"Ratu mengatakan bahwa ketika Anda tidak ada di sekitar, maka mual itu kembali datang." Bibi Chio berucap seraya menguraikan rambut Sasuke dari segala alat perindah di kepala. Mendengar itu membuat Sasuke mengernyit, "Apa kau bersekongkol dengan Kasimku?" Suaranya terdengar tak suka.
Mungkin bila orang lain yang mendengar akan merasa takut, tetapi Chio sudah sangat lama dan terbiasa dengan segala perlakuan maupun perkataan Sasuke, sehingga dia hanya tersenyum menanggapi. "Itu pasti karena kandungannya. Dia menginginkan Ayahnya selalu berada di sisi sang ibu ... sikap Yang Mulia Ratu yang selalu berubah juga pasti karena itu."
Sasuke bungkam.
"Karena emosinya itu ... cobalah untuk sedikit bersikap lembut kepada Ratu, senangkan dirinya dan jangan buat dia stres. Itu dapat membahayakan kandungan berikut nyawanya ... bukankah Anda ingin Ratu selalu ada?" Chio menjadi salah satu saksi bisu hubungan diantara Ratu dan Raja, dia rasa ini adalah salah satu kesempatan untuk membuat hubungan mereka berdua setidaknya membaik sedikit. "... cobalah berdamai dengan masa lalu, saya sudah katakan kepada Yang Mulia Ratu. Mungkin bila Ratu dan Raja mau sama-sama membuka diri dan belajar memaafkan ceritanya akan berubah."
"Tampaknya itu tidak mungkin. Bahkan sebelum dilahirkan kami sudah saling memiliki dendam." Tatapan Sasuke menunjukkan suasana hatinya yang sedikit berubah. Hubungan mereka sudah terlampau hancur, bagaimana bisa dapat diperbaiki?
"Tidak ada yang tidak mungkin ... ini kesempatan, jangan terus menyakiti. Atau nanti akan mengakibatkan penyesalan untuk Raja maupun Ratu." Chio dengan berani meletakkan jemarinya yang mulai mengerut di atas dada Sasuke, membuat Sasuke sedikit menekuk alisnya.
"Saya yakin masih ada ruang cinta di dalam sini."
•
•
•Sakura melangkahkan kakinya hati-hati di atas bebatuan, tak mengindahkan bantuan dari pelayannya. Dia putuskan untuk berjalan sendirian seraya sedikit mengangkat gaun agar tidak terinjak kakinya.
Wajahnya tampak lebih berseri, dia telah selesai sarapan yang mana kembali ditemani Sasuke. Dan kini meski telah siang hari dia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kerajaan. Tak perduli akan sinar matahari yang menyorot sedikit panas.
Pada akhirnya Sakura duduk di pinggir air mancur buatan di tengah-tengah taman, jemarinya menyentuh air itu dan kemudian tersenyum merasakan kehangatannya.
"Kau tampak lebih baik." Ucapan itu membuat Sakura membalikkan badan, mendapati kehadiran Sasuke yang berjalan menuju dirinya, membiarkan semua pelayan berada jauh dari mereka. "Hmm," Sakura bergumam menjawabnya, mengalihkan pandangan kembali kepada air yang ia mainkan di tangannya.
Sasuke duduk di sebelahnya, kemudian tangannya terulur untuk mengambil jemari Sakura yang tak digunakan untuk bermain. Sakura sendiri mengernyit dan membiarkan saja Sasuke meletakkan telapak tangannya di paha pria itu.
Kemudian Sasuke mengeluarkan sebuah cincin dengan permata ruby di tengahnya. Permata itu tampak berkilau di bawah sinar matahari. Lalu, Sasuke memasukkan cincin itu ke dalam jari manis Sakura. Tersenyum tipis saat melihat betapa indahnya cincin itu di sana. Sedangkan Sakura mengerjab, perhiasan lagi. Sasuke memang tak pernah bosan memberinya perhiasan.
Ntah kenapa ....
"Kenapa kau selalu memberiku perhiasan?" Pada akhirnya karena terlalu penasaran, Sakura pun menyuarakan kebingungannya. Sasuke lama terdiam, membuat Sakura menolehkan kepala dan menatap lelaki itu. "Ibuku suka mengoleksi perhiasan. Dia menyimpannya di dalam sebuah kotak yang berhasil diselamatkan saat peperangan ... Chio mengatakan banyak diantara perhiasan yang diwariskan turun menurun, aku memberikannya kepadamu." Sasuke meletakkan kembali tangan Sakura di sisinya seraya memandang perpohonan yang daunnya berayun karena angin.
"Kuharap kau juga mewariskan itu nanti ...."
Sakura menggigit bagian dalam bibirnya. Tahu bahwa Sasuke baru saja menyentuh salah satu topik yang dapat mengakibatkan pertengkaran. Tiba-tiba ingatan tentang apa yang diceritakan Bibi Chio kepadanya membuat dirinya meragu. "Apa ... Ayahku dengan kelompoknya benar-benar menyakiti dirimu?" Suara Sakura pelan, dia menatap Sasuke dalam dengan jemari yang saling bergenggaman. Takut akan reaksi Sasuke.
"Cukup sakit hingga aku menjadi seperti ini." Kekehan sumbang yang keluar membuat Sakura merasakan dadanya yang sesak, dia lebih merasa dalam beberapa hari ini.
"Apa yang dapat kulakukan untuk membuatmu memaafkan kesalahannya?" Suara Sakura terdengar mencicit. Membuat Sasuke melirik Sakura, dahinya mengerut seolah tak percaya dengan apa yang Sakura tanyakan kepadanya.
Lama terjadi keheningan, Sasuke berusaha mencari celah dari emerald itu. Namun, yang ia dapatkan hanyalah kepolosan dan rasa kesungguhan. Perempuan itu sedang tak bermain atau bercanda dan kini menunggu tanggapannya.
Sasuke kemudian menundukkan kepada di tempat tangan Sakura berada, meski sempat meragu dengan egonya yang meminta ia pergi, Sasuke mencoba menahan itu sekuat yang dia bisa. Tangannya mengambil jemari Sakura, menggenggam tangan Sakura erat. "Tetap di sini, bersamaku, dan jangan meninggalkanku ...." Lirihan Sasuke membuat Sakura merasakan sesuatu di hatinya. Suatu perasaan aneh yang terasa mengaduk perutnya.
Sakura meneguk air liurnya demi dapat menetralkan perasaan yang melanda. Apa dia dapat berjanji untuk selalu berada di samping Sasuke dan tak akan pergi? Karena sesungguhnya dia masih terluka. Dia ingin bebas ... ingin pergi ... menjelajahi dunia tanpa satu orang pun yang mengekang.
"Tidak bisa, ya?" Sasuke bertanya, menarik Sakura dari lamunan. Suara Sasuke yang terdengar berbeda membuat Sakura segera memandang kembali kepada Sasuke, mendapati wajahnya yang sedikit menampilkan suatu ekspresi yang membuat Sakura tak mempercayai penglihatannya.
"Lalu, apa yang bisa kulakukan untuk mengobati sedikit lukamu?"
Jika pertanyaan itu diberikan saat dia tidak dalam kondisi seperti ini mungkin dengan lantang Sakura akan menjawab. "Dengan membiarkanku pergi darimu." Namun, sekarang Sakura juga terdiam lama demi dapat memikirkan jawabannya.
Hingga pada akhirnya Sakura menggeleng karena tak menemukan satu pun jawaban untuk itu. Membuat Sasuke tersenyum tipis, sebuah senyuman yang tak mencapai matanya. Membuat Sakura merasa kedutan di hatinya.
"Jadi ... kita sama-sama tak bisa saling memaafkan, 'kan? Meski kita mencoba ... tapi tetap tak mampu." Sasuke melepaskan genggaman tangan mereka berdua, berdiri dari duduknya seraya mengelus kepala Ratunya.
"Hanya ada satu pintaku kepadamu sekarang ... jaga dia, jangan bahayakan dia atau pun dirimu. Lakukan itu, maka aku akan sedikit tenang." Dengan telunjuknya Sasuke mengangkat kepala Sakura agar dapat memandangnya. "Aku akan datang saat kau ingin makan."
Sasuke melangkah pergi, tetapi baru beberapa langkah dia berhenti kala mendengar suara Sakura yang pelan. Namun, masih dapat didengarnya.
"Terimakasih ...."
"Hah?"
Sasuke mencoba memastikan pendengarannya meski dia tahu apa yang didengarnya tadi memang nyata.
"Telah memberikanku cincin dan lainnya. Terimakasih." Ulang Sakura lagi, mendongak memandang Sasuke. Ia tekan kuat-kuat rasa gengsinya. "Dan maaf ... untuk segalanya." Akhirnya kata itu keluar juga setelah bertahun-tahun, Sakura mengamati wajah Sasuke yang tampak terkejut. Pria itu mengerjabkan matanya meski kemudian kembali bersikap tenang. Sakura semakin menggigit bibirnya saat menunggu balasan Sasuke.
Sasuke mendengkus dengan senyum tipis di wajahnya. Dia nampak menghembuskan napas, membalas tatapan Sakura dengan lebih lembut. "Aku juga minta maaf, hm." Sakura tersenyum mendengar itu, senyuman yang dapat benar-benar dikatakan sebagai senyuman. Hanya dirinya yang tahu bahwa ada kelegaan yang sedikit melingkupi hatinya yang selama ini selalu resah.
Meski sebuah kata maaf sama sekali tak dapat menyembuhkan luka mereka, setidaknya di sana, dua insan manusia itu mulai sedikit membuka diri dan membiarkan rasa itu melingkupi walau sebentar. Mengingatkan akan perasaan yang dulu sama-sama mereka kubur dalam-dalam.
Dan meskipun kata itu tidak akan membuat mereka sedamai yang lain, setidaknya di sana mereka saling berusaha dan mencoba memahami diri masing-masing.
Untuk pertama kalinya, mereka isi kisah ini kembali dengan kerukunan.
Tbc
(28 Mei 20)
Bangun tidur langsung nyari hp ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempiternal (sasusaku)
FanfictionMereka yang kala bersama saling menghancurkan, tapi ketika berpisah malah terasa amat menyakitkan. Yang pernah saling membunuh dalam perasaan, tetapi tak terealisasi karena cinta telah lebih dahulu menunjukkan kekuasaan. ___________________________...