XXIV. Amarra's Mission

419 26 0
                                    

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

"Tumbuh yang sehat ya, Nak. Maafkan Baba yang baru bisa menyentuhmu. Bubumu pasti suka menangis malam-malamkan?" Zeka berkata pada anak mereka.

"Abis Baba nggak bangun-bangun. Bubukan kangen." Cashya membalas. Sementara para perawat di sana hanya bisa tersenyum dan beberapa diantaranya ada yang menangis haru.

Setelah kondisi Zeka dipastikan baik-baik saja, tim medis memindahkan Zeka ke ruang rawat VVIP rumah sakit. Cashya betul-betul lega dengan ini.

Tak lama Allova menyusul, tersenyum bahagia saat melihat Zeka terbangun. Zeka melihat Allova, dilengkungkannya senyum untuk Allova sebagai ucapan terima kasih. "Terima kasih Allova, kamu sudah menemani Cashya selama saya tertidur."

"Sama-sama, Om. Cashya bukan hanya sahabat saya, namun Caahya juga sepupu saya satu-satunya." Allova membalas.

Zeka menyipitkan matanya tak mengerti, sementara Cashya menyentuh dada Zeka pelan. "Banyak hal yang harus aku ceritakan sama kamu, Mas."

Zeka menoleh, menatap Cashya bingung. Namun ia memaksakan seutas senyuman manis untuk Cashya.

"Kamu tahu, Mas. Ternyata Aai punya kembaran. Kembaran Aai itu Aminya Allova, sebentar. Aku punya foto bareng sama Aminya Allova." Cashya meraih ponselnya.

Zeka mengerutkan kening, bagaimana bisa tiba-tiba Serafina memiliki kembaran? Namun ia tidak mau banyak berkomentar, ia mau Cashya menyelesaikan ucapannya.

Saat Zeka sibuk dengan pikirannya sendiri, tak lama Cashya kembali sembari membawa ponsel. Menunjukkan foto Amarra ke hadapan Zeka.

"Miripkan Mas? Aku kaget banget saat tahu ternyata Aai punya kembaran." Senyum Cashya menguar.

Zeka hanya menghela napas, ia paham mengapa Tuhan menyelamatkannya dari kematian. Selain Tuhan masih ingin menyatukannya dengan Cashya dan calon anak mereka, Tuhan ingin Zeka melindungi Cashya dari marabahaya didekatnya.

Zeka menyentuh lembut tangan Cashya, menatap Cashya dengan sayu. "Kamu pasti belum membaca semua isi jurnal Aaimu ya?"

Cashya sedikit menekuk bibir, ia sedang mengenalkan Amarra dan apa hubungannya dengan jurnal Serafina?

Allova sendiri bingung, mengapa tanggapan Zeka begitu. Seperti tidak senang mendengar penuturan Cashya.

"Hubungannya apa sama jurnal Aai?" Cashya bertanya dengan bingung.

Zeka meraba rambut Cashya yang sudah sangat panjang, istrinya itu pasti lupa untuk memotongnya karena sibuk mengurus Zeka saat itu. "Kamu bawa ponsel aku, Shya?"

Cashya mengangguk. "Sebentar."

Cashya kembali dan menyerahkan ponsel Zeka, dengan tenang Zeka mengetik sederet nomor dan menelepon kedua orang dari masalalu Zeka dan Serafina.

***

Amarra menatap apartemen mewah dihadapannya dengan kagum. Senyumnya mengembang. Ia tak menyangka jika wajah ini membawanya pada keberuntungan berlebih.

Dering ponsel mengagetkannya, membuat Amarra melihat ke layar ponselnya yang tertera nama Sena di sana. Sementara tanggapan yang ia keluarkan hanya senyum sinis.

Untuk apa mantan suami brengseknya itu menelepon? Apakah karena ia masih mengatakan jika ia menyesal? Hallo, dia sudah berkhianat dan tidak ada untungnya juga bagi Amarra untuk kembali bersama lelaki miskin itu.

Istri Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang