Happy reading guys. Salam cinta dari penulis
Ninda_Rayanti
***
Cashya tersadar dalam pingsannya, ia mencium bau obat-obatan khas rumah sakit. Cashya kemudian melihat ruangan kesekelilingnya, ada Zeka yang menunggu Cashya di pinggir ranjang dengan posisi tertidur di sandaran kursi.
Tangan Zeka yang bersedakep dengan tidak memakai lengan panjang membuat Cashya bisa melihat dengan jelas luka-luka cakarannya dengan darah yang telah mengering.
Perlahan Cashya terbangun, menyentuh pelan luka-luka itu. Air matanya jatuh perlahan, dilihatnya pula wajah Zeka yang masih tertidur. Garis-garis kelelahan muncul di wajahnya secara tersirat.
Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Engkau telah menakdirkanku untuknya. Walau banyak orang yang mengatakan jika kami tidak cocok untuk bersama, tapi pada kenyataannya dialah suamiku. Ayah dari anak-anak yang aku lahirkan dan aku begitu mencintainya.
Cashya kembali menyentuh perlahan luka-luka itu, tanpa sadar justru membangunkan empunya tangan. Mata Zeka terbuka pelan, ia menatap Cashya. "Kenapa mesti bangun dari tempat tidur sih, Shya? Kondisi kamu masih lemah, cukup bangunkan aku aja."
Cashya tersenyum, suaminya itu selalu saja lebih mengkhawatirkannya dari pada dirinya sendiri. Tidak, suaminya selalu lebih mengkhawatirkan orang lain dari pada dirinya sendiri. "Kenapa sih Mas, kamu selalu lebih mengkhawatirkan orang lain dari pada diri kamu sendiri? Luka di lengan kamu belum kamu obatin. Pasti sakit banget ya, maaf."
"Kamu bukan orang lain, Cashya. Kamu istriku dan luka ini nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan perjuangan kamu melahirkan anak-anak kita, itu jauh membahayakan nyawa kamu." Zeka berucap perlahan, kemudian ia berdiri dan membantu Cashya kembali berbaring di kasur.
"Aku panggil dokter sebentar ya, kamu tunggu di sini." Tambah Zeka lagi.
Tak lama Dokter Airin menyapa Cashya, senyumnya yang manis disertai gigi gingsulnya menambah keanggunan sang Dokter. "Selamat pagi, Mama muda."
Cashya tersenyum. "Pagi juga, Dok."
"Saya periksa ya." Dokter Airin mulai memeriksa Cashya, mulai dari denyut nadinya, suhu tubuh dan tensi darahnya yang dibantu beberapa perawat.
"Kondisi Ibu Cashya sudah stabil, Pak Zeka. Jangan khawatir, lusa Ibu Cashya bersama baby Basta dan baby Nona bisa pulang kok." Kembali Dokter Airin tersenyum.
Bersamaan Zeka dan Cashya berucap terima kasih, namun sebelum para perawat pergi Cashya menahan salah satu perawat. "Suster."
Salah satu perawat menoleh. "Iya, Bu?"
"Saya bisa minta tolong? Tangan suami saya belum diobati karena cakaran saya semalam pada saat persalinan. Saya boleh minta bantuan Suster untuk mengobatinya?" Cashya meminta.
"Nggak usah, Shya. Ini cuma luka kecil."
"Jangan ngebantah!" Cashya menatap Zeka dengan tatapan tajam.
Pada akhirnya Zeka menuruti keinginan Cashya untuk diobati tangannya, tak lama dari itu perawat kembali datang mengantarkan dua ranjang bayi berisi Basta dan Nona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Muda
RomanceSiapapun tak tahu bagaimana putaran takdir berlaku untuk kisah ini. Tak tahu pula apakah takdir menjadi pemersatu atau justru pemisah untuk kisah ini. Jikapun nanti pada akhirnya takdir mengisahkan untuk saling melupa pada akhirnya. Setidaknya ti...