4

3.2K 351 25
                                    

Uzumaki Naruto berjalan tergesa menuju arena latihan tempat biasa rajanya berada pada jam ini, ekspresinya tampak panik. Dia berjalan dengan cepat setengah berlari, tak mempedulikan banyak prajurit yang memberi hormat kepadanya.

"Yang Mulia," panggil Naruto cepat sesaat matanya menangkap punggung rajanya. Sasuke tengah bersiap meluncurkan anak panah dan hanya melirik Naruto tanpa mengalihkan fokusnya. "Kau terlihat seakan tengah dikejar setan." Ucapan itu disuarakan sembari melepas anak panah menuju sasaran panah yang berada jauh darinya.

Dan sempurna.

Anak panah itu tertancap di titik yang sempurna.

"Yang Mulia Ratu ...."

Sasuke mendengkus, mengambil kembali anak panah yang berada di atas meja di dekatnya. Bersiap untuk melepaskannya lagi. "Apa lagi yang wanita itu lakukan?" tanyanya, menyipitkan mata demi memfokuskan lagi targetnya.

"Pada rapat hari ini, Yang Mulia Ratu mendorong meja kecilnya dari atas singgasana dan mengenai Selir Hinata." Sesaat ucapan Naruto selesai, anak panah itu pun kembali terlepas, meluncur dan tertancap mengenai anak panah yang sebelumnya dilepaskan. Membuat anak panah berbahan dasar kayu itu terbelah oleh ujung tajam.

Saat itulah mata Uchiha Sasuke berkilat tajam.



"Yang Mulia Raja dalam perjalanan kemari," lapor Tenten tergesa ketika telah berada di depan Ratunya. Ia tampak gelisah, menatap Sakura yang kini tengah menyisir rambutnya seorang sendiri.

Wanita itu masih tampak santai, seolah pemberitahuannya tak berpengaruh apa-apa kepadanya. Padahal Tenten takut setengah mati sekarang, wajah dingin Rajanya yang semakin bertambah membuatnya yakin bahwa pertengkaran yang hebat akan terjadi antara ratu dan sang raja.

Baru saja hendak kembali bersuara, bunyi suara pintu terbuka keras menjadikannya tersentak dan kemudian langsung bersujut kala mendapati kehadiran Sasuke. Tubuhnya gemetaran.

"Tenten, keluar," ucap Sakura tanpa ekspresi kala Sasuke berjalan mendekatinya.

Dan setelah mendengar itu, tanpa menunda waktu Tenten segera keluar dengan tergopoh.

Sakura masih duduk di kursinya kala kehadiran Sasuke semakin dekat, matanya mendapati urat-urat leher yang menonjol dan rahang Sasuke yang mengeras.

"Kau tahu apa kesalahanmu?" Sasuke bertanya dengan netra yang menyorot begitu tajam. Sakura berakting seolah tengah berpikir, "Tidak," jawabnya dengan mata yang mengerjab polos, "seingatku hari ini aku hanya pergi dan diolok oleh selir kesayanganmu, kemudian menjatuhkan meja karena aku sungguh tak tahan."

"Kau membahayakan dirinya, anakku," Sasuke ucapkan dengan penekanan.

Sakura mendengkus, berdiri dari duduknya, "Lalu? Apa sangkut pautnya denganku?"

"Sakura." Sasuke mengucap namanya dengan onyx yang semakin menghujam, bilalah tatapan dapat membunuh seseorang maka Sakura hanya tinggal nama sekarang. "Apa? Jika ada satu anak untuk putra mahkota, maka itu hanyalah anak dari rahimku," balasnya tak kalah menyorot tajam.

Mendengar itu membuat Sasuke mendekat, memegang dagu Sakura erat. "Kau pikir aku tidak tahu? Dengan adanya anakmu maka kan kau jadikan ia senjata untuk melawanku."

Sakura segera mengangguk mengiyakan, meski hatinya berontak bahwa itu tidak benar. Menjadi jahat di mata Uchiha Sasuke akan menaikkan derajatnya, itu sesuatu yang diyakininya. Sebaliknya, bila ia melemah dan menunjukkan betapa rapuhnya dirinya, maka Sasuke akan semakin gencar menyakitinya.

"Aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi, Sakura. Anak dari rahimmu tidak akan mendapat kekuatan politik yang sepadan bahkan meski aku adalah ayahnya."

Sempiternal (sasusaku) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang