XIII. More I Handsome or Korean Artist?

568 34 0
                                    

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

Setelah puas melihat-lihat isi dari perusahaan PAU, Cashya dan Zeka pulang ke rumah. Begitu kagetnya Cashya saat kamarnya telah berubah menjadi studio lukis dengan segala peralatan baru di dalamnya.

Memang rumah ini walaupun mungkin tidak sebagus rumah teman-temannya, kamar di rumah ini cukup banyak. Ada sembilan kamar di sini, termasuk diantaranya ada dua kamar asisten rumah tangga dan satu kamar bergantian untuk dua satpam.

Serafina dan Idris dulu membeli rumah ini karena berharap mereka bisa memiliki banyak anak, namun harapan tinggal harapan. Akibat kemoterapi yang dilakukan Serafina, rahimnya rusak dan harus diangkat. Jadilah Cashya hanya putri satu-satunya yang mereka punya.

Dari dulu pula Cashya sebetulnya ingin memiliki studio lukis di rumahnya, namun peralatannya yang mahal membuat Cashya lagi-lagi enggan mengatakan keinginannya secara gamblang pada Idris dan Serafina. Apalagi Serafina yang sering sakit-sakitan pasti membutuhkan biaya yang besar untuk berobat.

Zeka merasa respon istrinya di luar ekspektasinya, ia takut justru malah membuat Cashya marah. "Kenapa? Kamu nggak suka ya, yaudah nanti aku suruh orang balikkin lagi jadi kamar kamu."

Saat Zeka berucap seperti itu, Cashya buru-buru memeluk Zeka. Saking terharunya air mata Cashya sampai menetes. "Aku suka, Mas. Makasih ya."

Zeka tersenyum, ia menangkup wajah istrinya yang menangis haru. "Aku pikir kamu marah sama aku karena nggak izin dulu merubah kamar kamu jadi studio lukis."

Cashya menggeleng, ia menatap Zeka penuh cinta. "Aku suka, Mas. Eh tapi, kamar aku kok jadi kecil ya?"

Kemudian Cashya berjalan menuju sebuah pintu yang baru ia lihat, dengan penuh penasaran Cashya pun membukanya. Matanya membelalak saat melihat ruangan itu adalah ruangan kerja Zeka.

"Nggak papakan kamarnya aku jadiin dua bagian? Satu untuk dunia kamu dan satu lagi untuk duniaku." Zeka menatap Cashya.

Cashya kembali memeluk Zeka, dikecupnya pipi Zeka tanda jika ia bahagia. "Boleh banget, berarti itukan tandanya walaupun dunia kita berbeda tapi kita tetep nggak boleh saling berjauhan."

Zeka mengangguk, karena memang itu maksudnya. "Tapi, ciumannya cuma di pipi nih?"

Setelah mendengar ucapan itu, Cashya langsung mendekat dan mengencup bibir suaminya. Saat Cashya ingin melepas kecupan itu, Zeka menahan kepala Cashya. Dengan lembut suaminya itu melumat bibirnya, dengan suara decapan-decapan kecil menikmati sensasi manis dari bibir ranum Cashya.

Usai acara ciuman itu, Cashya menatap suaminya dengan senyum. "Aku bahagia, Mas."

Zeka justru membeku mendengar nada suara Cashya, air mata yang tidak pernah keluar dari mata Zeka selama ini akhirnya keluar. Cashya sendiri kaget melihat suaminya yang justru menangis mendengar ucapannya, dadanya terasa sesak melihat air mata itu jatuh di pipi suaminya.

Sekali lagi Zeka mengecup bibir Cashya lembut, ia menghela napas sebelum memutuskan berbicara. "Terima kasih, Cashya. Terima kasih karena pada akhirnya ada wanita yang mengatakan dia bahagia bersamaku."

Sebetulnya Cashya sangat ingin menangis, namun ia tidak mau membuat Zeka khawatir. Bukan saatnya sekarang untuk mengangis, tapi saatnya untuk Cashya menenangkan suaminya. "Hanya wanita bodoh yang tidak bahagia memiliki suami seperti kamu, Mas. Aku bahagia bisa menikah sama kamu, aku juga bahagia memberikan sepenuhnya diri aku hanya pada satu lelaki. Yaitu kamu, Mas. Suamiku."

Istri Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang