(8) Flashback

2.3K 256 24
                                    

Sakura tak bisa tertidur, dia bangkit untuk duduk di ranjangnya yang empuk dengan pikiran yang berkelana ntah kemana. Jemarinya menyentuh dadanya, merasakan detakan tak normal di sana.

Ini semua karena lelaki itu, sang panglima dari Kerajaan Moon-Sasuke.

Sakura sudah lama mengetahui siapa dia, meski tak tahu wajahnya tapi ia tahu bahwa lelaki itu memiliki potensi yang amat besar untuk menjadi penakhluk. Ada ambisi yang tak bisa dikalahkan yang dapat ia lihat dari mata onyxnya.

Layaknya mata seorang raja yang tak menerima bantahan.

Maka kemudian Sakura berdiri, melangkah menuju jendela yang langsung ia buka. Menampakkan pemandangan malam yang gelap gulita, dijaga oleh banyaknya prajurit di luar.

Kemudian netranya menyipit, menyadari kehadiran Ayahandanya yang baru saja tiba di depan peraduannya. Sakura tersenyum lebar, melambaikan tangan pada sang raja, lalu berjalan keluar dari peraduan demi bisa kembali bertemu dengan sang ayah.

"Putriku ...." Sang raja yang berpakaian biasa tanpa ada yang mengikuti seperti biasa itu segera membawanya ke dalam pelukan yang erat, terlihat gugup dan seolah menjadikan dia sebagai obat penawar. Sakura menyadari itu, oleh karenanya ketika pelukan terlepas ia segera memasang tampang khawatir.

"Ada masalah apa, Ayahanda?"

Sang raja menghela napasnya, mengelus rambut Sakura, tak menyembunyikan lagi kegundahan yang dia rasakan

"Ayah merasa umur Ayah tak akan lama lagi."

"Jangan berbicara seperti itu! Pikirkan Adinda, bila Ayahanda pergi bagaimana dengan Adinda? Permaisuri dan Putra Mahkota sama sekali tak menginginkan Adinda!" Sakura menekuk alisnya marah, tak mau memikirkan bila Ayahnya juga pergi meninggalkan dirinya.

"Maka menikahlah ...."

Ucapan itu membuat Sakura melangkahkan kakinya mundur, tampak tak percaya dengan apa yang diucapkan sang ayah. Menikah? Bukankah Ayahnya dahulu sama sekali tak menyukai gagasan itu? "Kenapa Ayah bersikap aneh? Apa ini berhubungan dengan kedatangan Panglima itu?"

Raja tak membenarkan maupun menyalahkan, lelaki paruh baya itu hanya menekan pangkal hidungnya. "Menikahlah dengan Raja Danzou, usahakan sebaik mungkin untuk menghindari Panglima. Dia berbahaya ... suatu saat nanti, Ayah tahu dia akan menjadi orang yang sangat berpengaruh," ujarnya, memandang mata Sakura dalam.

"Aku tidak mau!"

"Sakura! Kerajaan kita akan semakin besar bila kau menikah dengannya! Kau akan tetap bergelimang harta, hidupmu akan tentram!" seru Raja, membuat Sakura kembali tersentak. "Kenapa Ayah seperti ini? Aku tidak butuh kekuasaan," Sakura melirih.

"Suatu saat nanti kau akan tahu pentingnya kekuasaan, Sakura. Sudah saatnya kau menyadari tugasmu, memperluas kerajaan dan berkorban demi rakyatmu."

"Apa yang Ayah pikirkan hanya tentang kekuasaan? Ibu bahkan bunuh diri karena Ayah menyerang kerajaan kecilnya ...." Sakura merasakan air mata yang mendesak, itu adalah luka lama yang selama ini ia tahan untuk ditutupi.

"... Ayah sudah mengusir para tamu dari Kerajaan Moon dan merencakan tentang perperangan dengan kerajaan itu, lebih baik menyiram api ketika masih kecil ... persiapkanlah dirimu, pernikahan akan diselenggarakan secepatnya."



Semuanya telah sampai di Kerajaan Moon, disambut oleh banyaknya rakyat yang berbaris rapi sembari memberi penghormatan, tampak sangat damai dengan mengelu-elukan satu nama. Uchiha Sasuke turun dari kudanya saat telah sampai di depan istana, mendapati kehadiran Raja Kerajaan Moon beserta gerombolannya.

Sempiternal (sasusaku) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang