat Juna mampu membuat Rere menjadi tenang. Kemudian, dia memberikan segelas air putih, dan Rere meminumnya hingga tadas.

"Kamu kenapa?," tanya Juna. Padahal Juna sudah tahu bahwa Rere sedang ada masalah dengan mamanya.

"Mama dan Papa, Mas ..."

"Kenapa lagi?"

"Mama dan Papa nggak peduli dengan acara pernikahan kita. Mana ada sih orang tua begitu."

"Ssstt ... sabar sayang, sabar ...," ucap Juna sambil menepuk-nepuk bahu Rere.

"Sudah cukup kesabaran aku Mas!"

"Re, nanti aku coba berusaha ngomong sama Mama dan Papa ya. Mana nomor handphone-nya? Kamu hafal kan?"

Rere mengangguk pelan, Juna menyerahkan handphone-nya dan kemudian Rere mengetik nomor handphone mama dan papa.

"Oke, nanti aku akan bicara sama mereka, sekarang kamu tenang. Istighfar tenangin diri dulu."

Setelah benar-benar tenang, Juna mengajak Rere ke rumah Papa Suryo. Mereka akan mengadukan hal ini pada Papa Suryo, supaya di carikan jalan keluarnya, karena bagaimanapun Papa Suryo dan papanya Rere kakak beradik. Dan Rere setuju.

Akhirnya Juna dan Rere pergi ke rumah Papa Suryo. Juna berharap tidak menganggu waktu istirahat keluarga Papa Suryo. Juna mengetuk pintu rumah berwarna putih tersebut sebanyak tiga kali, sang tuan rumahpun keluar. Ternyata Zora yang membukakan pintu.

"Mas Juna, Mbak Rere, ayo masuk."

Zora kemudian mempersilakan Rere dan Juna duduk dulu, kemudian gadis itu memanggil Papa Suryo dan Mama Bulan. Keduanya turun dari lantai dua dan menemui keponakannya tersebut.

"Ra, tolong bikin minum."

"Iya Ma."

"Rere ada apa? Mata kamu kenapa sembab gitu?," tanya Papa Suryo.

"Rere habis bertengkar sama Mamanya di telfon Om." Juna yang menjawab.

"Ya Allah apalagi ini."

"Rere sampai ngebanting hape-nya Om sampai pecah kayak gini," ucap Juna sambil menunjukkan bentuk tak beraturan dari handphone Rere.

"Si Andra ini maunya apa sih sama Vera juga, udah tahu anaknya mau nikah! Kerjaan mulu yang diurusin," geram Papa Suryo.

"Sabar Mas ...," Mama Bulan menenangkan.

Cluster Puri Indah Land [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang