Happy reading guys. Salam cinta dari penulis
Ninda_Rayanti
***
Suara senapan itu terdengar oleh para tetangga, membuat mereka akhirnya menelepon aparat kepolisian. Tidak ada satupun dari mereka yang berani keluar rumah.
Sementara Zeka dan Cashya yang sedang di mabuk cinta tidak mendengar suara senapan itu, mereka sibuk bercanda dan saling merayu satu sama lain.
Saat mereka akan berangkat menuju pameran buku, suara pintu utama terbuka dengan kasar seperti sengaja di gebrak seseorang.
Amar terlihat dengan penuh kemarahan di mata Cashya dan Zeka sembari membawa senapan panjang. Tubuh Cashya meremang, sementara Zeka mencoba melawan ketakutannya.
"Mau apa kamu ke sini?" Zeka bertanya.
Amar menatap mata Zeka, seketika raut mata itu berubah menjadi lembut. "Jangan takut Om sayang ... tidak akan ada yang terluka di sini jika menuruti permintaanku."
Cashya yang ketakutan, reflek mendekat ke arah Zeka dan memeluk tangannya. Hal itu tentu saja membuat Amar kembali marah. "Lepaskan pelukan lo di tangan Om Zeka atau gue tembak Cashya."
Bibi dan Pak Joko yang menyaksikan kejadian itu dari jauh terlihat begitu tegang, mereka juga tidak bisa melakukan apapun. Menelepon polisi di saat-saat seperti ini juga justru akan meningkatkan perilaku nekat Amar.
"Nggak, Mas Zeka suamiku." Cashya membalas pelan.
Amar berusaha menetralkan amarahnya yang telah menggebu. "Oke, lo telah memutuskan begitu. Gue beri kesempatan sekali lagi, kali ini buat Om Zeka sayangku ...."
Bibi dan Pak Joko tak menyangka jika Amar adalah seorang penyuka sesama jenis, tapi menurut mereka Zeka dan Cashya pasti sudah mengetahuinya. Terlihat dari raut mereka yang tidak terkejut sama sekali.
"Lho, kalian nggak kaget?" Amar tersenyum.
Zeka dan Cashya hanya terdiam, tak menjawab apapun.
"Oh jadi selama ini kalian bermain sandiwara ya di belakangku dan Indah, kalian sudah tahu jika kami penyuka sesama jenis. Ah, aku tahu. Kalian ya yang waktu itu menginjak ranting pada saat aku dan Indah membuat rencana?" Wajah ramah Amar kali ini benar benar berubah marah, lebih marah dari yang tadi.
"Om Zeka, aku mencintaimu. Kamu tahu kalau kemungkinan cinta aku lebih besar dari pada cinta Cashya ke kamu? Jadi aku beri kesempatan untuk memilih. Menyelamatkan Cashya dengan memilihku atau memilih Cashya dengan jasadnya yang tak bernyawa?" Amar memberi pilihan yang sulit.
Cashya hanya bisa menangis, ia begitu takut. Namun ia lebih rela mati asal Zeka tidak mengorbankan dirinya untuk lelaki pesakitan seperti Amar.
Zeka memantapkan pilihannya, dengan kuat ia memegang erat tangan Cashya. "Saya memilih untuk tetap setia dengan Cashya."
Amar marah, sangat marah. Ia menarik pelatuk senapannya dan dengan cepat melesat ke udara.
Duarrr ...
Bukan Cashya yang mengenai peluru itu, namun Zeka. Zeka melindunginya, dengan air mata mengalir. Tepat setelahnya polisi datang membekuk Amar.
"Kamu nggak papakan?" Zeka masih sempat bertanya.
Sementara Cashya sudah menangis ketakutan, Zekapun ambruk ke pelukkan Cashya. "Mas Zeka...."
***
Cashya berdiri di luar ruang operasi dengan kalut, air mata ketakutan seakan tidak pernah berhenti mengalir. Sampai akhirnya Allova datang, memeluk dan menenangkan Cashya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Muda
RomanceSiapapun tak tahu bagaimana putaran takdir berlaku untuk kisah ini. Tak tahu pula apakah takdir menjadi pemersatu atau justru pemisah untuk kisah ini. Jikapun nanti pada akhirnya takdir mengisahkan untuk saling melupa pada akhirnya. Setidaknya ti...