(11) Flashback

2.2K 291 31
                                    

Sasuke telah selesai dengan rapatnya, ia berjalan tenang di sepanjang koridor yang di mana tiap lekukannya diawasi oleh banyak penjaga. Kakinya berhenti tepat di pintu kamarnya, ia ulurkan tangannya seraya mengedarkan pandangan ketika pintu itu terbuka. Menampilkan pemandangan pertama kalinya ada seorang wanita di dekat jendela.

Sakura segera berbalik saat mendapati kehadiran Sasuke, "Ah ... kau." ujarnya pelan. Kemudian kembali memandang ke luar jendela. Sedangkan Sasuke berjalan menujunya, berdiri di samping Sakura sembari ikut memandang yang menjadi pusat atensi wanita itu.

Ada banyak orang si luar sana, bergaul dan tertawa senang. Kerumunan anak-anak bermain dan ada juga para pedagang makanan yang berjajar di tepi jalan. Semuanya tampak damai, jauh lebih damai dari pada di Kerajaan Air. Bahkan Sakura merasa tenang ketika melihat itu.

"Di sini tidak ada sistem kasta."

"Hah?"

"Semuanya sama derajatnya. Mereka semua adalah para pedagang yang berkumpul di sini ketika telah selesai. Ada yang memilih tinggal dan bekeluarga di sini. Sistem itu hanya ada di bangunan ini, menyangkut semua yang bekerja di sini." ujar Sasuke, Sakura menoleh ke samping, mengawasi wajah Sasuke.

"Dan mereka menganggapmu sebagai pemimpinnya."

Sasuke mengangguk, membenarkan. "Secara keseluruhan tidak ada yang tidak mampu, mereka semua saling membantu. Maka dari itu mereka sepakat untuk berpenampilan sama di sini."

"Kau memiliki kekuasaan, di Moon maupun di tempat ini. Apakah ini adalah sebuah tempat milik suatu kerajaan?"

"Tidak ada yang memilikinya. Tempat ini hanyalah semak belukar dan kekurangan air dulunya. Aku mengubahnya ...."

"Kau tidak menggabungkannya dengan Kerajaan Moon? Atau membuat kerajaan sendiri?"

Sasuke terdiam sejenak, balas menatap Sakura. "Aku memiliki kerajaan. Dan sekarang aku sedang fokus untuk mencari cara mengambilnya lagi."

Sakura mengernyit bingung, "Apa maksudmu?"

"Apa kau mendapatkan pemandangan itu ketika berada di kerajaanmu?" Sasuke mengalihkan topik, menunjuk pemandangan di luar sana dengan jari telunjuknya. Sakura menjeda sebelum menjawab, "Tidak ...."

"Jauh di ujung kerajaanmu, ada sebuah tempat yang begitu miskin. Pemimpinnya korupsi dan dia adalah sepupu dari Ayahmu," Sasuke teesenyum tipis, "tidak hanya d tempat itu. Bahkan di ibu kotamu ... banyak yang kacau." Sakura tak bisa berkata, ia hanya mengerjab karena dirinya pun tahu akan hal itu.

"Apa kau tahu milik siapa Kerajaan Air dulunya?"

"Kenapa kau membahasnya? Berhentilah. Itu juga sudah terjadi." Sakura beranjak dari tempat itu, memilih mendudukkan diri di ranjang empuk di dalam ruangan itu. Sasuke terdiam, kemudian tersenyum tipis. "Ya ... untuk apa membahas masa lalu, itu pasti tidak penting bagimu." Nada rendah yang dipakai Sasuke membuat Sakura segera menatapnya. Mengamati raut wajah Sasuke yang terlihat mencoba tenang.

"Aku butuh pendapatmu."

"Tentang apa?" Sakura mengerjab dan masih mengawasi Sasuke yang juga duduk di ranjang, tetapi dengan jarak yang jauh dengannya. "Aku punya dendam ... aku ingin membalasnya karena dia mengambil semuanya dariku. Dia membuatku tersiksa dengan hidup sebatang kara, setiap waktu ketika aku ingin menyerah, maka aku akan mengingatnya. Lalu ... semangatku datang kembali."

Sakura terdiam menyimak.

"Akhirnya aku sampai di titik mana aku bisa membalas dendamku. Satu langkah lagi ... aku bisa mewujudkannya."

"Maka lakukan, apa yang membuatmu ragu?" Sakura bertanya dengan alisnya yang menekuk.

"Hal gawat terjadi ... aku jatuh cinta pada putrinya." Sakura tertegun, diam-diam meremas pakaiannya. Ada suatu perasaan menyebalkan yang membuatnya terusik. "Apa yang harus aku pilih? Tetap dengan tujuanku dan memaksa sang putri bersamaku meski dengan dia yang mengutukku ... atau menikahinya dan merelakan dendamku?"

Tanpa pikir panjang lagi Sakura menjawab, "Yang ke satu. Kau mau merelakan dendammu hanya karena cinta? Kalau kau aku maka aku tidak akan melakukannya." Nada Sakura terdengar ketus. Perempuan itu tampak kesal, ditambah dengan perasaan tak rela yang bersarang di hatinya.

"Kau cemburu?"

"Untuk apa? Kau bilang dia membuatmu sebatang kara. Harusnya kau membalasnya." ucap Sakura, mengeraskan rahangnya dan menatap Sasuke dengan soratan tajam.

Sasuke tertawa pelan, berdiri dan berjalan mendekati Sakura yang masih duduk di ranjangnya, "Kau mau apa?" tanyanya saat Sasuke masih meneruskan langkah.

Lelaki itu membungkuk, memegang belakang leher Sakura dan mendekatkannya dengan dirinya. Membiarkan Sakura yang terkejut akan sebuah pertemuan dua material basah yang saling menempel.

Debaran di jantungnya membuat tubuh Sakura mendingin, dia tak bisa mencerna kejadian itu, ia terdiam tak berkutik dan merelakan saja ketika Sasuke melumat bibirnya. Menuntunnya sembari membiarkan jemarinya mengelus pinggang Sakura.

Sakura mengepalkan jemarinya kuat, matanya masih terbuka dan kini bertatapan dengan Sasuke. Ia segera mengejam saat Sasuke dengan lihainya membuka mulutnya, memasukkan benda tak bertulang yang langsung menjelajah. Kemudian material itu terpisahkan, membawa sebuah kesesakan karena kurangnya pernapasan.

Sasuke menatap Sakura yang masih mencoba mengatur napas, memandangnya memuja dan seolah tengah menatap sebuah keindahan mutlak. Ia menyatukan kedua kening mereka, dengan kakinya yang telah berada di atas ranjang. "Aku menginginkanmu." bisiknya, membiarkan Sakura yang membelalak menatapnya terkejut.

Namun, perempuan itu masih tak bisa mengeluarkan kosa kata. Ia seolah bisu, terbawa arus saat Sasuke mendorongnya lembut ke ranjang, menyentuhnya di beberapa bagian. Menyelusup masuk ke celah bajunya sembari membelai dengan telapak tangannya yang panas.

Lalu sebuah geraman dari Sasuke membuat Sakura membuka matanya, menatap Sasuke yang tampak gusar dengan mukanya yang terlihat memerah. Tampak tengah tersiksa. Kecupan di bibirnya terlaksana sebentar, Sasuke bangkit dari posisinya seraya berjalan membelakangi Sakura dengan mengacak rambutnya.

Lama terjadi keheningan, Sakura masih pada keterkejutannya.

"Aku ... baru saja memikirkan pilihan yang lain. Tapi itu tak bisa ... sepertinya aku juga akan memilih yang menjadi pilihanmu."


"Kerajaan Air menjanjikan hadiah besar bagi siapa yang bisa mendapatkan Tuan Putri ... lalu Rajanya mengatakan telah membatalkan dan menginginkan Tuan Putri kembali." Laporan itu dijawab anggukan oleh Sasuke.

Sasuke mengambil salah satu pedang, membuka sarungnya sembari melihat pantulan dirinya di pedang itu. Salah satu jarinya ia tekankan di sana, membuat darah keluar dan langsung mengalir sampai ke ujung pedang.

"Akhirnya dia sadar Putrinya berarti." Sasuke mendengkus, berjalan sembari membawa pedang itu. Melangkah keluar dari ruang bawah tanah yang diisi oleh banyak prajurit yang sedang berlatih. Lalu, pergi membuka sebuah pintu yang tertutupi oleh batu, pintu itu membawanya menuju koridor dekat kamarnya.

Ia lama terdiam di depan pintu, sampai pada akhirnya memutuskan untuk masuk dan mendapati kamar yang hanya di terangi oleh cahaya rembulan. Sakura telah tertidur, sebuah kesempatan untuk dirinya.

Sasuke berjalan mendekat, menatap lekat pada wajah damai Sakura yang terlelap. Sedangkan satu tangannya masih memegang pedang yang siap melakukan tugasnya.

Sasuke meneguk ludah kering, mengangkat pedang itu dan membawanya menuju leher Sakura.

Tinggal satu gerakan darinya, maka warna pekat itu akan membasahi kasurnya. Dan ... salah satu penghalang baginya pun akan lenyap. Namun, gerakan Sasuke tertahan lama di sana. Dia tak melakukan apa-apa, matanya masih mengawasi wajah Sakura.

"Apa yang harus kulakukan padamu? Kau membuatku ragu. Dendam itu harus dibalaskan dengan bayaran kebencianmu. Bagaimana bisa aku melupakannya? Itu menjadi tujuan hidupku. Sedangkan membunuhmu, aku bahkan tak mampu." Sasuke membawa kembali pedang itu ke sisi tubuhnya, mengejamkan mata dalam beberapa saat.

Pada akhirnya, keputusannya tetap pada yang pertama. Ia akan menuntaskan dendamnya, meski dengan kutukan atau kebencian Sakura kepadanya. Hanya itu satu-satunya cara untuk mendapatkan keduanya, mendapatkan kepuasan dan pemilik hatinya.













Tbc
Chap depan udah nggak flashback. (12 Mei 2020) btw kalo ada yang mau kasih saran tentang ceritanya silahkan. Mungkin bisa jadi pertimbangan, karena aku blum mastiin sampe akhir ini cerita. Baru dikit ....

Sempiternal (sasusaku) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang