XIX. Proposal Baby (Zeka's Junior or Cashya's Junior)

587 27 0
                                    

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

Zeka menghela napas, membuat Cashya yang disampingnya tentu saja menoleh. "Ada apa, Mas?"

Zeka tersenyum, ia memberikan ponselnya pada Cashya. "Ini, sahabat aku semasa di Barcelona dulu. Orangnya baik, cuma aku prihatin sama nasib percintaan dia. Dia orang yang sering aku ajak berdiskusi dan berpikir mengenai hidup."

Cashya melihat siapa lelaki yang ada di foto itu, entah mengapa ia merasa familiar dengan foto tersebut. Hanya diam dan berpikir akan siapa lelaki itu.

"Katanya dia dosen seni rupa di kampus kamu, kamu kenal, Shya?" Zeka bersuara lagi.

Saat berhasil mengingatnya, pipi Cashya langsung memerah karena malu. Ia menundukkan kepalanya dalam, dalam hati ia menggerutu pada takdir.

"Pak Gera." Cashya menjawab dengan menunduk.

Zeka kembali tersenyum, ia mengacak-acak rambut Cashya. "Kalau reaksi kamu begini, berarti tandanya ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku dan kamu malu untuk mengatakannya."

Cashya mengangguk, dia ingin cerita tapi tidak mau ditertawakan. "Tapi janji jangan ketawa!"

Zeka mengerutkan kening, dia memegang dagu Cashya dan mengangkatnya agar melihat ke arah Zeka. "Kamu tahukan aku paling tidak suka mengawalinya dengan janji?"

"Ya udah-ya udah aku cerita." Pada akhirnya Cashya.

Ia menceritakan mengenai kejadian di kelas tadi, yang membuatnya tidak fokus karena takut jika Zeka akan menilai dirinya tidak menarik sama seperti Amar menilainya.

Sesuai dugaan, Zeka tertawa sampai memegangi perutnya karena saking terlalu geli mendengar jawaban Cashya yang seperti itu saat di kelas. Membuat Cashya semakin salah tingkah.

Zeka menarik pinggang Cashya mendekat, Cashya mendekat dan berakhir dipelukan Zeka. "Hanya lelaki bodoh yang tidak bisa jatuh cinta padamu, Cashya. Terbukti bukan, Amar memang bukan lelaki normal?"

Cashya mengangguk, ia tidak bisa menanggapi ucapan Zeka. Terlalu menikmati aroma tubuh suaminya, Zeka hanya bisa tersenyum melihat respon Cashya yang seakan tidak pernah bosan untuk menciumi aroma tubuhnya. Sama seperti Zeka yang tidak pernah bosan mencium aroma shampoo yang Cashya pakai.

"Jangan menangis lagi Cashya untuk lelaki itu, ku mohon." Zeka menciumi rambut Cashya lagi.

Cashya menggeleng, ia mendongak menatap mata Zeka yang kini telah terbakar api cemburu. Cashya tersenyum, tangannya menyentuh pipi Zeka. "Suamiku kalau lagi cemburu kadar ketampanannya makin meningkat drastis."

"Aku serius, Cashya." Zeka tak suka melihat Cashya tersenyum di saat dirinya sedang serius seperti ini.

Cashya kembali menelungkupkan kepalanya di dada Zeka. "Aku juga serius, Mas. Dilihat dari sisi manapun Tuhan juga tahu, yang aku takutkan bukan Amarnya, tapi kehilangan cinta kamu. Aku nggak bisa, Mas. Aku takut."

Airmata Cashya mengalir, tubuhnya bergetar hebat sembari membayangkan kemungkinan yang akan terjadi. Saat Zeka mendengar pengakuan dari Cashya, ia sendiri menyadari jika dirinya terlalu kekanak-kanakan. Ternyata yang orang bilang selama ini itu benar. Jika cemburu telah kamu rasakan, walaupun kamu adalah orang dengan pemikiran paling rasional sekalipun, maka tidak mengurangi kemungkinan ia akan buta kerasionalan-nya jika sudah dilanda yang namanya cemburu.

"Kamu tahu Cashya, hari ini sudah berapa manusia yang aku bentak di kantor karena cemburu dengan pemikiranku sendiri? Bahkan aku mulai menyalahkan Tuhan mengapa tidak menciptakanmu untukku di usia yang tepat. Aku takut Cashya, aku takut kamu akan pergi meninggalkan aku saat kamu kembali melihat wajah Amar.

Istri Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang