Hujan lebat dengan gemuruh petir yang memekakkan telinga tidai membuat 3 orang yang mengendalikan kuda unggul itu untuk berhenti meneduh. Semuanya malah semakin kencang memacu kuda, dan membiarkan jejak mereka terhapus oleh air hujan.
Hingga akhirnya perjalanan mereja terhenti kala sang tuan menarik talinya, mereka memapak tanah tepat di pintu gerbang istana Kerajaan Air yang dijaga oleh banyak prajurit.
Salah satu dari mereka membuat kuda melangkah lebih dekat, perlakuan yang membuat beberapa prajurit mendekat. Namun, lelaki dengan baju serba hitam dan wajah yang tak terlalu terlihat itu tak bergeming dan masih memandang gerbang istana dengan tatapannya yang tajam.
Terlihat tengah merekam baik-baik setiap jengkal yang ada.
Netra onyxnya berkilat dengan gemeletuk gigi yang terdengar.
Maka kemudian ketika prajurit itu semakin mendekatinya dan telah berada di hadapannya, ia tarik tali kudanya, membuat sang kuda memekik dengan suaranya yang lengking dan kemudian berlari pergi dengan menerjang prajurit yang kini tergeletak tak berdaya di atas tanah.
Ini adalah saatnya, ia akan melaksanakan misi utama yang telah lama ingin ia realisasikan.
Sang Panglima dari Kerajaan Moon itu bertekad apapun yang akan terjadi, dia akan tetap membalas dendam keluarganya.
•
•
•Ada begitu banyak perhiasan nan indah yang telah dipersiapkan secara khusus untuk satu-satunya putri dari kerajaan itu, menunggu untuk dipilih hingga akhirnya dapat semakin mempercantik penampilan dari gadis bersurai pink yang tengah duduk nyaman dengan para dayang yang menghias rambutnya.
Netranya yang memukau tersembunyi dibalik kelopaknya yang mengejam, menikmati kipasan yang ditujukan atau pun bagaimana telatennya tabib kerajaan mengurut kakinya yang terasa pegal. Pun barisan pelayan yang menunggu apabila perintahan kembali terlontar darinya.
Hidupnya sempurna, menjadi putri kesayangan sang raja dan satu-satunya anak dari mendiang permaisuri, segala hal yang diinginkannya akan langsung terkabulkan, rebutan para pangeran di luar sana dan seseorang yang dianugrahi otak yang cerdas. Semakin menawan kala Tuhan pun menciptakannya dengan paras yang memukau.
Ia tarik sudut bibirnya kala merasa sudah lebih tenang, membuka kelopak mata sembari menatap pantulan dirinya di cermin. Dengan gerakan jemari ia suruh sang tabib pergi, sedangkan kepalanya terangkat angkuh kala melihat betapa menakjubkan dirinya. Tarikan di sudut bibir itu terangkat ke atas --menyeringai-- ia pun bangkit dari duduknya saat semua telah usai.
"Jika rupanya di acara nanti ada yang berpenampilan lebih dariku, maka ... kalian semua akan berurusan denganku." Ucapannya disambut dengan tundukan dari yang lain, semuanya diam tak menyahuti, sedangkan ia mulai melangkah meninggalkan perAduan indahya, diikuti oleh pelayan yang kemudian langsung berbaris di belakang mengikuti dia.
Kerajaan Air --yang dipimpin oleh Ayahnya-- tengah menyelenggarakan perayaan ulang tahun dengan mendatangkan berbagai tamu dari
penjuru dunia, sebagai peringatan bangkitnya kerajaan itu dibuatlah acara yang begitu besar dengan banyaknya pertunjukan maupun makanan yang dihidangkan.Acara itu akan dilangsungkan satu malam penuh, para tamu yang diundang telah menempati tempat yang disediakan, atau bahkan mungkin sekarang telah sampai duluan di acara itu.
Haruno Sakura, gadis berusia 19 tahun itu masih berjalan anggun, memasang ekspresi datar ketika melewati banyaknya putri bangsawan yang hadir. Bahkan dalam hati merasa puas kala mendengar bagaimana pujian dilontarkan kepadanya.
Semua tamu-tamu langsung menjadikan dia sebagai pusat atensi, menatapnya yang berjalan memasuki pesta, para pangeran bahkan tertangkap basah mengawasi dirinya. Mencuri pandang dengan mata mereka yang menunjukkan ketakjuban. Untuk alasan itu Sakura sekuat tenaga menahan senyuman bangganya. Dagunya terangkat, senang akan segala perhatian yang ditujukan kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempiternal (sasusaku)
FanfictionMereka yang kala bersama saling menghancurkan, tapi ketika berpisah malah terasa amat menyakitkan. Yang pernah saling membunuh dalam perasaan, tetapi tak terealisasi karena cinta telah lebih dahulu menunjukkan kekuasaan. ___________________________...