XXXVIII. Born Surprize

527 22 0
                                    

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

Kandungan Cashya sudah memasuki bulannya untuk melahirkan, Zeka dan Cashya tinggal menunggu hari saja di mana anak mereka akan terlahir.

Senyum tak henti-hentinya menguar dalam bibir Cashya, walau tak memungkiri ada rasa cemas yang melingkupi batinnya.

Saat ini Cashya duduk di sebuah kursi roda, Zeka yang melarangnya untuk banyak berjalan mengingat usia kandungannya yang sudah tua. Zeka menyerahkan gelas berisi susu pada Cashya.

"Makasih, Mas." Cashya menjawabnya.

Zeka kemudian duduk di sebelah Cashya, mereka sekarang berada di taman kompleks. Menikmati pemandangan kehijauan dengan suara anak-anak bermain dengan berbagai wahana permainan khas taman kompleks.

Seorang anak menangis karena jatuh dari ayunan, membuat Cashya dan Zeka menoleh. Zeka cepat tanggap, ia berjalan menuju anak lelaki itu.

"Kenapa, jatuh ya? Coba berdiri dulu. Biar Om lihat ada lukanya nggak?" Zeka membantu anak lelaki tersebut berdiri. Untunglah tak ada luka dilututnya.

"Udah, nggak ada yang luka kok. Cep-cep-cep, nggak papa-nggak papa. Lain kali adek kalau main ayunan pegangan yang kuat biar nggak jatuh kaya tadi, ok?"

Anak lelaki itu segera menyusutkan air matanya dan mengangguk, kemudian memberi gestur terima kasih pada Zeka.

"Hight five, dulu. Besok lagi kalau ketemu Om, harus lebih jagoan lagi. Ok?"

Anak lelaki itu mengangguk dan membalas ajakan tozz dari Zeka, tak lama anak kecil itu segera pergi dari pandangan Zeka.

Zeka kembali menuju Cashya, membuat Cashya tersenyum. "Kamu memang dari dulu suka sama anak kecil, ya Mas."

Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan dari Cashya untuk Zeka. "Dulunya sih nggak, setelah kamu lahir semuanyapun berubah."

"Kita balik sekarang, ya? Udah mulai malem, nggak baik buat ibu hamil." Zeka kembali berkata.

Cashya mengangguk, mematuhi segala yang Zeka ucapkan. Saat Zeka mulai mendorong kursi roda Cashya, rasa sakit itu datang lagi.

Rasa sakit yang begitu di perut Cashya, perutnya kembali tegang. Kontraksinya kembali menguat. Ia secara reflek menggenggam tangan Zeka erat.

Kuku jari Cashya menancap kuat di kulit Zeka. Semua orang tahu, Zeka juga merasa kesakitan. Namun Zeka lebih tahu jika rasa sakit yang ia rasakan belum ada apa-apanya di banding dengan rasa sakit yang saat ini Cashya rasa.

Zeka menghentikan laju jalan mereka, kemudian berjalan menuju ke hadapan Cashya. "Kontraksi lagi?"

Cashya mengangguk, ia meraih tangan Zeka lagi dan meremasnya. Zeka sendiri menahan rasa sakit itu, baginya tidak ada yang lebih sakit dari pada melihat orang yang ia cintai merasakan sakit juga.

Saat pegangan Cashya mulai melonggar, saat itu pula Zeka yakin jika kontraksi tersebut berangsur menhilang. "Tarik napas, Sayang."

Cashya mulai mengatur napasnya, sampai kemudian kontraksi itu datang lagi. Ia kembali menggenggam erat pergelangan tangan Zeka. Jujur Zeka khawatir, biasanya setelah tiga puluh detik berlalu kontraksi itu akan berangsur menghilang. Namun kini interval kontraksi seakan teratur.

"Kita ke dokter ya, Shya. Kontraksi kamu sudah mulai teratur. Aku rasa ini kontraksi asli, Shya." Zeka berucap.

Tak lama dari itu, bagian bawah dress yang Cashya kenakan basah dan disertai bunyi ricikkan kecil dari selangkangan Cashya. Zeka dan Cashya saling bertatapan.

Istri Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang