XXVIII. Small Reunion

383 23 0
                                    

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

Senyum Cashya mengembang kala melihat kalender di depannya di lingkarinya tanggal di kalender tersebut dengan bentuk hati. Tak lama Cashya menelepon seseorang.

"Oza." Cashya memanggilnya pelan.

Dari jauh Xochiquetzal, teman dekatnya ketika SMA selain Indah tersenyum sinis. Tidak biasanya Cashya meneleponnya. "Shya, tumben telepon? Nggak dimarahin Indah apa? Kamukan tau Indah posesifnya kaya apa sama kamu, padahal juga sebelum kamu kenal dia kamu deketnya sama aku."

Pemakaman Indah memang digelar tertutup oleh Iriyanti, ibu dari Indah tersebut hanya memakamkan putrinya ditengah keluarga besar Tanjung dan keluarga mantan suaminya. Iriyanti berbohong mengatakan jika Indah meninggal karena menjadi korban salah sasaran tembakkan yang penembaknya adalah Amar seorang pesakitan. Ada beberapa teman kuliah Indah yang datang sebagai perwakilan, namun itu saja Iriyanti menyesal mengundang mereka karena diam-diam mereka menggunjing putrinya yang aneh. Oleh sebab itu, Iriyanti tidak memberitahu pihak SMA Indah jika salah satu alumni mereka telah tiada.

Begitulah cinta kasih seorang ibu yang tidak ingin putrinya menjadi topik besar kematian karena ia seorang lesbian, Iriyanti rasa orang-orang hanya perlu tahu jika putrinya meninggal karena sebuah tembakkan.

"Nanti aku ceritakan sesuatu, Za. Demi Tuhan aku tidak pernah bermaksud untuk meninggalkan sahabat-sahabatku. Bagaimanapun kamu, Dinar, Aleah, Jinan dan Bora adalah sahabat-sahabatku juga." Cashya merindukan mereka, demi apapun semenjak Cashya menjadikan Indah sahabatnya Cashya jadi jauh dengan semua orang. Termasuk jauh dari sahabat-sahabat SMAnya yang sebetulnya cukup banyak.

Di masa ia kuliah, sebetulnya Cashya ingin berteman dengan banyak orang. Apalagi tidak memungkiri jika Cashya termasuk gadis yang cantik dan bisa menjadi primadona kampus, karena Indahlah yang membuat Cashya kurang leluasa untuk bergaul. Untuk bersahabat dengan Allova saja cukup sulit jalan yang harus Cashya tempuh.

Xochiquetzal menghela napas, tidak memungkiri ia juga merindukan Cashya. "Iya deh Shya. Maaf ya, udah nanggapin kamu sinis. Eh iya kamu kenapa telpon?"

Cashya tersenyum, bagian ini yang membuatnya begitu bersemangat sekaligus cemas. "Mama sama Papa kamu masih yang punya hotel BC di Jakartakan?"

"Masihlah, Shya. Wait-wait, kamu telpon aku mau minta tolong reservasiin kamar hotel? Kamu mau one night stand gitu sama pacar kamu?" Terkadang Cashya kesal dengan pikiran Xochiquetzal yang terlalu dipengaruhi dengan hal-hal seperti itu.

Cashya menghela napas, ia kembali berbicara. "Za, aku baru nanya awalan loh."

"Oke, sori-sori. Masih Shya, kenapa?"

"Aku boleh minta tolong reservasiin restoran di hotel BC nggak? Layanan VVIP di spot paling romantis?"

"Wahhh kamu mau candle light dinner? Sama siapa, jangan-jangan kamu berhasil yaa dapetin cintanya Amar?"

"Oza, jangan mulai deh. Jawab aja, bisa nggak?"

Xochiquetzal tertawa. "Gampang itu mah, serahin aja semua sama Oza yang cantik ini. Sebelum-sebelumnya waktu Bora, Jinan sama Aleah bawa pacar mereka ke hotel juga sukses kok acaranya. Tinggal bilang aja mau konsepnya kaya gimana. Oh iya Shya, kalo kamu mau aku reservasiin. Ada syaratnya."

Cashya memanyunkan bibirnya, walau ia tahu Xochiquetzal tidak akan bisa melihat rupa rajukkannya. "Masa sama sahabat lama sendiri pake syarat-syaratan sih?"

Istri Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang