20 | Permintaan Maaf

56 8 0
                                    

Rere menghela napasnya panjang saat dia duduk di luar ruangan rawat Mami. Perempuan itu duduk sendirian di sana, karena Juna sedang membelikan kopi di kantin rumah sakit. Sebenarnya Rere masih sakit hati dan kecewa ke Papi dan Mami, tapi bagaimanapun mereka kedua orang tua Rere yang sudah membesarkan dan merawatnya dengan cara yang berbeda daripada orang tua umumnya.

Jika Rere melihat dari sisi positifnya, kedua orang tua Rere bekerja keras supaya anak tunggalnya itu hidup dengan layak, bisa mendapatkan pendidikan yang baik, bisa makan enak dan pakaian yang layak, namun sisi negatifnya adalah Papi dan Mami terlalu workaholic dan akhirnya melupakan sang anak.

"Ini sayang, kopinya," ucap Juna.

"Makasih Mas."

"Mami belum bangun ya?"

"Belum."

"Dokter udah ke sini tadi?"

"Belum Mas, mungkin sebentar lagi."

"Mami mau ke sini diantar sama Jefri, mau jenguk Mami Vera," ucap Juna dam diangguki oleh Rere.

Juna mengusap punggung Rere dengan sayang, Juna menguatkannya. Juna kini bukan lajang lagi, tapi sudah menjadi suami, jadi dia harus siap-siap menanggung Rere dan anak-anaknya kelak, dia harus jadi suami yang selalu ada saat keluarganya butuh, seperti Papi yang selalu ada ketika anak-anaknya dalam keadaan susah, senang, sedih dan bahagia.

Dokter tersenyum kepada Rere dan Juna, dokter masuk ke dalam ICU untuk memeriksa kondisi Papi Andra. Rere berharap ada perkembangan yang baik dari sang ayah. Rere dan Juna menunggu selama sepuluh menit, kemudian dokter keluar dan menyampaikan kondisi dari sang ayah.

"Mbak Rere, kondisi Pak Andra sudah ada kemajuan ya walaupun sedikit demi sedikit, respon tubuhnya cukup baik. Dan kita berdoa saja semoga Pak Andra segera sadar ya, kami dari tim dokter sedang berusaha sebaik mungkin."

"Aamiin dokter, mudah-mudahan."

"Kalau begitu saya tinggal dulu ya."

"Papi ... Rere di sini Pi," gumamnya.

Tak lama kemudian Mami Yona datang bersama dengan Jefri, kebetulan Jefri sedang tidak ada jadwal.

"Eh Mami." Rere dan Juna menyalami Mami Yona.

Mami Yona membawakan buah-buahan dan juga kue bolu. Mami Yona kemudian izin ke kamar rawat Mami Vera, mereka ingin bicara empat mata. Di sana Mami Vera sedang duduk di tepi ranjang sambil memikirkan kesalahan-kesalahannya kepada sang anak.

Mami Yona tersenyum tipis, ia tahu apa yang sedang di pikirkan oleh besannya tersebut.

"Mbak Vera," panggil Mami Yona. Panggilan itu membuyarkan lamunan Mami Vera.

"Eh Yona, masuk aja Yon."

"Mbak Vera ini ada buah dan kue bolu."

"Repot-repot Yon."

"Ah enggak Mbak. Kondisi Mbak Vera gimana?"

"Yah, beginilah. Sudah membaik tapi belum seratus persen baik."

"Mbak Vera yang sabar ya dan semoga lekas sembuh."

"Makasih Yon, maaf ya kalau aku nggak berkontribusi apa-apa di pernikahan anak-anak, aku sangat merasa bersalah sama Rere."

Mami Yona meraih tangan Mami Vera, membuat Mami Vera melirik ke besannya. Rasa bersalah pada Mami Vera semakin besar, dia sadar bahwa dia tidak berbuat apa-apa untuk pernikahan sang anak, malah dia sibuk bekerja.

"Mbak Vera, setiap manusia pasti nggak jauh yang dari namanya kesalahan, dan Tuhan selalu banyak cara buat menegur hamba-Nya, entah itu dengan cobaan yang berat atau hanya dengan sentilan dan Tuhan memberikan teguran kepada kita untuk nggak mengulangi perbuatan yang sama lagi."

Cluster Puri Indah Land [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang