Happy reading guys. Salam cinta dari penulis
Ninda_Rayanti
***
Satu minggu berlalu, kondisi Zeka sudah lebih membaik dan dokter telah memperbolehkannya untuk pulang ke rumah. Semua barang-barang Zeka telah rapi dan diangkut ke mobil oleh Bibi dan Pak Joko yang diminta Zeka untuk datang ke rumah sakit.
Zeka sendiri sedang mengurus administrasi pembayarannya, sebetulnya tadi Cashya telah berinisiatif agar dirinya saja yang menuju loket administrasi. Namun bukan Zeka namanya jika mendengarkan apa yang Cashya mau, katanya perempuan hamil dilarang untuk terlalu capek.
Sedangkan menurut Cashya, hanya membayar administrasi saja lalu bagian mananya yang menimbulkan kelelahan.
Cashya melamun, sembari melihat ke arah jendela yang mengarahkannya pada gedung-gedung tinggi pencakar langit. Pikirannya berkelana jauh di sana, sampai-sampai ia tidak menyadari jika Zeka telah kembali.
Zeka tersenyum ia memeluk Cashya dari belakang, lalu mengecup kening istrinya pelan. Cashya tersadar dari lamunan panjangnya, senyumnya mengembang kala mendapatkan sentuhan dari sang Suami.
"Ngelamunin apa sih? Bumil sebaiknya jangan banyak melamun, nggak baik." Zeka berucap pelan.
Cashya memeluk suaminya, Zeka membalas pelukkan itu. Ia sadar ada sesuatu dibenak Cashya yang belum gadis itu sampaikan.
"Administrasinya udah selesai, Mas?" Cashya mengalihkan pembicaraan.
Zeka hanya menarik tangan Cashya keluar ruangan, saat bertemu beberapa suster Zeka mengangguk sembari tersenyum mengungkapkan rasa terimakasihnya secara tersirat.
"Sudah, jadi ayo kita pulang. Aku sudah rindu sama suasana rumah dan masakkanmu." Zeka akhirnya menjawab.
Pipi Cashya merona merah, ia dengan pelan meninju lengan Zeka. Zeka dengan jail berteriak kecil. "Aa...."
"Ehh sakit ya, Mas. Maaf-maaf." Cashya mengelus lembut lengan Zeka.
Zeka tersenyum. "Tapi boong, lagian pukulan tenaga segitu belum ada apa-apanya dibandingkan sakit luka tembakkan yang kemarin."
Cashya mencubit keras pinggang Zeka, menimbulkan teriakkan Zeka. "Aaaww. Tapi nggak usah di cubit juga Cashya, kalau jahitan aku kebuka gimana? Sakit beneran ini."
"Sakit beneran? Yaudah kita pulang sekarang, kamu harus makan. Habis itu minum obat, terus aku kasih kamu salep dan kamu harus istirahat. Ayo." Cashya menarik Zeka, entah kenapa rasa sakit Zeka mengenai ulu hatinya. Sementara air mata Cashya sudah kembali menggenang di pelupuk mata.
***
Begitu sampai di mobil, kali ini Zeka tidak menyetir sendiri. Ada Pak Ramdan selaku supir pribadi Cashya sedari kecil yang mengabdi pada keluarga itu dari dulu. Di dalam mobil Cashya berusaha menahan tangisnya, namun Zeka sudah sangat hafal dengan gerak-gerik Cashya.
Zeka menyentuh tangan Cashya, menggenggamnya pelan. Menguatkan Cashya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sementara Cashya hanya bisa terdiam, ia tahu suaminya sudah sangat mengenal dirinya dengan cukup baik.
Zeka tiba-tiba bicara pada Pak Ramdan. "Rasanya sudah lama sekali tidak disupiri Pak Ramdan."
Dari cermin kaca spion Cashya tahu jika Pak Ramdan tersenyum. Cashya sendiri baru tahu jika Zeka mengenal supir keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Muda
RomanceSiapapun tak tahu bagaimana putaran takdir berlaku untuk kisah ini. Tak tahu pula apakah takdir menjadi pemersatu atau justru pemisah untuk kisah ini. Jikapun nanti pada akhirnya takdir mengisahkan untuk saling melupa pada akhirnya. Setidaknya ti...