30 | The Kalingga

36 3 1
                                    

"Hilman, Kamal, Abah mau menyampaikan sesuatu, bahwa sebelum Umi meninggal, Umi berpesan sama Abah untuk Abah menikah lagi. Apa kalian setuju?"

Hilman muda dan Kamal muda saling menatap, kakak beradik itu kehilangan kata-katanya. Sebab apa yang dikatakan Umi adalah perintah.

"Kalau itu pesan dari Umi, kami berdua setuju Bah," ucap Hilman muda.

"Kamal juga Bah."

"Alhamdullilah."

"Memangnya Abah mau menikah sama siapa?," tanya Kamal muda.

"Adik sepupu Umi kamu," jawab Abah.

"Hah? Bulik Rus?"

"Iya Bulik Rusmiati. Umi berpesan kepada Abah begitu."

"Kalau itu memang keputusan yang terbaik untuk kita Bah, Hilman dan Kamal Insya Allah setuju."

"Terimakasih nak, besok Abah akan ke rumah Bulikmu dan melamarnya," ucap Abah.

Kala itu umur Papa Hilman dan Papa Kamal masih sangat belia, Papa Hilman berumur 14 tahun dan Papa Kamal berumur 10 tahun. Mereka sudah harus di tinggalkan ibu kandung mereka sendiri, karena sakit. Umi melakukan ini agar anak-anaknya ada yang menjaga dan merawatnya.

Perempuan bernama Rusmiati itu adalah adik sepupu Umi. Rusmiati memperlakukan Hilman muda dan Kamal Muda dengan sangat baik, Rusmiati sangat menyayangi mereka berdua. Awalnya Kamal muda belum bisa memanggil Rusmiati dengan panggilan Umi, namun seiring berjalannya waktu kamal muda mulai membiasakan memanggilnya Umi.

***

Waktu berlalu begitu cepat, cucu-cucu Umi dan Abah juga sudah besar, karena kesibukan masing-masing mereka jarang sekali berkumpul. Saat ini Papa Hilman juga sedang berusaha untuk meluangkan waktu agar bisa kumpul. Kebetulan minggu depan adalah grand opening perusahaan yang di rintis oleh Banyu. Si sulung Kalingga ini mendirikan perusahaan property dan konsultan arsitek, banyak juga yang sudah apply cv keperusahaan Banyu.

Tentunya Banyu tidak sendirian, Banyu bersama teman-teman seperjuangannya mendirikan perusahaan ini.

"Pah, Tante udah di kasih tahu kan minggu depan ada acara?," tanya Banyu memastikan.

"Iya nak, Tante Diyah sama Tante Leni udah Papa whatsapp kok," jawab Papa Hilman.

"Iya Ban, kamu tenang aja. Mereka nanti datang ke sini juga rombongan, oh ya Om Kamal di chat suruh makan sini aja," ucap Mama Dara.

"Okeh Ma, Delta chat dulu."

Papa Hilman dan Papa Kamal, selama ini akur-akur saja dengan dua adik tirinya ini, Diyah dan Leni. Abah juga udah membuat surat pernyataan dan perjanjian, bahwa setiap anak telah mendapatkan warisannya masing-masing. Jumlahnya adil tidak kurang dan tidak lebih. Jika ada anak Abah yang serakah, maka Abah tidak akan segan-segan mencoret nama anaknya dari kartu keluarga. Karena Abah sering bilang harta itu nggak akan di bawa mati. Harta cuma jadi peninggalan di dunia.

"Assalamualaikum," suara Jeni memenuhi ruangan.

"Waalaikumsalam, eh Jen, langsung ke ruang makan aja. Papamu mana?," tanya Papa Hilman.

"Lagi otw ke sini Pakde, soalnya Papa habis dinas dari luar," jawab Jeni.

"Papamu iku luar kota ae, sekali-kali tha luar negeri," ucap Papa Hilman.

Jeni hanya terkekeh pelan. Di ruang tengah Ajun sedang main PS bareng Banyu. Jeni menghampiri Delta dan Karina yang sedang sibuk dengan tab masing-masing.

"Jejer kayak ikan asin," gumam Jeni.

"Wkwkw, nambah satu lagi Mbak biar pas tiga," gurau Karina.

"Masih pada ngapain sih?, kok serius amat?," tanya Jeni.

Cluster Puri Indah Land [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang