VIII. Start Loving

851 42 0
                                    

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

Air mata Cashya mengalir, kali ini bukan untuk kedua orangtuanya. Ini air mata untuk Zeka. Dengan cepat ia membuka kamar, terkejut ia mendapati Zeka mencoba tertidur di sofa ruang tamu.

Zeka yang belum tidur langsung bangkit saat melihat istrinya keluar dari kamar Serafina dan Idris.

Cashya tak tahan, ia langsung memeluk tubuh Zeka erat dengan tangisan kencang. Zeka tentu saja kaget, ia membalas pelukkan Cashya dengan hati bingung.

"Aku tahu, Mas. Pasti ada yang paling menyesal sekarang. Kamu tahu siapa?" Cashya memulai percakapan.

Zeka mengerutkan kening. "Siapa?"

"Aai dan para malaikat. Aai karena telah menyia-nyiakan lelaki seperti Mas Zeka dan malaikat yang pastinya nggak rela jika kawan mereka dijadikan manusia bisa." Cashya masih memeluk Zeka.

Zeka langsung tersenyum. "Malaikat masih terlalu sempurna untuk menyebutku seperti itu."

Cashya menggeleng, yang pasti Zeka adalah malaikat pelindung baginya. Kemudian Cashya sadar akan sesuatu. "Kenapa kamu tidur di sini Mas?"

Zeka tersenyum, tangannya bergerak menyelipkan anak rambut di telinga Cashya. "Kamu ada di kamar ini Cashya, aku takut tidak mendengar suaramu saat kamu membutuhkan aku. Makanya aku berjaga di luar."

Cashya tidak tahu lagi bagaimana harus menanggapi, yang ia tahu sekarang perasaannya perlahan berubah. Tidak hanya mengaguminya sebagai sosok lelaki yang baik, namun sepertinya Cashya mulai mencintai Zeka secara perlahan.

Zeka yang tidak mendapatkan jawaban dari Cashya, ia berucap pelan. "Sudah malam Cashya, kita sebaiknya tidur."

Cashya mengangguk, saat Zeka meraih tangannya dan mencoba berjalan ke arah tangga. Cashya justru terdiam, membuat Zeka menoleh.

"Kenapa?" Zeka tak mengerti lagi.

Cashya menatap mata Zeka ragu, membuat Zeka akhirnya menangkup wajah Cashya. "Ada yang ingin kamu sampaikan, Cashya?"

"Sebelum Aai pergi, Aai pernah meminta sama Cashya. Setelah kita menikah, Aai mau kita yang nempatin kamar Aai sama Baba." Akhirnya Cashya bisa mengungkapkan hal itu.

"Itu bukan amanah, tapi itu perintah." Lanjut Cashya lagi.

Zeka menoleh, kepalanya menggeleng. "Kita tidur di kamar kamu."

Zeka bersikukuh tidak mau menuruti permintaan Serafina, ia mencoba menarik halus tangan Cashya.

"Kalau aku yang minta, Mas Zeka mau?" Cashya berucap kembali.

Zeka akhirnya menghela napas, ia dengan cepat justru menggendong Cashya. Membuat Cashya sedikit memekik pelan. Awalnya Cashya mengira, Zeka akan kembali menolak. Namun ia salah, Zeka berjalan ke arah kamar Serafina dan Idris seperti permintaannya.

Membaringkan tubuh mungilnya di kasur itu, lalu tanpa suara Zeka ikut berbaring disebelahnya dan memeluk Cashya seperti malam kemarin.

"Sekarang tidur, ini sudah malam." Perintah Zeka.

Senyum di bibir Cashya mengembang, ibu dan ayahnya benar. Cashya berarti untuk Zeka.

Zeka lama terdiam, tak lama kemudian sebelah tangannya mematikan lampu tidur di sampingnya dan tangannya berada di atas lengan Cashya.

Dalam suasana remang itu, keduanya sama-sama tahu jika mereka masih terjaga. Hanya mereka sama-sama tak ingin mengganggu lamunan masing-masing.

Cashya memutuskan untuk jujur, ia memulai pembicaraan. "Mas Zeka ...."

Istri Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang