Semua prajurit di luar sana telah berkumpul dengan memakai pelindung besi, salah satunya memegang dan mengangkat tongkat dengan bendera Kerajaan Api. Tampak kokoh serta siap menuju tempat pertempuran. Kuda-kuda unggul pun telah berjajar, semuanya sudah siap. Hanya menunggu keberangkatan.
Sakura yang tengah memakai gaun tidurnya melihat pemandangan itu dari Istana Bulan. Memandang dengan mimik wajahnya yang berbeda, dia berkali-kali mencoba menghela napas agar dapat menghilangkan sesak yang terus mengikatnya. Namun, usahanya sia-sia. Perasaan khawatir, bersalah, terus menghantuinya.
Kemudian suara langkahan terdengar seperti gemerisik besi tertangkap indra pendengarannya. Dia segera berbalik dan mendapati kehadiran Sasuke yang telah siap dengan baju perang. Pria itu memakai pakaian yang berbeda dari yang Sakura lihat tadi, pelindung besi di dadanya tampak lebih kelam, begitu pula dengan yang lainnya. Terlihat lebih mewah dan kuat.
Maka Sakura merasakan perasaan tak enak itu yang lebih meningkat.
"Kenapa kau selalu memakai pakaian kelam?" Perempuan itu mencoba menghapus nuansa tegang dan canggung yang menyelimuti ruangan. Dia menatap tepat di mata onyx Sasuke. "Agar saat aku terluka, darah tidak nampak dan membuat musuh berpikir diriku takkan tumbang." Uchiha Sasuke kembali melanjutkan langkah yang tadi sempat berhenti, mendekati istrinya yang tak kunjung memutuskan pandangan. "Serta ... takkan membuat bawahan maupun kerabat khawatir."
"Jika kukatakan kau tak boleh pergi, apa kau akan lakukan?" Meski tahu jawabannya Sakura tetap mencoba bertanya. Sasuke menyipit, mencoba menyelami perasaan wanita di hadapannya. "Selain suamimu, aku adalah raja yang bertugas melindungi rakyatnya. Menjamin mereka tetap damai." Secara tersirat Sasuke menjawab, membuat Sakura tersenyum tipis. Mengangguk paham kemudian.
Sakura hampir melupakan kenyataan bahwa Sasuke adalah seseorang yang tak pernah menganggap kedudukannya main-main. Dia selalu mencoba bertanggung jawab. Hanya saja ... saat bersamanya Sasuke seolah menjadi seseorang yang berbeda.
Gamuruh perasaan di hati yang bercampur aduk menjadi satu membuat Sakura kembali menghembuskan napasnya. Lebih menarik senyuman di sudut bibirnya. Perasaannya tak enak, sama sekali. Kasim Ayahnya dulu lebih seperti raja yang sesungguhnya, ayahnya selalu mempertimbangkan pendapatnya. Dia licik ... bahkan kekayaannya menimbun, miliki koneksi di mana-mana sehingga Sakura sedikit paham kenapa dia bisa lolos dari pembantaian dahulu ....
"Kau akan kembali, 'kan?" Suaranya terdengar serak, Sakura mati-matian menahan aliran yang hendak keluar dari matanya. Sedangkan Sasuke mengetahui itu, wajah wanita di hadapannya memerah. Membuat Sasuke mendengkus, dia tidak mau terlalu berharap bahwa Sakura sudah beralih menerimanya atau bahkan mungkin mulai menyukainya. Itu terlalu jauh untuk dipikirkan Sasuke, dia tak tahu harus apa bila itu memang terjadi. Mengetahui dapat dicintai sangat aneh untuknya, mungkin karena selama ini dia hanya diberikan kata-kata benci.
Lagipula ... pastas, kah, dia dicintai? Setelah apa yang dilakukannya selama ini? Sasuke hanya sadar diri ....
"Duduklah." Alih-alih menjawab pertanyaan Sakura, Sasuke malah mengatakan itu seraya matanya melirik bangku yang tak jauh dari tempat Sakura berdiri. Sakura mengernyit, tetapi menurut saja. Dia duduk di kursi itu sembari terus menatap Sasuke yang kini membuka sebuah kotak yang berada di dekat meja. Pelayan membawa itu tadi pagi.
Mengeluarkan suatu perhiasan yang berkilat di bawah sinar mentari.
Itu gelang kaki,
Namun, gelang kaki itu tampak sangat familiar. Sakura membelalak saat menyadarinya. Itu adalah gelang kaki yang diberikan ayahnya dulu sebelum peperangan, tetapi Sakura kehilangan itu saat sadar keesokan harinya.
Sasuke berjongkok, melepas kaitan gelang kaki itu. Menyingkap gaun lalu melingkarkannya di kaki Sakura. "Kau tahu apa simbol dari liontin ini?" Sasuke menunjuk liontin indah yang terpasang di sana.
Sakura menggeleng.
"Keabadian. Itu adalah salah satu perhiasan Kerajaan Uchiha. Ayahmu memasangkannya kepadamu agar pesan dari arti liontin itu tersampaikan kepadaku. Dia ingin kau tetap hidup." Ucapan Sasuke membuat Sakura mengerjab, tiba-tiba perasaan hangat menguasainya. Sedikit meredakan perasaan yang tadi menganggu. "Aku mengembalikannya." Lanjutan Sasuke entah kenapa terdengar penuh arti.
"Kau terdengar tak yakin akan kembali ...." Sakura melirih.
Sasuke kemudian berdiri utuh, melirik kepada pasukannya yang telah siap sedia. Dia sudah meminta penjagaan di Kerajaan Api diperketat. Kerajaan yang bersekutu dengannya mengirimkan bantuan untuk menjaga tempat ini. Hanya saja Sasuke bersikeras untuk melakukan penumbangan hanya dengan prajuritnya. Dia ingin melakukan ini bukan sebagai Raja, tetapi sebagai Pangeran dari Kerajaan Uchiha.
Meski tak tahu apa yang akan terjadi di medan perang nanti ....
Sedangkan Sakura meremas gaunnya saat Sasuke melangkah mundur, Ayahnya memberikan gelang kaki itu dulu mungkin karena sadar dirinya tidak akan menang. Dan Sasuke hari ini memberikan itu kembali kepadanya.
"Jika ... aku kembali, ayo jelajahi dunia. Kau ingin melihat dunia luar, bukan?" Ucapan Sasuke berhasil membuat Sakura terperangah tidak percaya, itu terlalu wah untuk dirinya ....
"Baik-baik dengan Ibumu. Ayah pergi dulu," ucap Sasuke lagi, kali ini memandanag perut Sakura. Melukiskan senyum lembut lalu membalikkan diri. Membelakangi Sakura yang kini meneguk ludahnya kering. Merasakan emerald yang berkaca saat jarak semakin panjang. Memisahkan mereka.
Maka saat Sasuke telah membuka pintu ruangan, bersiap menghilang dari pandangan, Sakura segeda berdiri dari duduknya. Berlari kecil dengan gemerisik bunyi dari gelang kaki, kemudian segera memeluk Sasuke dari belakang. Tubuh lelaki itu terasa kaku, Sakura semakin memeluknya erat. Menghirup aroma itu dalam-dalam seraya menggelamkan diri di punggung Sasuke.
"Saku--"
"Jangan berbalik, jangan memandangku!" Suara Sakura terdengar parau, menjadikan Sasuke tetap menghadap ke depan, yakin sekali bahwa wanita yang tengah memeluknya itu tengah menangis sekarang.
"Jika kau tidak pulang aku akan terus mengutukmu seumur hidupku, brengsek!"
Sasuke terdiam. Merasakan detak jantung Sakura.
"Setelah membuatku jatuh cinta ... kau berniat meninggalkanku? Yang benar saja!"
Maka tak ada alasan bagi Sasuke untuk tidak terkejut. Dia merasakan hatinya yang berdesir hangat.
"Kau harus kembali ... apa pun itu kau harus pulang ...."
Tbc
(9 Juni 2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempiternal (sasusaku)
FanfictionMereka yang kala bersama saling menghancurkan, tapi ketika berpisah malah terasa amat menyakitkan. Yang pernah saling membunuh dalam perasaan, tetapi tak terealisasi karena cinta telah lebih dahulu menunjukkan kekuasaan. ___________________________...